Beranda / Romansa / Ketika Kamu Menjadi Aku / 1. Tidak Ada Kebahagiaan Di Sini

Share

1. Tidak Ada Kebahagiaan Di Sini

Penulis: Mochichi26
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 21:24:21

Semua telah dia korbankan. Masa mudanya berlalu tanpa teman, tanpa kenangan yang berarti. Mimpinya telah lama mati, bahkan dia tidak bisa memilih jurusan yang diinginkan. Apapun yang wanita itu miliki, semua sudah ia serahkan pada orang tuanya. Biarlah dia menjadi boneka orang tuanya jika itu membawanya ke kebebasan.

Bahkan, pernikahan yang selama ini ia bayangkan adalah sesuatu tersakral selama manusia hidup, juga ia korbankan demi kebebasan di depan mata.

Wanita berambut lurus sebahu kini sedang melamun kosong ke luar jendela. Setelah semua yang ia lalui, akhirnya sang Ayah dan Ibu mau melepaskannya. Rantai tak terlihat yang selama ini menahan tubuhnya terlepas.

Akan tetapi, ternyata tidak semudah itu.

Orang tuanya memberikan kunci rantai yang baru dan lebih kuat kepada Raden Ezra Kusuma, pria yang saat ini menjadi suaminya.

Selama enam bulan dia pindah ke rumah Raden, tidak ada perlakuan baik yang Anna terima selain tatapan kemusuhan dari lelaki tersebut. Tidak lama kemudian, Raden melemparnya ke rumah mewah dan besar di pinggir kota. Kepergiannya ke tempat mana pun harus disetujui Raden. Pengawal di mana-mana untuk mengawasi pergerakannya.

PRANG!

“Sialan!”

Sebuah gelas kaca telah ia hancurkan dengan dilempar keras ke arah tembok. Di saat nama sang suami kembali teringat, matanya penuh kobaran kebencian. “Seharusnya aku bebas ... Seharusnya pengorbananku terbalaskan. Seharusnya begitu! Tapi—“

Kalimatnya terpotong karena tubuhnya sudah bergetar hebat. Matanya terasa panas sebelum menumpahkan air mata. Suaranya parau saat melontarkan isi pikiran. “Aku hanya ingin bebas, tetapi mengapa semua orang hanya ingin menggunakan diriku?”

Perintah lama itu kembali terdengar. “Menikahlah dengan Raden.”

“Aku tidak ingin menikah dengannya,” ucap Anna kepada pikirannya sendiri.

“Tidak bisa. Kamu harus tetap menikah dengan Raden.” Jika tidak ia balas, bisikan itu akan semakin keras dan seakan-akan berteriak tepat di sebelah telinganya.

“Kenapa? Apa keuntungannya?”

“Kamu akan bebas. Kamu akan bebas. KAMU AKAN BEBAS!”

“BERHENTI!” Kedua tangannya memukul kepalanya sendiri. Memang sesekali saat dia melamun, akan ada suara-suara yang dia benci merasuki pikirannya. Semua tidak akan berhenti jika dia tidak memukul diri sendiri dan jatuh pingsan.

Semua pekerja di rumah ini telah mengetahui kebiasaan aneh Anna. Namun, tidak satu orang pun yang menghentikannya. Bahkan melapor ke Raden mengenai ketidakwarasan Anna saja tidak. Tuan mereka sudah cukup kasihan karena harus menikahi wanita yang tidak ia cintai, apalagi jika harus mendengar Anna itu tidak sehat?

“Pernikahan ini menyiksaku. Sudah tiga tahun sejak aku menikah dengannya, tapi tidak ada yang berubah.” Dadanya semakin sesak saat Anna memaksa untuk terus berceloteh. “Apa yang harus kulakukan?”

“Buat dia jatuh cinta denganmu. Mintalah kekuasaannya, hartanya. Lalu, ceraikan dia.”

Hidung Anna sudah buntu dengan lendir. Mau tidak mau, wanita itu harus menarik nafas dari mulutnya.

Tidak, jangan perintah itu lagi.

Setelah orang tuanya berhasil menikahkan Anna dengan Raden, mereka masih berani untuk memberi satu perintah lagi. Yaitu perintah untuk mengambil hati Raden sekaligus hartanya sebelum perasaan cinta itu diremukkan.

“Kembalilah ke rumah orang tuamu ini. Kita akan hidup lebih bahagia jika lelaki itu hancur.”

“Aku ... sudah gagal membuatnya jatuh cinta.” Tiga tahun bukanlah waktu yang lama. Seharusnya sudah banyak kenangan yang membuat dua insan semakin bahagia dan bersatu. Namun, sejak awal Anna telah tersingkirkan dari dinding es Raden. “Apalagi yang bisa kulakukan?”

“Jika kamu tidak bisa, bunuh saja Raden. Bukankah dia adalah sumber dari semua masalahmu?”

“Bunuh suamimu.”

“Bunuh.”

“TEMBAK DIA!”

*****

“Selain itu, tidak ada lagi yang Bu Anna lakukan,” lapor sang pengawal. Kepalanya mengangguk sesudah menghirup kopi panas di gelasnya.

Sejauh ini, Anna masih aman di kendalinya. “Silakan keluar.”

Bola mata hitam gelap itu menatap langit sore di balik kaca kantor. Warna senja itu memang menarik, tetapi hanya mengganggu matanya. Tidak ingin terusik dengan ingatan yang tidak diinginkan, Raden menutup semua kaca yang tertembus matahari dan membuat pencahayaan ruangan lebih terang lagi.

