Share

Bab 5

Hari ini aku sangat lelah rasanya, kulajukan sepeda motor dengan kecepatan penuh agar segera sampai rumah. Biasanya kalau sudah mengeluh capek Sheila pasti akan langsung pijitin aku, rasanya aku sudah tidak sabar untuk segera sampai di rumah.

Sesampainya dirumah tidak ada lagi sambutan ketika aku pulang, padahal biasanya Sheila pasti paling senang kalau melihat aku pulang kerja. Bahkan ia selalu langsung lari peluk dan cium aku, tetapi kini rasanya rumah sepi tanpa keceriaannya lagi.

Krek…

Kutarik handle pintu yang tidak terkunci itu, mataku melirik kesana kemari mencari keberadaan Sheila, tetapi tidak ada tanda-tanda dirinya. Feelingku mengatakan ia pasti masih berada didalam kamar, dan benar saja kulihat ia masih berbaring dan terus menangis diatas kasur.

"Shel, aku capek banget hari ini loh," ucapku sembari mengelus rambutnya yang lembut.

Sheila malah menepis sentuhanku dengan kasar lalu berkata, "aku lebih capek, nangis berhari-hari kamu buat Bang!"

"Siapa yang suruh kamu nangis? Kan gak ada yang nyuruh kamu nangis."

"Gak ada yang nyuruh aku nangis, tapi kamu yang uda buat aku nangis. Kamu amnesia ya? Pake nanya segala!"

"Yaudah, Abang minta maaf. Lagi pula Abang gak punya calonnya juga kalau mau nikah lagi, itu kan cuma keinginan saja Dek!"

"Keinginan yang suatu saat akan Abang lakukan? Udahlah Bang, jangan banyak alasan deh. Sheila gak mau dimadu Bang, kalau nanti Abang memang mau menikah lagi Sheila lebih baik minta cerai, Sheila gak suka berbagi surga dengan wanita lain!"

"Kamu jangan egois dong Shel, aku juga pengen punya anak. Kamu seharusnya bisa ngerti, lagi pula aku juga bakalan bisa adil kok!"

"Apa gak bisa kamu sabar! Allah cuma belum kasih kita kepercayaan, tapi kenapa Bang kamu malah mau menikah lagi. Segitu gak berharganya ya aku dimatamu Bang? Aku memang anak gak jelas yang bahkan orang tuaku juga gak inginkan kehadiranku, tapi kenapa kamu juga tega seperti ini padaku!" Isak tangis Sheila semakin pecah, matanya sudah membengkak karena terlalu banyak menangis. Aku tidak tega dan mencoba memeluknya, tetapi ia malah mendorongku dengan kasar.

"Ahh, terserah lah Shel!" Aku beranjak pergi meninggalkan Sheila, dengan cepat kuraih handuk dan lekas pergi mandi membersihkan diri yang sudah terasa lengket. Padahal awalnya mau minta pijitin, tapi orangnya malah ngamuk-ngamuk gak jelas.

Malam itu tidak ada percakapan diantara kami, walau bertengkar aku tetap menemani Sheila tiduran dikamar dengan hanya bermain ponsel sendirian. Naluriku berkata rindu dengan sikap manja sheila yang dulu, biasanya ia suka isengin dan ganggu aku saat sedang asik bermain ponsel, tetapi kini ia hanya berbaring membelakangiku.

Tiba-tiba saja saat aku men scroll video tanpa sengaja aku melihat video panas di f******k,dan entah mengapa hasratku sangat ingin melakukannya, dan bahkan perkakasku sudah tegak sendiri. Sesekali aku melirik ke arah Sheila, dan perkakasku malah semakin meronta-ronta saat melihat lekuk tubuhnya dari belakang. Duh, aku tidak pernah minta duluan, masa sih kali ini aku yang minta? Pasti Sheila akan menertawaiku, tetapi aku benar-benar sudah tidak dapat menahannya lagi.

"Shel, kamu gak pengen," bisikku di telinga Sheila.

"Gak," sahutnya ketus. Baru kali ini ia menolak, dan aku tidak menyangka ia bisa tahan dua hari tidak kusentuh.

"Abang yang diatas deh, Sheila kan suka kalau Abang yang di atas!"

"Gak!"

"Tapi aku lagi pengen Shel, kalau nolak kamu berdosa!" seruku dengan kesal.

"Gak berdosa menolak, karena suaminya aja mau nikah lagi!"

"Ahh, bodo amat. Kalau gak mau aku paksa deh, kamu juga biasanya paksa aku kalau aku gak mau!"

Dengan cepat aku membalikkan tubuhnya, kini Sheila tepat berada di bawahku. Aku menatap wajahnya yang cantik, tetapi ia malah memalingkan wajahnya dan terus meronta minta dilepaskan. Aku tidak peduli dengan rengekan nya dan langsung saja menerkam Sheila bagaikan mangsa, aku benar-benar tidak percaya karena baru pertama kali aku memperkosa istriku sendiri secara paksa.

Rasanya sangat berbeda dengan biasanya, kali ini aku yang jauh lebih agresif darinya, dan bahkan Sheila tidak melakukan apa-apa selain diam bagaikan patung. Padahal aku sangat rindu dengan permainannya yang selalu membuatku kewalahan, tetapi hari ini sepertinya aku kurang beruntung.

Setelah cukup puas, aku enggan melepaskan Sheila dalam pelukanku. Entah mengapa rasanya aku tidak ingin kehilangan gadis ini, apakah mungkin aku sudah dapat mencintainya? Entahlah, aku masih tidak mengerti dengan perasaanku sendiri.

Keesokan harinya aku terbangun dari tidurku, kulihat Sheila masih terlelap dalam dekapanku. Aku terus saja menatapnya, kuperhatikan lama-lama ia terlihat sangat cantik, bibirnya yang mungil dan bulu matanya yang lentik membuat ia terlihat sangat imut. Tanpa sadar aku mencium bibirnya, terasa sangat hangat yang membuatku enggan melepaskannya, hal itu tiba-tiba saja membuat Sheila terbangun dari tidurnya. Ia sangat kaget sembari memegang bibirnya yang baru saja kucium, aku hanya cengengesan sembari menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Gak usah cium-cium aku lagi, nanti kamu cium aja istri barumu!" ketus Sheila dan langsung beranjak dari tempat tidur.






Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status