Share

Bab 4

last update Huling Na-update: 2022-04-06 23:10:08

Jangan lupa subscribe, ya agar selalu mendapatkan notifikasi update jika ada part baru🤗

 

#Saat istriku tak lagi kerja

 

 

Setelah perkataan Rania yang mengejekku agar mencari istri yang baru dengan sifat sabar dalam mengurus Mama dan Ica, aku mulai mendekati beberapa wanita. Baik di sosial media, ataupun teman-teman kerja.

 

"Kamu ngapain tadi pake gombalin Nita?" dengan tubuhnya yang kurus dengan sorot mata tajamnya, Bara menghampiriku.

 

"Aku enggak gombal."

 

"Kau!" Bara semakin melebarkan matanya ketika mendengar perbuatanku.

 

"Kenapa kaget gitu? Bukankah lebih banyak lebih baik?" Daripada melihatnya emosi seperti ini, aku memilih mencari aman dengan memintanya duduk dan membuatkan segelas kopi kesukaannya.

 

"Sekeras apapun usahamu untuk meredakan amarahku, itu tidak akan ngaruh. Karena aku sudah lebih dulu tahu bagaimana sifatmu pada seorang bidadari yang bernama istri," ucapnya masih menajamkan tatapan.

 

Bidadari? Mimpi kali si Bara ini. Mana ada seorang istri jadi bidadari, kecuali dia bisa membantu mamaku dan Ica, baru aku acungi jempol dan dia berhak untuk menjadi bidadariku.

 

"Harusnya kau itu nasehati ibu dan adikmu agar hidup mandiri, jangan apa-apa dibelikan oleh Rani. Karena dia kan juga pasti punya titik dimana uangnya kurang dan tidak bisa membelikan apa yang mereka inginkan." Lagi, Bara menyalahkan mamaku dan Ica.

 

Padahal mamalah yang dulu banyak berjasa dalam hidupku, bukan orang lain yang tiba-tiba menjadi status sebagai seorang istri. 

 

Aku hanya terdiam menanggapi perkataannya. Malas. Itulah yang hatiku katakan ketika Bara sudah bicara.

 

 

 

***

 

 

Sepulang kerja, aku melihat mama dan Ica berbaring lemas di sofa.

 

"Mas, Ca, kenapa?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu.

 

Mereka pun duduk dengan lemas dan menghadap ke arahku.

 

"Mama belum makan dari siang," ucap Mama merajuk.

 

"Aku juga sama." Ica pun berkata dengan lemah.

 

Rahangku seketika mengeras.

 

 "Dimana Rania?"

 

Mereka hanya saling tatap ketika aku tanyai.

 

"Jawab saja! Apa dia keluar?"

 

"Tidak, Mas. Tadi Mbak Rania masuk ke dalam rumah dengan membawa banyak makanan."

 

Ica menjawab dengan mata yang mulai berurai air mata.

 

Aku masih menunggu jawabannya.

 

"Lihat itu istrimu, dia membawa makanan ke rumah ini, tapi tidak membaginya dengan kita," sambung Mama dengan terisak.

 

"Keterlaluan Rania itu!"

 

Dengan langkah besar, aku berjalan ke kamar untuk menemui Rania, dan mengetuk pintu dengan keras. Kupikir tidak dikunci, tapi ternyata....

 

Dasar kau Rani, beraninya kau memperlakukan adik dan mamaku seperti ini.

 

"Rani! Buka pintunya!"

 

Beberapa kali aku mencoba untuk mendorong pintu, tapi tidak bisa. Aku baru tahu kalau ternyata mendobrak pintu itu bukan hal yang mudah dan yang di film-film itu kebanyakan bohong.

 

"Kau enggak akan bisa diobrak, Mas." Rania mulai menjawab. "Jangan kau kira mendobrak pintu itu akan langsung berhasil hanya dengan tiga kali usaha seperti di film. Tapi kau juga jangan menyalahkan filmnya, karena itu murni kesalahanmu sendiri, Mas. Orang fiksi kok," jelasnya yang membuatku diam sejenak.

 

Kenapa dia bisa tahu isi hatiku? Apa mungkin dia bisa baca pikiran orang?

 

"Aku memang bisa baca pikiran orang, Mas, terutama kamu. Orang yang paling pintar di dunia kerja tapi kebalikannya di dunia nyata."

 

Kali ini emosiku meningkat berkali-kali, beraninya dia mengatai aku tidak pintar.

 

"Jangan salahkan aku seperti ini, Mas. Kau sendiri yang sudah dzolim pada istrimu sendiri," ucapnya lagi.

 

Jelas-jelas dia yang lebih dulu dzolim pada keluargaku, kalau dia baik aku pun akan ikut baik.

 

"Dobrak lagi saja pintu!" titah Mama yang ternyata sudah berada di samping kananku.

 

"Enggak bisa, Mas. Seperti ada benda yang sengaja di simpan di depan pintu," jawabku pasrah.

