Bab 20. Rani Korban Obat Perangsang Suamiku
*****
Tanpa ragu, kutukar gelas yang disediakannya untukku dengan gelas miliknya. Untunglah dia berakting adegan nangis segala. Jadi, aku berkesempatan melancarkan aktingku juga.
“Makanya saya memberanikan diri mengetuk pintu kamar Ibu, maaf, ya, Bu.”
Jangan-jangan anak ini memang pemain. Pasti dia mencuri perhatian Mas Ray pertama kali dengan cara seperti ini. Pura-pura bersedih untuk mencari simpati.
“Terus, saya bisa bantu apa?” tanyaku merenggangkan pelukan.
“Saya pinjam duit, Buk. Saya bayar tiap gajihan, potong aja separuh gaji saya. Boleh, ya, Bu?”
“Ok, besok pagi saya transfer, ya.”
“Benaran, Buk?”
“He-em.”
“Makasih, Buk, ayuk, kita minum dulu!”
<Bab 21. Dapur, Kasur, Sumur? No!*****“Embuuuun …. Embuuuun”Aku memaksakan mata ini terbuka. Terasa perih, kepala berat, dan pikiran pun masih belum sepenuhnya sadar. Tetapi, aku harus bangkit. Kalau tidak, nenek sihir itu akan membakar rumah ini dengan teriakannya.“Oh, di situ kau rupanya? Tidur di kamar tamu. Tega kau meninggalkan suamimu tidur sendirian di kamar itu? Kenapa kau tidur di kamar tamu itu? Kau sedang menunggu seorang tamu, iya? Mau tidur bareng tamu yang kau nanti itu?” tuduhnya menatapku tajam dari ujung kaki hingga ujung kepala.Denyut di kepala ini terasa kian mengganas saja. Ingin kulumat wanita ini hingga hancur berkeping-keping. Tapi, ah, aku belum sepenuhnya bertenaga. Lemas masih karena kurang tidur tadi malam.“Jangan teriak-teriak, dong, Ma!? Orang-orang pada belum bangun, lho!” ger
Bab 22. Kejutan Buat Mama Tiriku*****Kedua wanita setengah baya itu cepat-cepat masuk kamar, lalu keluar lagi dengan menjinjing tas. Begitu juga dengan Rani yang terlihat pucat pasi. Apalagi Bik Anik dan Bil Las, tak henti menyalahkannya.Mereka kini berkumpul di ruang tamu, berdiri dengan menunduk di hadapan kami.“Lho, kok cuma tiga? Mana satu lagi? Bukannya kamu punya empat pembantu?” Mama menatap ketiganya bergantian. “Mana satu lagi!” teriaknya menghardik Bik Anik.“Di di di kamar anak-anak, Bu,” jawab Bik Anik tergagap. Wanita itu langsung pergi ke kamar anak-anak.“Jangan kasar, dong, Ma! Mereka asisten saya,” pintaku lalu menatap Papa dengan tenang.“Pa, tolong periksa mobil Embun, Pa! Sepertinya ada masalah, deh! Ini kuncinya! Tolong periksa ya!” pintaku mendorong tubuh
Bab 23. Ternyata Pil Perangsang Itu Ide Mama Tiriku*****Papa tertegun, sang istri gelisah.“Kau tunggu saja keputusan istriku! Sebentar lagi, akan dikembalikan ke Yayasanmu! Perempuan rendah!” makin Mas Ray lagi.“Bapak yang rendah! Bapak yang menyuruh saya untuk –““Diam!” Mas Ray langsung membekap mulutnya dengan tangan. “Kau diam!” perintahnya penuh ancaman.“Dasar pembantu sialan! Kau mau mengadu domba, iya! Jangan pernah mengadu yang tidak-tidak! Awas kalau kau bertingkah!” Sang tante ikut mengancam.Aku sebenarnya sudah tahu apa yang ingin disampaikan oleh Rani. Tanpa dia berbicara, bukti videonya sudah ada di ponselku. Namun, bukan sekarang saat yang tepat untuk membongkarnya. Ada waktu seminggu lagi. Hingga persiapanku mengelola perusahaan benar-benar
Bab 24. Korban Sakit HatiPOV LizaAku Liza, lengkapnya Nurhaliza. Baru saja lulus kuliah D3 jurusan sekretaris. Awalnya aku hanya seorang SPG di sebuah Mall terbesar di kota ini. Kuputuskan berhenti dan membenamkan diri di bangku kuliah, sejedar untuk melupakan kekasihku. Kekasih yang telah berkhianat.Mas Ray, calon direktur di sebuah perusahaan besar. Kabar yang kudnegar, saat ini dia tengah disiapkan untuk menduduki jabatn direktur di perusahaan mertuanya itu. Awalnya dia hanyalah seorang security di tempatku bekerja. Kesulitan ekonomi yang melanda keluarga, membuat dia terpaksa berhenti kuliah.Kami saling mencintai, bahkan telah berjanji akan segera mengarungi hidup berumah tangga. Dia memintaku berhenti bekerja bila sudah menikah nanti. Alasannya karena dia cemburu melihatku setiap hari harus berdandan cantik dan beramah-ramah terhadap custumer. Aku menyetujuinya.&nbs
