Share

Part14

Author: Oscar
last update Last Updated: 2022-07-06 09:59:37

"Kok mau sih, jadi istri ke dua? Kamu kan masih muda. Apa nggak kepikiran, pengen nikah sama yang singel gitu?" Wah, kelihatannya, Mas Deni tidak suka berbasa-basi. Orangnya ceplas-ceplos dan tidak memikirkan lawan bicaranya.

Aku diam saja. Bingung harus menjawab apa. Apa mungkin Mas Deni ini sedang menyelidikiku. Dia pasti menganggap kalau aku ini tipe wanita yang suka menggoda suami orang. Mata duitan. Aku hanya tertunduk, merasa malu.

"Maaf, ya. Kalau kamu merasa tersinggung."

"Eh, enggak kok, Mas. Delima baik-baik aja. Soal itu, Delima...."

"Mas tahu kalau ini bukan keinginan kamu. Semua ini permintaannya Silvi, kan? Maksud Mas itu, sebelum menikah, apa kamu nggak punya pacar? Kan kasihan tuh, pacarnya ditinggal nikah." Mas Deni mencoba mencairkan suasana.

"Mana sempat Delima pacaran, Mas. Delima sibuk kerja terus. Kan kasihan nanti kalau Delima punya pacar, tapi nggak ada waktu buat ketemu."

"Tapi yang mau sama kamu banyak, kan?" godanya lagi. Aku hanya tersenyum.

"Mas Deni, kok bisa pagi-pagi nemenin Mama ke rumah. Emang Mas Deni nggak kerja?" Aku balik bertanya. Padahal memang penasaran. 

Saudara sepupu Mas Raka ini selalu saja muncul bersamaan dengan Mama. Seperti yang Mama katakan tadi. Selalu saja mengekor.

"Enggak. Mas pengangguran!" jawabnya singkat. Aku pun hanya tersenyum saja mendengar jawabannya yang entah betulan atau tidak itu.

.

Usai mengantri di Bank, kami pun kembali pulang. Tak lupa kubelikan sekotak camilan, untuk dimakan bersama di rumah. Mbak Silvi tadi memang memberikanku uang untuk tabungan awal. Karena kurasa terlalu banyak, aku menyisakan sebagian untuk membeli keperluanku.

Sesampainya di rumah, kulihat Mbak Silvi sedang mencuci piring. Mungkin bekas mereka makan barusan. Padahal sebelum pergi, semua sudah rapi aku kerjakan.

Aku buru-buru meletakkan kotak camilan di atas meja, lalu mendekati Mbak Silvi.

"Udah, Mbak. Delima aja. Mbak temenin Mama aja di depan." Aku berusaha mengambil alih kerjaannya.

"Nggak apa-apa, Delima. Cuman sedikit aja, kok." Duh, pasti ini salah satu sandiwaranya lagi untuk menarik simpati Mama agar terlihat rajin.

Semakin aneh saja tingkahnya. Padahal kalaupun tidak seperti itu, Mama selalu terlihat sayang pada semua anak dan juga menantunya.

Setelah semuanya selesai, kami berkumpul dan bercengkrama di ruang keluarga sambil menikmati kue yang kami beli tadi dan secangkir teh hangat.

Kami mengobrol banyak. Mama seperti tak membedakan status kami. Memperlakukan aku, sama halnya seperti Mbak Silvi. Hingga tanpa terasa hari telah sore. Mas Raka juga telah pulang, dan ikut berkumpul bersama kami.

Sebelum maghrib, Mama dan Mas Deni pamit pulang. Padahal sudah ditawari untuk menginap. Tapi katanya mau pulang juga.

.

Usai makan malam, aku kembali membereskan dapur. Tentu saja, Mbak Silvi langsung naik ke kamarnya. Tak lagi membantu seperti tadi saat masih ada Mama. Bagiku memang tidak jadi masalah. Bukan pekerjaan berat untukku. Hanya saja, aku menyayangkan sikap Mbak Silvi yang terkesan seperti bermuka dua. Itu membuatku merasa tak nyaman.

Baru saja aku selesai mengelap tangan, tiba-tiba Mas Raka muncul. Membuatku sedikit terkejut.