 

"Kamu jangan loyo gitu, dong. Dia itu sudah durhaka sama surga suaminya sendiri, jadi enggak bisa dibiarkan." Mama tetap ngotot.

 

"Pake ini, Kak!"

 

Aneh, Ica tiba-tiba datang dengan seorang laki-laki yang membawa gergaji mesin. Apa dia membawa orang ini dari pabrik kayu yang di depan?

 

"Enggak usah, nanti rusak. Mas belum ada uang untuk beli yang baru," tolakku halus.

 

"Lakukan saja, Riko! Ini perintah Mama dan kamu tidak perlu ganti pintu ini nanti, jadi kita bisa terus mengecek apa saja yang sudah dilakukan nanti yang kurang akhlak itu," jelas Mama emosi.

 

Aku hanya menggangguk. Benar juga apa yang dikatakan Mama, nanti-nanti mereka bisa mengambil makanan atau apapun yang Rania punya tanpa izinnya.

 

Kupinta orang itu untuk menggergaji pintu yang menjadi penghalang untuk kami masuk tanpa memberitahu Rania terlebih dahulu.

 

Biarkan saja, biar dia tahu rasa.

 

Tidak butuh waktu lama, pintu langsung terbuka dan jatuh di hadapan kita. Karena di dalam ada meja kecil yang menghalanginya, jadi tidak jatuh ke belakang.

 

Rania sudah kelewatan.

 

Kami langsung masuk ke dalam kamar, tapi anehnya ternyata Rania tidak ada di sana. Lelah kami mencari, tapi tetep tidak ditemukan. Lantas siapa tadi yang berbicara??

 

 

 

 

Next enggak?  Nanti ya kalau sudah rame, Yuk subscribe, ya, dan tinggalkan jejak 😘

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Supriatno
baru bab 5 terus minta koin,, nggak jadi baca aaah ceritanya aja nggak ngejamin seru
goodnovel comment avatar
Icha Bella
mana sudi beli koin good novel kere najiiiis
goodnovel comment avatar
Kamalia
thor kurang banyak minta koin nya minta nya satu bab 50koin. biar ndak laku sekalian.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 54 Akhir Cerita

    PoV Riko"Meskipun dia Surya, perkataannya pasti tidak serius. Aku berani bertaruh kalau dia hanya becanda." Bara menepuk pundakku dengan sangat keras. Padahal jelas-jelas barusan suaranya Mas Surya terdengar sangat mengerikan."Perkataannya sangat menakutkan, mana mungkin hanya becanda." tegasku menepuk pundak Bara dengan keras. "Lagipula selama ini aku tidak pernah mendengarnya berbicara menakutkan begini." lanjutku yakin.Bara menatapku sekilas, lalu matanya terlihat mencari di mana keberadaan laki-laki yang mirip dengan Mas Surya itu. Suaranya pun kini sudah tidak terdengar. Aku akui penciumannya memang tajam, tapi bukankah anjing pengendus saja seringkali salah? Apalagi dengan Bara.Dia tiba-tiba menatapku dengan tajam. "Jangan samakan aku dengan hewan, sebelum menyamakan, sepertinya anda lebih cocok dibandingkan dengan hewan daripada aku," ucapnya sambil menyeringai."Maaf, aku hanya menyamankan penciumanmu. Bukan orangnya." Aku menjawab jujur. Bagaimana mungkin berani memprovo

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 53

    "Hai, Ran!" sapaku pada Rania sambil melambaikan tangan. Ia pun demikian, bahkan bibirnya dihiasi senyuman yang manis."Mau ke ruangan Pak Dirga?" tanyaku lirih sambil menyeimbangi langkahnya."Tentu saja, memangnya mau ketemu siapa lagi. Masa sih man-tan suami?" ucap Rania terkekeh, entah kenapa hatiku merasa tersentil ketika mendengarnya, seolah perkataan itu memang ditujukan untukku."Hehehe, mungkin aja, Ran. Kupikir juga begitu." Aku sengaja bersikap percaya diri, jangan sampai dia tahu kalau aku masih memendam perasaan yang teramat dalam padanya.Untung saja Mas Surya membawaku ke rumahnya, jadi tidak melihat bidadari ini setiap waktu."Hah? Gak mungkinlah aku begitu, Dik Riko!" jawabnya malah meledekku.Tanpa bisa dipungkiri dia benar, statusku sekarang hanyalah adik iparnya. Rasanya hatiku semakin sakit, begitu juga ada ini. Sangat sesak."Hai, Sayang!" sama Mas Dirga dari dalam, tepat di depan pintu ruangannya.Ruanganku dengannya memang berdampingan, sudah pasti hati ini aka