Bab 25. Dendam Itu Masih Membara*****“Semoga kamu segera menemukan pengganti Ray, ya! Tante duluan, daaaah!” ucapnya sambil berlalu.Rombongan itu telah pergi, meninggalkanku yang masih termangu. Tiada sekalipun Mas Ray menoleh lagi ke arahku, hingga hilang dibalik pintu.Tak hendak hati menahan, lidah ini terasa kelu. Tiada kemampuan untuk bersuara, apalagi berteriak memanggil kekasih durjanaku, yang ada hanya diam, bisu, dan pilu..Tak lama, entah apa yang mereka kejar, pernikahan segera dilangsungkan. Kutahu kabar itu dari teman mas Ray. Panas darah ini menggelegak. Bagaimana mungkin, Mas Rayku bisa setega ini? Meninggalkanku tanpa sepatah kata jua. Tak ada kata putus, atau sekedar ucapan pisah. Tiba-tiba menikahi gadis lain, anak tiri tante kandungnya.Pernikahan itu harus kugagalkan. Sakit hati ini, harus mer
Bab 26. Menyatukan Dua Insan Yang Masih Saling Cinta*****“Ya, Pak! Maaf mengganggu, saya mengantar tugas yang kemarin, dan softcopy-nya sudah saya emailkan ke email Bapak. Permisi, Pak!” ucapnya buru-buru dan langsung hendak berbalik lagi.“Hay, Embun! Kamu kuliah lagi?” sapaku menghentikan langkahnya.“Kamu?” tanyanya, menoleh ke arahku.“Ya, aku. Senang bertemu denganmu. Apa kabar?” ucapku mengulurkan tangan menyalaminya.“Aku baik,” sahutnya menerima uluran tanganku. Tangan kurus ini, jemari kasar ini, Embuuun, kenapa kau jadi begini? Jeritku, dalam hati.“Bagaimana kabar Mas Ray? Kau sudah terima foto-foto yang aku kirim waktu itu, bukan? Kenapa kau tidak membalasnya? Sanggup, ya, kamu hidup dengan suami tukang selingkuh?” sergahku ingin tahu reaksin
Bab 27. Mertuaku Punya Mobil BaruPOV EmbunPerkuliahan sudah usai, setelah membicarakan tentang tugas-tugas baru dengan Dea, kami berpisah, untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. Dea menyanggupi mengerjakan semua tugas. Gadis itu sangat baik dan pengertian.“Nanti biayanya, aku tanggung semua, termasuk biaya tugas kamu,” ucapku setelah mengucapkan terima kasih.“Gak usah! Aku masih sanggup kalau hanya segini, kalau biayanya besar, baru aku akan lapor,” tolaknya.“Makasih, Dea,” ucapku sekali lagi.“Ok, sampai jumpa lusa, ya! Besok gak ada kelas, jangan lupa!”“Ok,” sahutku langsung berjalan menuju mobil.Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Hari ini aku tak perlu ke kantor. Dian bilang tidak ada masalah apa-apa yang mendesak di
Bab 28. Mertuaku Mulai Mengacau******Bagaimana mungkin aku membelikan mereka mobil baru? Mas Ray! Ini pasti kerjaannya Mas Ray.“Makasih, ya, Embun, kamu memang menantu yang sangat baik. Udah lama kami pengen memiliki mobil. Baru sekarang terlaksana. Makanya kami sangat takut kalau rumah tangga kalian kenapa-napa. Jangan sampai ada orang yang merusaknya, contohnya pengasuh anakmu tadi malam.”“Iya, Ma. Dia sudah dipecat, kok. Rika berbeda, dia tidak akan berbuat seperti itu,” ucapku pelan.“Terserah, tapi kami akan tetap di sini, memantau semuanya!”“Baik, maaf, saya mau ke kamar dulu, silahkan Mama dan Papa juga istirahat!” ucapku seraya berdiri.Tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Darah menggelegak. Mas Ray berhasil membuatku stress sekarang. Setelah mengantarkan Radit kepada Rika, a