Perseteruan hebat pun tidak dapat terhindarkan.
Tepat setelah ayahnya pulang dari tempatnya bertugas, Keyla yang dilanda tekanan sampai ke tempat kerja pun mengadu kepada ayahnya. Karena aduannya itu, bundanya pun ikut terkena imbasnya. Akibat kemarahan yang tidak lagi bisa terbendung, sang bunda akhirnya meminta keluarga untuk datang ke kediaman mereka.
“Kamu sudah gila ya? Beraninya kamu meminta anak semata wayang saya untuk dijadikan istri kedua!”
“Yah, sabar. nggak akan kayak gitu kalau bukan karena kepepet.”
“Terus kalau dia kepepet, anakku gitu yang harus jadi korbannya?!” Sentak tajam ayah Keyla. “Jangan ikutan nggak waras kamu, Bun. Anakmu ini mau dimanfaatin! Setelah dia balikan sama istrinya, nasib anakmu satu-satunya terus gimana?!” tuntutnya penuh akan kegeraman.
Bunda Keyla kontan menundukkan kepala, tak mampu membalas ucapan suaminya. Sebagai seorang ibu, ia tidak ingin hidup putrinya hancur, tapi disisi lain, ia juga tidak tega melihat kebingungan sahabat baiknya.
“Bunda diem aja! ini masa depan Keyla. Jangan karena rasa nggak enak Bunda, nasib anak semata wayang kita jadi taruhannya!”
Saat ini mereka harus berpikir logis. Apalah artinya jalinan persahabatan kalau mereka harus menggadaikan kebahagiaan darah daging sendiri! Toh ketika mereka menjadi tua renta pun, tetap anak mereka yang mengurus sampai keduanya tutup usia. Yah, kecuali anak mereka bertindak layaknya Malin Kundang.
Tatapan ayah Keyla berpindah menatap . “Kalau yang kamu cari hanya jembatan untuk bisa menikahi istri lagi, Om rasa masih banyak perempuan yang bisa kamu manfaatkan, . Demi Tuhan Om nggak ridho kalau hidup anak Om kamu dijadiin mainan.”
“Kalau Om harus ngelepasin Keyla,” ayah Keyla mengetukkan ruas jarinya pada permukaan meja di hadapannya, “itu jelas ke tangan laki-laki yang bersedia jagain dia sampai akhir hayatnya, bukan ke kamu yang nikahin dia cuman buat diceraiin!”
Keyla mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda bahwa ia setuju dengan pemikiran sang ayah. Cinta pertamanya memang hebat. Pria paruh baya itu terlihat menawan kala memperjuangkan kebahagiaannya.
‘Superman aja kalah deh pokoknya! Hero-nya gue nih!’ batin Keyla, berbangga.
Sang ayah meletakkan telapak tangannya pada pundak Keyla, menggerakkan tangannya hingga membuat tubuh Keyla berguncang seraya berkata, “even begajulan begini, anak saya cuman satu! Nggak waras saya namanya kalau ngerestuin niat jahat kamu yang mau mainin dia!”
Errh! Pardon?!
Apakah telinganya bermasalah?! yang barusan itu sebenarnya pujian atau bentuk penyesalan sang ayah karena mempunyai putri seperti dirinya ya?!
“Sejelek-jeleknya kelakuan anak saya, saya nggak rela dunia akhirat dia disakitin!!”
Fucyek!!
Dua kali sudah dirinya dihantam! itu jelas-jelas bukan kata-kata untuk memuji eksistensinya!
‘Keyla tarik lagi omongan yang bilang Ayah keren!’ dumel Keyla, mencak-mencak dalam hatinya.
“Mas, kami bener-bener minta maaf. Sebelumnya saya juga sudah minta buat mikir seribu kali. Tapi kami nggak bisa menghalangi niatnya, apalagi anak-anak sepertinya memang mengharap Keyla buat jadi ibu sambungnya mereka.” Tutur papi , menjelaskan mengapa mereka sampai mendukung langkah keliru putranya.
“Kok bisa?! Mereka kan punya ibu sendiri. Seenak-enaknya ibu tiri, pastilah lebih enak hidup sama ibu kandung sendiri.”
Bunda Keyla yang telah mengetahui alasan dibalik tak harmonisnya hubungan cucu-cucu sahabatnya dengan ibu kandungnya pun mencubit paha suaminya. “Nggak semua anak bisa deket sama ibu yang ngelahirin mereka, Yah,” bisik perempuan itu membuat sang suami menangkupkan dan mulutnya.
“Yeah, Mas tau sendiri kan kalau menantu saya selalu sibuk dengan aktivitas shootingnya. Waktu tau kalau Keyla yang bakalan jadi mami tirinya, mereka kelihatan happy sekali. Memang salah yang mendadak kasih mereka pengharapan, tapi apa Mas nggak kasihan kalau mereka harus ikut ngerasain patah hati?”
“Iya, Mas.” Seruduk mami , ikut bersuara. “Mereka pas tau daddy sama mommy-nya cerai malah biasa aja responnya. Beda banget waktu tau Keyla nolak lamaran daddy-nya semalem. Mereka kayak kecewa gitu loh, Mas.”
Keyla memberikan kode dengan gelengan kepalanya.