"Mas Raka butuh sesuatu?" tanyaku. "Biar Delima buatin." Aku menawarkan. Siapa tahu dia mau minum kopi.

"Sudah jadi buku tabungannya?" Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.

"Sudah, Mas. Ada ATM sama mobile bankingnya juga. Sudah Delima pasang di hape," jawabku menerangkan.

"Baguslah. Besok Mas transfer uang, buat keperluan kamu." Entah kenapa, nada bicaranya terdengar ketus.

"Baik, Mas. Terima kasih." Aku mulai merasa tidak enak.

"Satu lagi ya, Dek."

"Iya, Mas. Ada apa?"

"Lain kali, jangan lagi pergi sama Deni. Nggak boleh seorang istri pergi berduaan dengan laki-laki lain, tanpa ijin suami."

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part86

    "Ba_bagaimana, Say... eh,... Delima?" Mas Deni tampak takut-takut menanyakan itu padaku. Aku kembali terdiam. Masih syok dengan semua ini. Semuanya serba mendadak dan tiba-tiba. Membuatku bingung harus bertanya mulai dari mana.Lalu Mas Raka meminta sesuatu pada Mbak Silvi. Dengan senyum kebahagiaan Mbak Silvi merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Dikeluarkan sebuah amplop ke tangan Mas Raka."Ini, Dek." Mas Raka menyodorkan kertas itu ke atas meja. Dengan ragu aku mengambil dan melihat apa isinya."I_ini?" Air mataku tumpah seketika."Iya, Dek. Itu surat cerai yang kamu inginkan. Kamu sudah bebas sekarang."Rasa di hatiku kini bercampur aduk tak menentu. Ada perasaan sedih, bahagia, juga lega."Jadi, gimana, Dek? Mas sendiri yang melamar kamu untuk Deni. Kamu mau, kan?"Aku menatap mereka semua secara bergantian. Lalu mengangguk."Iya, Mas. Delima mau.""Alhamdulilah...." Semua orang di ruangan ini mengucap syukur.*****Akhirnya hari bahagia yang dinantikan semua orang terjadi juga. M

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part85

    Mataku menghangat melihat orang-orang itu kini berdiri di hadapanku. Aku merasa ini seperti sebuah mimpi. Aku berdiri terpaku dengan air mata yang mulai mengalir.Lalu tiba-tiba saja tubuhku direngkuh dan masuk dalam pelukan hangatnya."Mama?" Aku menangis sesenggukan."Iya, sayang. Ini Mama," ucap wanita yang sudah setengah tahun ini tak pernah lagi kutemui. "Kamu sehat-sehat aja kan, Delima?"Aku makin sesenggukan melihat sikap pedulinya. Lalu aku juga merasakan tangan seseorang ikut menyentuh dan mengusap bahuku. Benarkah apa yang sedang kulihat saat ini?Aku melepaskan pelukan Mama. Lalu menatap satu persatu wajah mereka yang ikut berkunjung ke rumahku."Mbak Silvi?""Iya, Delima. Mbak datang." Wanita yang pernah menamparku saat terakhir kali bertemu ini, tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.Lalu kulihat Mas Raka dan Mas Deni tampak berdiri sejajar. Sepertinya semua orang sudah baik-baik saja. Dan mereka semua terlihat akur.Pasti sudah banyak hal yang terjadi selama aku tak a

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part84

    Biarlah hanya kami berdua yang tahu tentang semua ini. Seperti yang dia katakan, itu untuk yang terakhir kalinya. Kuberikan sebagai upah, atas apa yang dia berikan selama ini. Dengan begitu, nantinya dia hanya akan mengingatku sebagai wanita bayaran saja. Yang bisa dia cumbu tanpa hati, dan juga rasa cinta.Aku harus benar-benar terlihat murahan di matanya.*"Kamu kenapa, Sayang? Kenapa tiba-tiba ninggalin Mas seperti ini?" Mas Deni begitu syok saat aku tiba-tiba datang ke rumahnya untuk berpamitan."Maafin Delima, Mas. Delima bukanlah wanita yang baik untuk Mas Deni." Lagi-lagi aku membatukan hati agar tak lagi goyah.Berbicara dengan Mama pun rasanya hati ini sudah akan luluh melihat kekecewaan di wajahnya. Apa lagi saat berbicara dengan Mas Deni. Aku harus benar-benar bisa mengendalikan diriku. Rasa sakit yang aku rasakan tak boleh terlalu nampak. Aku lebih memilih Mas Deni kecewa dan membenciku saja, dari pada harus menangis dan mengiba, memohon agar aku tetap tinggal."Sampai h

