Share

5

"Ayo Bi, pesen es kelapanya. Aku traktir," kata Panji membuat Dewi melirik remeh ke arah sang ponakan.

"Nenek juga," lanjut Panji dibalas anggukan Enas lalu wanita paruh baya itu segera memesan. 

"Awas lho, jangan nyesel kalau tagihannya banyak," cemoh Dewi lalu segera memesan.

Mawar terus mengajak Bagas berbicara, lelaki kecil itu sangat irit bicara. Senyuman geli terukir di bibir Hana kala melihat Mawar yang gencar menggoda sang teman. Dewi yang melirik Hana yang tak mengalihkan pandangan dari sang anak ikut kepo.

"Jangan biarkan Mawar begitu, Han," cibir Dewi melirik sinis istri keponakannya. 

"Heum ... Biarin aja Bi, yang penting masih tahap wajah. Aku juga sudah memberitahu apa yang dilarang disentuh atau menyentuh milik orang lain," sahut Hana tanpa mengalihkan tatapan pada Mawar.

"Dikasih tau malah gitu," ucap Dewi seraya melengos ia memilih menyeruput es kelapa, lalu beberapa keluarga perlahan datang Karena Dewi telah memberitahu.

"Wah, enak nih minum es kelapa," ujar Gina langsung mendaratkan bokong dan langsung menyeruput minuman miliknya.

Setelah semua sudah meminum es kepala itu sampai tandas. Melirik matahari yang makin terik, terlihat beberapa anak-anak tengah memainkan pasir atau mencari sesuatu di pinggiran. 

"Mah, Yah, Mawar mau main sama Bagas di sana," ucap Mawar memegang baju Panji dan Hana lalu menunjuk tempat yang akan ia tuju.

"Iya, tapi jangan nakal ya," balas Hana membuat Mawar mengangguk senang lalu segera bergelayut manja di lengan Bagas. 

"Ayo kita bersenang-senang," ajak Gina bangkit dari duduknya lalu merenggangkan tubuh.

"Ayooo ...," sahut Dewi dengan semangat membuat semua orang menoleh menatapnya.

"He, lalu siapa yang bayar ini kalau kamu pergi,"  seru salah satu dari mereka mengeryitkan alisnya. 

"Panji, dia ngomong mau traktir kita," balas Dewi menatap mencemoh ke arah keponakannya. 

"Oh ya sudah, makasih Panji," seru beberapa orang hanya dibalas anggukan Panji.

"Awas jangan besar kepala, cuma traktir es kelapa jangan sombong," cecar Dewi membuat Panji menghela napas tidak membalas ucapan wanita itu. 

"Sudahlah, Bu, ayo kita pergi. Takut dia malah minta bantuan kalau ternyata ada drama gak bawa dompet," sembur Gina disambut tawa Dewi lalu wanita itu mengangguk dan sekeluarga Dewi hendak melangkah tetapi terhenti kala mendengar ucapan Hana.

"Jadi berapa?" tanya Hana kala Ibunya Bagas tengah mengelap meja. 

"Apa kalian akan pergi lagi? Sesekali refreshing lah, jangan kerja terus," cecar Ibu Bagas hanya disambut senyuman tipis  Hana. 

"Enggak kok, ini mau ke sana, masa hari raya jualan, nanti aja besok," sahut Hana dengan kekehan lalu Ibu Bagas segera menyebutkan total dan segera Hana bayar. 

Keluarga besar mereka hanya diam, apalagi Dewi membulatkan matanya. Ia langsung mempautkan bibir karna tak ada bahan cemohan untuk keluarga Mbaknya. Satu persatu pergi ke tempat yang ingin dituju.

"Ayo kita bersenang-senang," ajak Enas dengan gembira, wanita tua itu memang sangat suka jalan-jalan. 

"Iya, Nek. Sekalian kita selfi," sambut Gina membuat beberapa mengangguk. 

"Iya, nanti kamu cuci ya, mau Nenek simpan di rumah," pinta Enas diacungi jempol oleh Gina. 

Semua sangat gembira, disaat mereka sudah merasa puas. Dengan semangat Gina mengajak pergi ke tempat tujuan yang dibicarakan kala di kediaman Enas. Beruntung lokasi itu tidak terlalu jauh, sesampai di sana disambut oleh pelayan di depan pintu. 

"Selamat datang, selalu bahagia," sapa pelayan itu dengan senyuman manisnya lalu mata ia melirik sang pemilik tempat ini. 

"Bu Hana, anda ke sini. Kenapa tidak bilang-bilang, bukannya besok lusa ya," seru pelayan itu mendekati Hana yang disambut senyum kecil wanita tersebut, keluarga besar Panji langsung menyorot Panji dan Hana dengan heran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status