Share

Bab 3

last update Last Updated: 2022-04-06 23:09:39

"Baiklah, kalau begitu ceraikan aku sekarang!" ucapnya penuh penekanan. "Jadi kau bisa hidup dengan mamamu."

 

Plakkk....

 

Refleks, aku menampar wajah cantiknya di sebelah kiri.

 

"Maafkan Mas, Rania," lirihku menyesal.

 

"Aku tidak butuh maafmu, Mas. Aku hanya butuh kata talak!"  Rania menatapku tajam, rasa hormat yang selalu dia tunjukan seketika hilang.

 

"Kau sendiri yang buat aku begini, Rania! Jadi, jangan salahkan aku," tanpa bisa menguasai emosi, aku malah membuat suasana Rania semakin jelek.

 

"Terserah!"

 

Hanya sepatah kata yang keluar dari mulutnya,  lalu melenggang pergi. Mau kemana dia?

 

Malam sudah semakin larut, tapi masih belum ada tanda-tanda kalau Rania akan pulang. Ya sudahlah, mungkin dia akan pulang larut. Lagian mataku sudah mengantuk.

 

Tanpa menunggunya, aku pun terlelap.

 

 

**

 

 

"Rania, Ran!" panggil Mama dari luar.

 

Rania? Apa dia semalaman tidak pulang? Aku membuka mata dan meraba ke sebelah kiriku. Kosong. Sepertinya perkataan Mama benar kalau Rania selalu pulang malam ketika aku sedang berada di luar kota.

 

"Ran!"

 

Dengan malas, aku membuka pintu untuk Mama, "Rania belum pulang, Ma,” jawabku lirih.

 

"Apa, belum pulang?" Mama menatapku tajam. "Kelayapan kemana lagi dia?" Ada kebencian dalam nada ucapan mama.

 

"Aku juga tidak tahu, dari semalam dia perginya, pas Mama minta uang," ucapku sambil mengusap wajah kasar.

 

"Mama ingatkan sama kamu ya, istri seperti itu tidak baik dipertahankan, sebaiknya kamu segera menceraikannya," ucap Mama yang sudah lebih tenang.

 

Ceraikan? Bahkan dia yang minta barusan dan hati ini masih menolak untuk itu. Bahkan aku masih belum terpikir untuk ke sana.

 

"Riko!" Mama lagi-lagi menyebut namaku.

 

"Nanti aku pikirkan, Ma."

 

"Bagus, itu baru anak Mama."

 

Setelah mama keluar dari kamar, aku langsung bersiap untuk berangkat kerja dengan mempersiapkan semuanya sendiri. Termasuk pakaian, sepatu, dan yang lainnya.

 

"Sarapan apa hari ini?” tanyaku pada Mama dan Ica yang sedang duduk manis di meja ruang tamu.

 

Kubuka tudung saji yang masih menutupi meja. Kosong. Tidak ada makanan apapun di situ.

 

Baru saja aku hendak bertanya kepada mereka, Rania tiba-tiba lewat di depan kami.

 

"Kamu darimana?" tanyaku setengah membentak.

 

Bukannya menjawab, dia malah menatapku sinis dan masuk ke dalam kamar tanpa satu patah kata pun.

 

Segera aku menyusul, "Darimana saja kamu? Semalam tidur dimana?" tanyaku beruntun, napasku kian sesak ketika melihat bajunya yang sudah berbeda dari malam.

 

"Rania!" bentakku kesal karena dia terus saja diam.

 

"Kalau mau teriak, sana di luar!" ucapnya penuh penekanan.

 

"Kenapa tidak ada makanan?"

 

Rania tersenyum sinis, "Kenapa harus ada makanan?"

 

"Tentu saja kita lapar!" jawabku kesal, bisa-bisanya dia berkata begitu. Tentu saja kami butuh makanan.

 

"Tidak ada makanan yang gratis."

 

"Maksudnya?" aku terkaget ketika mendengar dari mulutnya sendiri yang selama ini selalu berbicara dengan lembut.

 

"Kenapa minta makanan padaku?" Rania menatapku tajam. "Apa kau memberikan uang padaku?"

 

Aku hanya menggeleng.

 

"Kalau kau hanya memberikan uang pada mama dan adikmu, ya sudah. Minta makan pada mereka, bukan padaku!"

 

Pada mereka? Tidak mungkin. Mereka saja kelaparan.

