Bab 33. Kutemukan Buku Harian Mama
*****
“Bu! Di mana rekaman itu? Itu enggak benar, Buk! Maaf, itu hanya karangan saya aja!”
“Cukup! Aku enggak butuh kata maaf! Sekarang juga, silahkan kau bawa mantan Kakak iparmu ini, kau tunjukkan semua file-file perusahaan padanya. Serahkan laptop, beserta seluruh kunci-kunci, kode untuk login, dan segalanya tentang perusahaan ini, padanya! Kau paham!”
“Tapi, saya dimaafkan, kan, Buk?”
“Kau kerjakan perintahku! Sekarang!”
Liza menatapku, sepertinya dia masih bingung dengan keputusanku.
“Kau kuterima bekerja di kantor ini, Za! Selamat bergabung! Pelajari semua tugasmu dari Sandra! Lapor aja padaku, kalau ada yang dia sembunyikan, mengerti!” ucapku menepuk bahunya.
“Makasih, Bu Embun,” lirihnya berkaca-kac
Bab 34. Rahasia Besar Mama*****Mungkinkah karena mama membenci Papa, sehingga dia anggap papa sudah almarhum? Tapi, menjaga perusahaan demi amanat? Maksudnya apa? Papa tak pernah peduli dengan perusahaan, jadi ini papa yang mana?Apakah masih ada papa yang lain? Tidak! Saat aku menikah tiga tahun lalu, Papa yang menikahkan aku, bukan wali hakim. Tapi, kenapa mama menulis seperti ini?Kulanjutkan membaca kalimat berikutnya.[Mas Irvan, aku sudah berusaha. Semoga kau tenang di alam sana! Seperti permintaanmu, jangan pernah mengatakan pada Embun, kalau dia sudah tak berayah. Aku melakukannya, Mas. Aku penuhi permintaanmu, untuk menikah dengan adik sepupumu, meski tak ada cinta sedikitpun di hati ini. Demi kebahagiaan Embun, Aku rela, Mas. Aku rela dinikahi, meski tak dicintai. Semua demi Embun.]Irvan? Adik sepupu? Papaku dengan si Irvan ini sepupuan? Kenapa b
Bab 35. Cinta Lama Darry Belum Kelar******“Maaf, Bu Embun, itupun karena kebetulan saya membaca scedul, makanya saya seret dia ke sini untuk melapor,” ungkapku kesal.“Aku bukan sekretaris lagi di sini! Jadi urus sendiri semuanya! Kapok, kan? Sok-sok an mecat Pak Ray! Biasanya Pak Ray yang membereskan semuanya! Sekarang rasain!” Sandra terlihat sangat puas.“Sandra! Dengar, kuberi kau waktu lima hari ini untuk membimbing Liza, sampai dia menguasai seluruhnya! Kau tak bisa lepas semuanya sekarang! Ingat, kalau kau macam-macam, kupastikan kau akan membusuk di penjara! Tapi, kalau kau menunjukkan etiked baikmu, mungkin aku hanya memecat saja, tak sampai ke tangan yang berwajib! Camkan itu!”Perempuan itu mendengkus, lalu berlalu meninggalkan kami, kembali menuju meja semula.“Maaf,
Bab 36. Ancaman Mama SiskaPOV Embun“Ok, silahkan turun! Aku akan terus memantau perkembangan perusahaanmu! Karena nilai mata kuliahmu, aku ambil dari kemampuanmu mengelola perusahaan ini, paham!” tegas Mas Darry begitu menepikan mobilnya di depan gedung megah, di mana kantorku berada.“Baik, terima kasih atas bantuan Bapak! Berkat Bapak, meeting tadi berjalan dengan lancar,” ucapku menatapnya melalui kaca spion di depannya.“Aku tidak sedang membantumu! Justru aku sedang menilai kemampuanmu mempraktekkan materi kuliahku,” sanggahnya menghindari tatapanku, meski sempat beradu sesaat tadi.“Mereka setuju bekerja sama dengan perusahaan kita. Kita yang akan memasok besi di mega proyek yang sedang mereka jalani. Keuntungan yang akan kita peroleh sangat besar, saya akan memberi bonus buat Bapak, karena telah berjasa menggolk
