Share

Bab 6

Aku hanya menghela napas panjang mendengar perkataannya, padahal biasanya kalau aku cium ia pasti akan kegirangan dan minta dicium lagi, tetapi kini sudah berbeda tidak seperti dulu.

Tidak lama kemudian aku mendengar gemericik air dari kamar mandi, sepertinya Sheila sedang membersihkan tubuhnya setelah perbuatanku tadi malam, tetapi mengapa sepagi ini dia sudah mandi? Bahkan jam masih menunjukkan pukul empat pagi, biasanya jam segini ia masih molor, nunggu adzan subuh berkumandang ia baru mandi dan sholat.

"Kamu kok uda mandi Shel?" tanyaku saat melihat Sheila masuk hanya menggunakan lilitan handuk di tubuhnya.

"Aku mau pergi nanti, jadi aku mau lekas masakin buat sarapan dan bekal Abang," sahutnya tanpa menoleh ke arahku, ia masih sibuk mengenakan baju secara lengkap.

"Kamu mau kemana?" tanyaku heran dengan tatapan menyelidik.

"Mau jalan-jalan, ngerayain hari spesial!"

"Hah, hari spesial apa maksudnya?"

"Gak papa kok, aku cuma mau main ke panti hari ini!"

"Oh, yaudah hati-hati ya kalau pergi nanti."

"Iya."

Aku sangat bersyukur karena sekarang hubungan kami mulai membaik, Sheila sudah mulai mau aku ajak bicara walaupun masih cuek, tetapi itu saja sudah lebih cukup untukku.

Jam sudah menunjukan pukul lima pagi, dengan segera aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Kulihat Sheila masih sibuk memasak di dapur, dan entah mengapa tiba-tiba saja spontan aku memeluk dan menciumnya dari arah belakang, tetapi Sheila malah kaget dan mendorongku begitu saja, ia benar-benar sangat dingin padaku sekarang.

"Jangan dingin-dingin dong Shel, aku gampang pilek," sindir ku padanya.

"Kalau lagi gak enak badan ya berobat, gak usah mandi dulu Bang. Istirahat aja dikamar," sahutnya dengan sangat polos. Entah memang polos atau pura-pura tidak tahu, tetapi yang jelas aku sangat kesal dengan sikapnya yang sekarang. Hal itu membuatku sempat berpikir, apa ini yang dirasakan Sheila dulu saat aku selalu bersikap dingin padanya?

*****

Hatiku benar-benar gelisah tidak menentu, hari ini aku sangat tidak fokus dalam bekerja. Sesekali kulirik arloji di tangan, tetapi rasanya waktu berjalan sangat lambat. Hari ini aku merasa seperti melupakan sesuatu, tetapi aku tidak tau apa itu yang kulupakan.

"Ini tanggal berapa Wan?" tanyaku saat melihat Ridwan lewat di depan meja kerjaku.

"Tanggal tujuh," sahutnya.

"Astaga, tanggal tujuh kok aku bisa lupa ya." Aku mengacak-acak rambutku frustasi, bagaimana bisa aku melupakan ulang tahun pernikahanku dengan Sheila yang genap ke-6 tahun, pantas saja tadi pagi ia berkata ingin jalan-jalan untuk merayakan hari spesial.

Hari itu aku izin pulang lebih awal, tidak lupa kubeli kue bolu dari toko langgananku untuk merayakan hari pernikahan kami. Semoga saja Sheila tidak marah lagi jika aku bersikap romantis padanya. Sepanjang perjalanan aku membayangkan wajah Sheila yang kegirangan, ia pasti nantinya akan syok dan terharu memelukku. Duh, membayangkan nya saja aku sudah tidak sabar.

Hari menjelang sore, sesampainya dirumah tidak lupa ku pasang lilin berbentuk angka enam di atas kue bolu tersebut sebelum masuk kedalam rumah. Aku ingin membuat kejutan untuk Sheila hari ini, walaupun ini pertama kalinya, tetapi kuharap ia akan luluh dan mau mengizinkan ku menikah lagi.

"Kejutan!" Aku berteriak saat membuka pintu, Sheila yang sedang duduk menonton tv hanya diam mematung menatapku.

"Sini Dek, kita tiup lilin sama-sama," ajakku padanya. Sheila mengiyakan permintaanku, dan ikut meniup lilin bersamaku.

"Diulang tahun pernikahan kita yang ke enam ini, Adek boleh minta kado apa aja pasti Abang kasih."

"Beneran?" tanyanya dengan mata berbinar.

"Iya, tentu saja."

"Aku gak minta apa-apa, aku cuma mau Abang mengurungkan niat untuk menikah lagi." Darahku mengalir dengan cepat saat mendengar permintaan Sheila, aku tidak berpikir sampai kesitu tadi.

"Yang lain Dek, kalau buat itu Abang gak janji. Maksud Abang entah Adek ada ingin beli sesuatu gitu?"

"Hahaha, aku terlalu naif ya. Jadi ini hari pertama dan terakhir kalinya kita ngerayain ulang tahun pernikahan kita, begitu senangnya ya Bang mau pisah denganku sampai dirayakan segala."

"Bukan gitu maksud Abang Dek!"

"Jadi apa? Oh, aku tau Abang uda ketemu pengganti Sheila ya sekarang?"

"Ahh, terserah kamu lah. Kamu keras kepala banget sih, gak pernah bisa ngertiin aku. Aku juga pengen punya anak, sementara kamu mandul!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status