 

"Jaga ucapanmu, Rania!"

 

"Terserah, aku sudah tidak mau menyediakan makanan untuk orang-orang seperti kalian," ucapnya sambil menarik tanganku untuk keluar dari kamar dan menguncinya.

 

"Lihatlah istri yang selama ini menjadi kebanggaan kita, Riko! Dia sudah mengecewakan. Sebaiknya kamu segera mencari yang baru, wanita yang sabar dalam mengurus Mama dan Ica," jelas Mama kembali terisak.

 

"Sana cari!" teriak Rania dari kamar, "Bila perlu cari sepuluh orang, aku yakin mereka akan memilih tidak punya suami daripada satu atap dengan orang-orang seperti kalian!" lanjutnya.

 

Aku dah Mama menahan geram dengan perkataannya.

 

Sangat tidak sopan! 

 

 

 

Next enggak, ya? Kalau rame, nanti di tambahin.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Mufidah73
lanjut terus
goodnovel comment avatar
agus wahyudi
bab nya terlalu pendek thor... kurang mantab
goodnovel comment avatar
Yuyun Yuningsih
banyak yg typo. lanjut thorr. tak kasih vote se abreg deh biar semangat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 54 Akhir Cerita

    PoV Riko"Meskipun dia Surya, perkataannya pasti tidak serius. Aku berani bertaruh kalau dia hanya becanda." Bara menepuk pundakku dengan sangat keras. Padahal jelas-jelas barusan suaranya Mas Surya terdengar sangat mengerikan."Perkataannya sangat menakutkan, mana mungkin hanya becanda." tegasku menepuk pundak Bara dengan keras. "Lagipula selama ini aku tidak pernah mendengarnya berbicara menakutkan begini." lanjutku yakin.Bara menatapku sekilas, lalu matanya terlihat mencari di mana keberadaan laki-laki yang mirip dengan Mas Surya itu. Suaranya pun kini sudah tidak terdengar. Aku akui penciumannya memang tajam, tapi bukankah anjing pengendus saja seringkali salah? Apalagi dengan Bara.Dia tiba-tiba menatapku dengan tajam. "Jangan samakan aku dengan hewan, sebelum menyamakan, sepertinya anda lebih cocok dibandingkan dengan hewan daripada aku," ucapnya sambil menyeringai."Maaf, aku hanya menyamankan penciumanmu. Bukan orangnya." Aku menjawab jujur. Bagaimana mungkin berani memprovo

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 53

    "Hai, Ran!" sapaku pada Rania sambil melambaikan tangan. Ia pun demikian, bahkan bibirnya dihiasi senyuman yang manis."Mau ke ruangan Pak Dirga?" tanyaku lirih sambil menyeimbangi langkahnya."Tentu saja, memangnya mau ketemu siapa lagi. Masa sih man-tan suami?" ucap Rania terkekeh, entah kenapa hatiku merasa tersentil ketika mendengarnya, seolah perkataan itu memang ditujukan untukku."Hehehe, mungkin aja, Ran. Kupikir juga begitu." Aku sengaja bersikap percaya diri, jangan sampai dia tahu kalau aku masih memendam perasaan yang teramat dalam padanya.Untung saja Mas Surya membawaku ke rumahnya, jadi tidak melihat bidadari ini setiap waktu."Hah? Gak mungkinlah aku begitu, Dik Riko!" jawabnya malah meledekku.Tanpa bisa dipungkiri dia benar, statusku sekarang hanyalah adik iparnya. Rasanya hatiku semakin sakit, begitu juga ada ini. Sangat sesak."Hai, Sayang!" sama Mas Dirga dari dalam, tepat di depan pintu ruangannya.Ruanganku dengannya memang berdampingan, sudah pasti hati ini aka

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 52

    Dengan langkah yang terburu-buru, kami langsung masuk ke dalam rumah Rania yang ternyata beberapa orang sudah berkumpul di ruang keluarga."Apa benar Tante Nesya ada sangkut pautnya dengan semua kasus ini?" tanya Mas Surya serius. Pasalnya kita semua memang tidak ingin lagi terjadi hal-hal yang sangat merugikan kita.Semua orang terdiam. Mereka hanya meminta kita duduk dengan pelan dan kembali menatap Tante Nesya dengan tatapan yang aku sendiri tidak tahu.Aku merasa tidak mungkin, bahkan mustahil kalau semua yang telah terjadi adalah perbuatannya. Apalagi jika mengingat kalau dia adalah bibi dari Mas Dirga."Jelaskan semuanya, Tan!" suara Mas Dirga terdengar dingin dan pelan. Tapi membuat kita semua bergetar.Selama ini dia memang tegas, tapi masih ada humornya. Namun, jika dilihat sekarang sepertinya tidak.Tante Nesya menatap kami satu persatu dengan tatapan kejam. Seolah kita yang sudah melakukan tindakan kekerasan, sepertinya orang ini memang tidak sesederhana yang terlihat."Apa

