Wkwkwk, emang minta disentil ginjalnya si Keyla. 7 bidadara nggak tuh. Key, Key. 1 aja katanya bikin pusing loh. Iya nggak Bu-Ibuk?
Menjadi nyonya rumah kaya raya itu ternyata sangat menyenangkan. Dulu sebelum ia dipaksa menikah dan mendapatkan kenaikan jabatan, hari-harinya di divisi HR selalu diisi dengan berbagai macam perbudakkan atasannya— sekarang? ‘Nyuantaiii!!’ jerit dewi batin Keyla, membara. Jika dipikirkan kembali, Keyla sebenernya masuk ke dalam kategori wanita paling beruntung di muka bumi. Bagaimana tidak, ia yang tidak laku-laku itu dipersunting oleh laki-laki paket lengkap, yang semua keunggulan makhluknya diborong semua oleh Fathan.Paras, isi rekening, dan kedudukan, semuanya berada di atas rata-rata para lelaki yang Keyla kenal. Andai Fathan bukan pria beristri, Keyla pasti tak akan merasa terpaksa saat dipersunting. Toh, dulunya ia memang sempat menyukai Fathan.“Guys.. Kalian nggak bosen?”Mendengar pertanyaan Keyla, Dion dan Nakula pun mengalihkan perhatian mereka dari susunan Lego yang keduanya mainkan. “Mami bosen?” tanya Dion, sembari menatap Keyla. “Nggak sih. Mami kan tim megeran. Di
“K-Key..” Seperti seorang maling yang baru saja ketahuan mencuri BH tetangga, Fathan mencicit, ketakutan.Dari apa yang ia lihat, merahnya wajah Keyla menunjukkan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat. Mungkin waktu kematiannya memang sudah dekat karena adanya malaikat maut di hadapannya.“Hi-Hiyaaakk!!”Buk.. Buk.. Buk..Disaat Fathan disibukkan dengan pikiran nyelenehnya, malaikat maut yang pria itu maksud sudah lebih dulu menjalankan tugasnya sebagai jagal hidup Fathan.Dengan media bantal, Keyla memukuli Fathan yang menurutnya telah menyalahi kontrak pernikahan mereka.“Dasar Duda cabul! Duda piktor! Argh!!”Buk.. Buk.. Buk..Berhubung Fathan masih sangat menyayangi nyawanya, pria yang menjerat Keyla dengan pernikahan kontrak itu pun, hanya diam, pasrah terhadap gelombang amarah yang tengah diekspresikan istrinya.Setelah puas melampiaskan kemarahannya, Keyla pun melompat turun dari ranjang.“Minggat nggak lo, Mas? Jangan sampe Mas Fathan, Keyla..” Pengusiran berisi ancaman itu Ke
Keyla mengulum bergantian bibir atas dan bawahnya. Ia terbaring gelisah dengan jari-jari bertaut di dalam selimut yang membungkus tubuhnya. Sampai detik ini, ibu dua anak itu tak kunjung dapat menyusul kedua anak tirinya yang beberapa jam lalu sukses memasuki gerbang mimpi mereka dan semua terjadi berkat bergabungnya satu makhluk durjana yang Keyla yakini tengah berbahagia di atas penderitaan malamnya. Keyla memejamkan mata ketika sebuah pergerakan membuat jantungnya semakin berdetak kencang.Jangan salah tafsir. Jantung itu berdetak bukan karena degup kegembiraan, apalagi oleh perasaan meledak-ledak sebab dapat menghabiskan malam dengan orang terkasih. Big to the no ya Bestie!Alih-alih merasa bahagia, Keyla justru dendam kesumat. Ia memendam kekesalan karena Fathan nyatanya tak bisa diandalkan. Sudahlah! Berharap pada janji manusia memang tak ada gunanya. Salahnya sendiri. Sudah tahu Fathan sering ingkar dengan melewati batas perjanjian, kok ya bisa-bisanya ia selalu terjatuh di