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part83

    Tanpa terasa enam bulan sudah aku kembali ke kampung. Kembali tinggal dengan Bue dan juga Sidik. Tak peduli lagi pada gunjingan tetangga dan warga sekitar atas statusku sekarang ini.Awal kepulanganku dulu, bisik-bisik mereka selalu terdengar. Katanya memang seperti itulah resiko menjadi wanita kedua. Hanya sebagai cadangan untuk bersenang-senang. Giliran bosan, pasti kembali ke pelukan istri pertama.Aku hanya diam, tak ambil pusing dengan pendapat mereka. Tak ada gunanya juga menceritakan hal yang sebenarnya. Asal Bue mengerti dan tidak terlalu memikirkannya hingga sakit, kurasa itu bukan masalah.Anggap saja memang ini adalah hukuman atas keserakahanku waktu itu. Lepas dari seorang pria beristri, malah berkhayal mendapatkan bujangan kaya raya.Tapi semua itu sudah berlalu. Tak ada lagi bisik-bisik seperti itu kudengar. Semuanya seakan lupa, dan aku bisa menjalani kehidupan dengan normal kembali.Kini aku tak perlu lagi bersusah payah bekerja dari pintu ke pintu untuk bekerja di rum

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part82

    "Kita rujuk ya, Dek?" Napasnya makin memburu di telingaku. Aku kembali menggeleng dalam tangisan."Kasi kesempatan Mas satu kali lagi untuk membahagiakan kamu, Sayang." Aku semakin menggeleng."Dek?""Kalau Mas benar-benar mencintai Delima dan ingin melihat Delima bahagia, tolong bebaskan Delima. Kalau Mas ingin balas dendam dan tidak ingin melihat Delima bahagia dengan Mas Deni, Delima akan turuti. Delima akan putuskan hubungan dengan Mas Deni dan akan kembali ke kampung. Apa itu cukup membuat Mas Raka puas?""Enggak, Dek. Bukan seperti itu maksud Mas. Mas ingin kamu bahagia sama Mas, Sayang. Kenapa kamu nggak percaya sama perasaan Mas?" Dia tampak gelisah sembari menyentuh pipiku dengan kedua tangannya. Aku hanya bisa memejamkan mata dengan pasrah. Melawan pun percuma. Hanya akan membuat keributan malam-malam begini."Delima hanya ingin hubungan Mas Raka dan Mas Deni kembali baik, Mas. Jangan lagi bermusuhan seperti ini hanya gara-gara Delima. Delima bukan wanita yang pantas untuk

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part81

    Aku segera menarik tanganku kembali. Namun Mas Raka tak mengizinkan dan malah menahannya. Dia terlihat begitu marah. Padahal saat di bawah tadi, dia terlihat biasa-biasa saja dan tak memperdulikan.Atau, jangan-jangan Mama bercerita tentang aktivitas aku dan Mas Deni tadi. Bukan salah Mama juga. Salahku yang tak berani bilang untuk merahasiakannya dari Mas Raka."Tega banget kamu, Dek. Mas udah bilang, jangan pergi sama Deni. Kenapa kamu masih nekat juga? Malah gantiin cincin Mas dengan cincin dari dia. Kamu pikir Mas main-main dengan ancaman Mas waktu itu?""Kenapa Mas melakukan itu? Kenapa Mas nggak ngijinin Delima sama Mas Deni? Jujur aja, Mas." Aku mulai berani."Kamu masih nanya? Kamu tau sendiri kenapa Mas melakukan itu, Dek.""Kenapa?" Aku meyakinkan."Tentu saja karena Mas mencintai kamu.""Bohong!" sanggahku dengan penuh amarah. "Mas Raka bohong. Mas Raka sama sekali nggak pernah mencintai Delima.""Itu nggak benar, Dek. Mas sayang sama kamu.""Delima nggak percaya. Mas Raka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status