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 51

    Kami kembali terdiam ketika Zein tiba-tiba datang dan memberikan informasi yang membuat kita terkejut.Bagaimana tidak, Ica, gadis yang selama ini aku sayangi, dan selalu menjadi prioritas utama wanita yang selama ini menjadi ibu angkatku ternyata hanya seorang anak angkat.Sama seperti aku dan juga Mas Surya."Apa jangan-jangan dia adik kandungmu?" tanya Rania kepada laki-laki yang dulu adalah Bosku, ternyata kakak sepupu itu dengan nada yang terdengar seperti tuduhan.Ternyata dunia itu sempit, ya."Enggak lah. Enak aja. Mana ada aku punya adek begitu." Mas Dirga menolak dengan tegas.Tapi jawabannya malah membuat Mas Surya semakin penasaran tentang hubungan Mas Dirga dengan Ica. Semua itu terlihat dari bagaimana caranya dia menatap."Bisa aja kan ya?" Rania tetap kekeh dengan apa yang disampaikannya tadi.Aku sendiri tidak tahu mana yang sebenarnya. Sekarang sebelum ada bukti, aku belum bisa percaya. Banyak yang terjadi begitu saja."Jangan tuduh aku seperti itu!" Mas Dirga tetap b

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 50

    PoV Rania "Om Rio!" seruku ketika melihat pelaku yang mencoba untuk membakar kantor pusat Papa. Benar-benar Om Rio sungguhan. Semua orang terperanjat ketika mendengarnya. Mana mungkin penjahat ini adalah adik papaku yang baik hati? "Aku sangat tidak menyangka kalau kamu bisa melakukan hal keji seperti ini, Rio!" suara Papa terdengar menggelegar. Mas Dirga, aku, dan yang lainnya langsung berjalan mundur, agar kakak-beradik ini lebih leluasa untuk bicara. "Keji? Kau yang keji. Dasar manusia hina!" laki-laki yang aku kenal baik itu pun bersuara. Padahal dari tadi dia hanya diam dan menunduk. Papa terlihat semakin geram, "Hukum saja orang ini selama-lamanya, Pak," ucap Papa pada petugas kepolisian. "Baik, Pak. Kami hanya menunggu kedatangan Bapak selaku anggota keluarga pelaku," jawab Pak polisi dengan tegas. "Kami akan menahan Pak Rio sesuai dengan hukum yang berlaku!" lanjutnya yang membuat kami semua tersenyum sekaligus bingung. Terutama aku. Apa masalah sebenarnya yang ada

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 49

    PoV Rania"Kenapa, Mas?" tanyaku tanpa rasa bersalah. Memang laki-laki itu begini, ya. Ketika dikejar, malah menjauh. Eh, pas ditinggalkan malah mendekat.Ribet, deh.Kucoba untuk mengatur napas yang naik turun. Jangan sampai Mas Dirga tahu kalau aku hanya sekadar melakukan tes. Bisa bahaya."Aku tak suka kamu mendekati istri kakak sepupumu, Riko," ucapnya dengan nada tetap tenang.Masa iya dia masih terlihat adem ayem melihat istri dan anaknya dekat sama mantan suami. Bukankah harusnya kepanasan, ya? Gak tahu lah.Tapi kuyakin di dalam lubuk hatinya yang dalam pasti cemburu."Aku belum mengakui kalau kau adalah kakak sepupuku!" Mas Riko menatap suamiku sengit.Tapi aku tidak keberatan, Mas Dirga memang berhak mendapatkannya. Tadi dia sudah sok manis di depan Anggi."Bodo amat!""Kamu kok gak tanya kenapa Mas gak kerja?" tanya Mas Riko yang bersemangat untuk mendekat."Cukup! Aku suaminya, dia juga gak tanya kenapa aku gak kerja. Ngapain harus tanya anak tengil kayak kamu!" geram Mas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status