Pulang dari restoran membawa bungkusan makanan?Tet-tot!Lantas apa yang Keyla bawa? Jawabannya adalah helaian rambut milik Hans yang dirinya rontokkan saat memberikan pelajaran.Sengaja Keyla mengumpulkannya. Ketika ia tiba di rumah, Keyla pun langsung membuka sesi ghibah, lengkap dengan serangkaian barang bukti berupa penampakan acak-acakkan si Impostor dan rambutnya.“Gila, Mbak. Ternyata selama ini kita ditipu.”Diseberang sana, Hardi tertawa. Alih-alih ikut emosi karena dikhianati Hans, perempuan itu justru terhibur melihat reaksi yang Keyla pertontonkan di layar ponselnya.“Bisa-bisanya kita ngegibahin anak-anak jalur ordal, didepan ketua Impostornya langsung, Mbak. Mana dia hebat banget lagi ngibulnya, pake sok-sokan ikut ngehujat kinerja abal-abal mereka.”[Tapi Hans kan kerjanya bener, Key]“Bener dari mananya, Mbak? Gara-gara dia kan kita sering kena omel si Botak.”Hardi lagi-lagi menyemburkan tawa. Bukan kasung yang disengaja aslinya. Keyla saja yang sial karena kepala HR s
“Oh, gini toh rasanya nepotisme? Sedep bener ya. Tahu langsung dapet room VVIP, lo keluarnya lebih cepet dong.”Pantas negara Wahkanda ini pejabatnya terlenakan oleh KKN. Orang baru nepotismenya saja, kesulitan hidup seketika menjadi begitu mudah berkat bantuan si donatur gelap.Kacau! Tak heran rakyat sampai lebih percaya dengan pihak keamanan Bank Central. Dibayar UMR-pun, para satpam itu tetap melayani sepenuh hati tanpa menerima amplop selipan di dalam kantong saku seragam kerjanya.“Pasti kalau pejabat yang kesini, nggak bakalan lo suruh nunggu kayak kita-kita kan?”Hans tersedak.Kampret sekali memang Keyla.Mulutnya itu loh, seperti tidak pernah makan bangku sekolahan. Tahu sih kalau sebuah kursi tidak bisa dimakan. Minimal sewaktu berangkat, otaknya ikut lah. Jangan ditinggal di rumah.Hans mendelik. Sahabat yang dulunya berada di dalam satu ruang kerja dengan Keyla itu mengucapkan terima kasih kala Dion mengulurkan selembar tisu ke arahnya. Ia lalu mengembalikkan atensinya pad
“Why?”“Gila ya, Mas. Mas mau jadi bahan gosip Kang Sate sama warga komplek?” Keyla menyipitkan matanya, memandang tajam Fathan yang bisa-bisanya masih bertanya kenapa ia tidak menyetujui usulan pria itu.“Astaga, Key. Siapa yang mau gosipin kita, heum? yang artis kan udah ke Amerika.”“Nggak, nggak! yang lain aja.” Keukeuh, Keyla.Ia malas kalau harus menjadi topik perbincangan orang. Apalagi kalau sampai bertemu dengan si kembar yang salah satunya tukang nyinyir. Jiwa dan raganya terlalu lemah sekarang. Ia saja masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya terusir dari rumah ayahnya.“Ya udah. Kamu maunya apa?” “Mau balik ke rumah Ayah, huwaaaa.” Alamak! Ternyata drama si anak terusir masih berlanjut. “Minta makan ke rumah Ayah nih jadinya?” “Nah, iya! Ayo-ayo. Masakan Bunda jauh lebih enak daripada beli.” Sayangnya ketika Keyla hendak membuka gerbang rumahnya, gerbang itu terkunci dengan gembok besar yang belum pernah Keyla lihat sebelumnya.“A-AYAAAAAAH!!!”“Dad..” Dion me