Selain tanggung jawabnya sebagai CEO sudah terbiasa untuk merepotkan dirinya, kesusahan yang ia alami hanya bersumber dari Anna.

Mulutnya mendesis sebal saat mengingat kembali titik di hari itu. Dia masih menghafal lengkungan bibir Anna yang miring, sangat licik. Sama sepertinya orang tuanya, Malik Dwi Setiawan. Keluarga itu sengaja membuat Raden tidak bisa apa-apa demi menyelamatkan perusahaannya.

Beruntung, Anna masih mudah untuk dikontrol. Agar tidak merepotkannya terus menerus, dengan sengaja Raden membeli rumah mewah di pinggiran kota yang jarang dilewati masyarakat. Di situ ia meletakkan banyak pekerja untuk melakukan pekerjaan rumah serta untuk mengawasi Anna secara ketat. Sesekali Anna hanya pergi keluar ke mal atau menemui orang tuanya. Setidaknya wanita itu hanya pergi keluar empat kali dalam sebulan.

Setelah jam kerja terlewati, Raden pulang. Namun, hatinya sedikit merasa gelisah karena Anna terlampau tenang sebagai seorang istri yang tidak dihiraukan suaminya selama tiga tahun. Mungkin sesekali dia ingin memeriksa secara langsung keadaan wanita tersebut. “Kita pergi ke rumah Anna. Sekarang juga.”

Mobil tersebut melewati jalan termulus sampai jalan terburuk. Dari jalan raya besar hingga gang kecil. Pada akhirnya, mobil itu tiba di rumah besar yang sangat gelap. Suasana horor segera terasa begitu masuk ke dalamnya. Jika banyak pekerja saja masih belum bisa menghidupkan rumah tersebut, apalagi jika hanya ada Anna saja di sana?

Saat mendengar pagar berdecit terbuka, pintu utama terbuka, bahkan hingga para pembantu menginformasikan kedatangan Raden, Anna tetap tidak bergeming. Bola matanya kosong, telinganya seakan telah tuli.

“Apa kamu tidak akan menyambut suamimu ini?” tanya Raden tanpa tahu malu. Apakah dia lupa seburuk apa dia memperlakukan Anna sebbagai suami? “Kamu sedang berniat menjadi patung.”

“Lebih baik aku hidup sebagai patung tidak bernyawa dibanding menjadi manusia tidak berperasaan,” sindir Anna. Meski begitu, kelopak matanya tidak mengerjap sama sekali seakan benar-benar ingin menjadi patung.

“Sayangnya, aku tidak sedang menikahi sebuah patung.” Tidak ada respon sama sekali dari Anna. Sebal, Raden mendorong sedikit tubuh wanita tersebut. “Hei.”

Matanya membulat saat melihat wanita itu tiba-tiba jatuh pingsan setelah didorong pelan seakan-akan dirinya serapuh itu. “Anna!”

Sekali lagi ia goyangkan, tubuh Anna benar-benar dingin dan kaku. Bahkan saat pingsan pun, matanya masih terbuka. Meski Raden sudah meneriakkan nama wanita tersebut berkali-kali, belum ada satu pekerja pun yang datang ke kamarnya.

Berakhir emosi, Raden keluar dari kamar dan berteriak kasar memanggil siapa pun untuk membawa Anna ke rumah sakit.

“Kalian ini bagaimana, sih?! Seharusnya memberitahu saya kalau dia tidak mau makan untuk beberapa hari! Memangnya laporan ‘dia tidak keluar ke mana-mana’ saja sudah cukup? Lalu kenapa respon kalian lambat sekali saat saya panggil? Kalian kira saya membayar hanya untuk menganggur?” omel Raden senewen dengan semua pekerja. Saat ini dia sudah memanggil dokter langganannya untuk segera merawat Anna.

Setelah puas mengomel, Raden menjadi hening kala melihat wajah pucat wanita tersebut. Kenapa dia tidak menyadari bahwa Anna tidak baik-baik saja, ya?

Tunggu, kenapa juga dia harus mempedulikan wanita ular ini?

Helaan nafasnya terdengar kasar. Tidak seharusnya dia ke sini jika Anna hanya membuat kepalanya semakin pening. Namun, kalau dia tidak ke sini, bisa jadi perempuan itu mati karena tidak makan berhari-hari.

Sebagai seorang suami, meski dia pantas dipanggil sebagai suami bejat karena mengasingkan istri sendiri, setidaknya Raden masih sadar diri bahwa dia punya tanggung jawab penuh terhadap Anna. Kematian Anna hanya akan merepotkan Raden dan membuat pria tersebut berlutut di hadapan keluarga Setiawan.

Raden sangat membenci Anna yang menikah dengannya semata-mata dengan harapan membuat Raden cinta dan hancur sendiri. Sejak awal, dia sudah memiliki praduga tersebut. Makanya dia membuat langkah pertahanan dengan mengasingkan sang istri. Sebagai bentuk perhatian kecilnya, Raden memastikan banyak orang yang melayani Anna dan semua kebutuhannya pun terpenuhi.

Namun, di sebuah tempat terdalam di hatinya, ada perasaan asing yang menyala setiap kali melihat wajah sang istri. Apalagi saat melihat Anna terkapar lemas.

Sialan. Raden tahu bahwa dia tidak boleh bersikap lunak karena Anna akan mengambil celah itu untuk menghancurkannya. “Dasar merepotkan saja.”

[Bersambung]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   124. Telah Selesai

    Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   123. Akhir Yang Baik

    Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   122. Dampak

    Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   121. Kisah Lama

    "Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   120. Akhirnya Tertangkap

    Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   119. Partner yang Bisa Diandalkan

    Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status