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 52

    Dengan langkah yang terburu-buru, kami langsung masuk ke dalam rumah Rania yang ternyata beberapa orang sudah berkumpul di ruang keluarga."Apa benar Tante Nesya ada sangkut pautnya dengan semua kasus ini?" tanya Mas Surya serius. Pasalnya kita semua memang tidak ingin lagi terjadi hal-hal yang sangat merugikan kita.Semua orang terdiam. Mereka hanya meminta kita duduk dengan pelan dan kembali menatap Tante Nesya dengan tatapan yang aku sendiri tidak tahu.Aku merasa tidak mungkin, bahkan mustahil kalau semua yang telah terjadi adalah perbuatannya. Apalagi jika mengingat kalau dia adalah bibi dari Mas Dirga."Jelaskan semuanya, Tan!" suara Mas Dirga terdengar dingin dan pelan. Tapi membuat kita semua bergetar.Selama ini dia memang tegas, tapi masih ada humornya. Namun, jika dilihat sekarang sepertinya tidak.Tante Nesya menatap kami satu persatu dengan tatapan kejam. Seolah kita yang sudah melakukan tindakan kekerasan, sepertinya orang ini memang tidak sesederhana yang terlihat."Apa

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 51

    Kami kembali terdiam ketika Zein tiba-tiba datang dan memberikan informasi yang membuat kita terkejut.Bagaimana tidak, Ica, gadis yang selama ini aku sayangi, dan selalu menjadi prioritas utama wanita yang selama ini menjadi ibu angkatku ternyata hanya seorang anak angkat.Sama seperti aku dan juga Mas Surya."Apa jangan-jangan dia adik kandungmu?" tanya Rania kepada laki-laki yang dulu adalah Bosku, ternyata kakak sepupu itu dengan nada yang terdengar seperti tuduhan.Ternyata dunia itu sempit, ya."Enggak lah. Enak aja. Mana ada aku punya adek begitu." Mas Dirga menolak dengan tegas.Tapi jawabannya malah membuat Mas Surya semakin penasaran tentang hubungan Mas Dirga dengan Ica. Semua itu terlihat dari bagaimana caranya dia menatap."Bisa aja kan ya?" Rania tetap kekeh dengan apa yang disampaikannya tadi.Aku sendiri tidak tahu mana yang sebenarnya. Sekarang sebelum ada bukti, aku belum bisa percaya. Banyak yang terjadi begitu saja."Jangan tuduh aku seperti itu!" Mas Dirga tetap b

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 50

    PoV Rania "Om Rio!" seruku ketika melihat pelaku yang mencoba untuk membakar kantor pusat Papa. Benar-benar Om Rio sungguhan. Semua orang terperanjat ketika mendengarnya. Mana mungkin penjahat ini adalah adik papaku yang baik hati? "Aku sangat tidak menyangka kalau kamu bisa melakukan hal keji seperti ini, Rio!" suara Papa terdengar menggelegar. Mas Dirga, aku, dan yang lainnya langsung berjalan mundur, agar kakak-beradik ini lebih leluasa untuk bicara. "Keji? Kau yang keji. Dasar manusia hina!" laki-laki yang aku kenal baik itu pun bersuara. Padahal dari tadi dia hanya diam dan menunduk. Papa terlihat semakin geram, "Hukum saja orang ini selama-lamanya, Pak," ucap Papa pada petugas kepolisian. "Baik, Pak. Kami hanya menunggu kedatangan Bapak selaku anggota keluarga pelaku," jawab Pak polisi dengan tegas. "Kami akan menahan Pak Rio sesuai dengan hukum yang berlaku!" lanjutnya yang membuat kami semua tersenyum sekaligus bingung. Terutama aku. Apa masalah sebenarnya yang ada

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 49

    PoV Rania"Kenapa, Mas?" tanyaku tanpa rasa bersalah. Memang laki-laki itu begini, ya. Ketika dikejar, malah menjauh. Eh, pas ditinggalkan malah mendekat.Ribet, deh.Kucoba untuk mengatur napas yang naik turun. Jangan sampai Mas Dirga tahu kalau aku hanya sekadar melakukan tes. Bisa bahaya."Aku tak suka kamu mendekati istri kakak sepupumu, Riko," ucapnya dengan nada tetap tenang.Masa iya dia masih terlihat adem ayem melihat istri dan anaknya dekat sama mantan suami. Bukankah harusnya kepanasan, ya? Gak tahu lah.Tapi kuyakin di dalam lubuk hatinya yang dalam pasti cemburu."Aku belum mengakui kalau kau adalah kakak sepupuku!" Mas Riko menatap suamiku sengit.Tapi aku tidak keberatan, Mas Dirga memang berhak mendapatkannya. Tadi dia sudah sok manis di depan Anggi."Bodo amat!""Kamu kok gak tanya kenapa Mas gak kerja?" tanya Mas Riko yang bersemangat untuk mendekat."Cukup! Aku suaminya, dia juga gak tanya kenapa aku gak kerja. Ngapain harus tanya anak tengil kayak kamu!" geram Mas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status