Bab 37. Office Girlku Yang Mencurigakan*****Kenapa wajah Mama berubah jadi begitu sangar? Jujur, aku takut. Tapi, aku tidak akan cengeng apa lagi lemah. Aku harus berani menghadapi siluman ini.“Kau pecat Ray, kau sita mobilnya, apa maksudmu? Istri macam apa kau, ha!”“Maaf, ini urusan saya dan ini kantor saya, Ma! Tolong jangan ikut campur!” teriakku menegakkan tubuh. Menatap tajam tepat ke manik-manik matanya.“Oh, berani kau sekarang, ya! Berani kau melototi kama seperti itu?”“Kenapa tidak! Aku pimpinan di kantor ini sekarang. Kuperintahkan Mama keluar!”“Anak durhaka!” TIba-tiba tangannya melayang, segera kutangkap dan kucengkram dengan kuat.Suara langkah kaki ramai terdengar mendekat, security datang tergopoh-gopoh, Dian, Liza, dan beberapa karya
Bab 38. Pengganti Wakil Direktur*****“Aku, kamu izini menggunakan fasilitas mobil?”“Iya, tolong bekerjalah dengan sungguh-sungguh! Oh, ya, satu lagi. Aku minta kamu dekati Pak Robin, manager penjualan. Aku telah merekam pembicaraan Sandra dengan Mas Ray, tentang keterlibatan dia dalam pengelapan uang penjualan. Pak Robin diminta merekayasa laporan penjualan, makanya tidak kau temukan kecurangan di laporang keuangan. Kau paham maksudku?”“Aku sih, curiga seperti itu, tapi aku tak punya dasar apalagi bukti.”“Kecurigaan kamu benar. Buktinya akan aku kirim via WA padamu!”“Baik, aku akan tuntaskan.”“Ok, aku percaya padamu.”“Maaf, Bu, Pak Pengacara udah ada di sini, betul, ibu memanggil beliau?” terdengar suara Raina sang Resepsionis melalui
Bab 39. Senyuman Misterius Office Girlku*****“Bapak-bapak semua, ada yang merasa keberatan?” tanyaku megedarkan pandangan, dan berhenti di wajah Pak Robin. Kucoba membaca isi pikiran pria paruh baya itu. Kutangkap gelisah di sorot matanya.“Se setuju, Bu, kami semua setuju,” ucapnya cepat, meski terlihat makin gugup.“Baik, terma kasih, atau ada yang mau mengundurkan diri?” kejarku kemudian.“Kalau Ibu masih percaya, kami berjanji akan bekerja dengan sebaik baiknya!” ucap mereka hampir bersamaan. Hanya Pak Robin yang diam.“Baik, saya memberi kepercayaan penuh kepada Bapak-bapak dan Ibu Dian, untuk memajukan perusahaan ini. Silahkan kembali ke ruangan masing-masing! Dan Om Ramlan, silahkan masuk ke ruangan barunya, ya! Enggak usah saya antar, kan?” tanyaku mengulas senyum.&ldquo
Bab 40. Pernikahanku Dulu Tidak Sah, Om*****“Lalu, apakah Om tidak kasihan pada mendiang Mama, yang tertekan batin akibat perselingkuhannya dengan Mama Siska?” tandasku dengan air mata mulai melelah.Om Robert terdiam.“Mereka menikah siri di belakang Mama, belum kering makam Mama, perempuan itu sudah tidur di bekas ranjang Mama! Kalau pun, si Siska itu tak punya otak, tidakkah seharusnya Papa yang masih waras menghargai arwah Mama, sedikit saja?”“Embun ….”“Bagaimana perasaan mereka, Mamaku baru saja di makamkan, mereka sudah tidur berdua dibekas ranjang Mama! Bahkan kain seprenya pun, mereka tak sempat ganti, Om! Papa kejam! Papa jahat! Dia bahkan pura-pura pingsan saat Mama dimakamkan, supaya bisa cepat pulang dan berduaan dengan perempuan itu! Mereka tak sabar, menjadi raja dan ratu di rumah
Bab 41. Ada Pengkhianat di kantor EmbunPOV Darry“Hallo Dea! Bapak mau ngobrol sebentar, boleh?” tanyaku menghubungi Dea, mahasiswaku, teman kuliah Embun.“Oh, iya, Pak. Boleh. Maaf, saya ada salah kah, Pak. Saya minta maaf, ya! Aduh, deg-deg an saya, Ada apa, ya, Pak?” Terdengar jelas gadis itu gemetaran dari suaranya yang menjawab teleponku.“Em, mengenai Embun, boleh?” tanyaku, mengatur nada dan tekanan suara, agar dia tak curiga.“Oh, iya, Pak. Maaf, pasti Bapak marah sama saya, kan? Bapak pasti curiga, tugas Mbak Embun itu, memang betul saya yang mengerjakan, maaf, ya, Pak. Ya, Allah, kok bisa ketahuan, ya. Aduh! Gimana ini. Ampun, Pak. Saya janji enggak lagi, deh. Kemarin itu saya nolongin Mbak Embun karena kasihan, Pak. Secara ya, dia itu punya balita dua. Yang kecil masih Asi juga. Dia lagi sters mik