Jangan sampai ayahnya luluh lalu terkecoh aksen melas keluarga . Semua itu pasti hanyalah jebakan Batman.
“Mas, sebagai papinya , saya janji akan melindungi kedudukan Keyla di keluarga besar kami. juga sudah bilang kalau dia nggak akan menceraikan Keyla. Nggak akan ada yang berubah walau nikah lagi sama istrinya, Mas.”
“Hu’um-Hu’um. Keyla bakalan jadi menantu kesayangan saya. Mas kan tau kalau saya sayang banget sama Keyla. Saya sudah anggep Keyla kayak anak sendiri. Kalau macem-macem, saya yang akan tendang dan milik Keyla buat dianggap penerus keluarga.”
“Yah, jangan tergiur. Promo tuh emang menggiurkan, Yah, tapi inget, kita juga sering kena zonk gara-gara promo bodong!”
“Apa perlu saya buat surat kuasa, Key?” Ucap Fathan, menimpali kedua orang tuanya yang mencoba meyakinkan keluarga Keyla.
“Saya perlu bantuan kamu dan saya rela memberikan semuanya. Kalau aja anak-anak nggak terlanjur berharap, saya nggak akan se-enggak tau malu ini, Key.”
“Salah sendiri ngajak-ngajak mereka ke kegilaannya Mas ! Jangan ngehajar rasa kemanusiaan aku dong, Mas!! Nggak fair kalau Mas kayak gini!”
“Please, Key. Tolong bantu Mas, ya?! Kalau kamu punya syarat, Mas akan kabulin semuanya.”
mencondongkan tubuhnya dan perilaku itu dinilai negatif dengan pikiran yang akan mendekati posisi duduk Keyla.
“Heh, Heh!! Disini aja ngomongnya. Nggak usah kemana-mana!” sentak mami , galak.
“Emang nggak kemana-mana, Mi. cuman mau maju aja.”
Keyla pun meringis mendengarnya. Tolonglah! Akan jadi apa dirinya jika masuk ke dalam keluarga . Keluarganya sendiri saja sudah terlewat unik masalahnya.
“Kamu mau pisah rumah kalau Mas udah nikah lagi, monggo, Mas ijinin, Key. Kamu bisa terus tinggal sama Om dan Tante. Mas nggak akan nuntut kamu buat ngelayanin Mas selayaknya suami istri beneran. Kita cukup nikah aja. Just it.”
“Wah, gendeng! Anak saya kamu suruh jadi perawan tua sampe bangkotan, Than?!”
“Kalau Keylanya berkenan, saya ikhlas kok Om berbagi ranjang.”
“Ya kalau udah jadi suami istri, ya harus itu! Kamu pikir Om nggak pengen nimang cucu?! Kamu kebangetan banget ya mau bikin keturunan Om berhenti di Keyla aja!!”
“Tahan, Yah, tahan.”
“Hais, nggak perlu ditahan, Yah!! Sikat aja Mas -nya! Laki kok mau enaknya aja!! Manusia-manusia kayak gini nih yang harus diilangin dari muka bumi!!” kompor Keyla.
“Aduh, Than! Gimana sih kamu! Bukannya ngerayu calon mertua malah bikin bubar grak kamu ini!” omel mami , menyayangkan putranya yang bertindak gegabah dalam berucap.
“Om, saya nggak akan nyerah demi anak-anak saya. Saya yang udah gagal jadi suami ini, nggak mau gagal juga sebagai ayah mereka. Anak-anak saya ngebolehinnya cuman nikah sama Keyla, tolong kemurahan hatinya Om. Tolong ijinin saya jadiin Keyla istri ke-2 saya.”
Brak!!
Keyla mengulum bergantian bibir atas dan bawahnya. Ia terbaring gelisah dengan jari-jari bertaut di dalam selimut yang membungkus tubuhnya. Sampai detik ini, ibu dua anak itu tak kunjung dapat menyusul kedua anak tirinya yang beberapa jam lalu sukses memasuki gerbang mimpi mereka dan semua terjadi berkat bergabungnya satu makhluk durjana yang Keyla yakini tengah berbahagia di atas penderitaan malamnya. Keyla memejamkan mata ketika sebuah pergerakan membuat jantungnya semakin berdetak kencang.Jangan salah tafsir. Jantung itu berdetak bukan karena degup kegembiraan, apalagi oleh perasaan meledak-ledak sebab dapat menghabiskan malam dengan orang terkasih. Big to the no ya Bestie!Alih-alih merasa bahagia, Keyla justru dendam kesumat. Ia memendam kekesalan karena Fathan nyatanya tak bisa diandalkan. Sudahlah! Berharap pada janji manusia memang tak ada gunanya. Salahnya sendiri. Sudah tahu Fathan sering ingkar dengan melewati batas perjanjian, kok ya bisa-bisanya ia selalu terjatuh di
Pulang dari restoran membawa bungkusan makanan?Tet-tot!Lantas apa yang Keyla bawa? Jawabannya adalah helaian rambut milik Hans yang dirinya rontokkan saat memberikan pelajaran.Sengaja Keyla mengumpulkannya. Ketika ia tiba di rumah, Keyla pun langsung membuka sesi ghibah, lengkap dengan serangkaian barang bukti berupa penampakan acak-acakkan si Impostor dan rambutnya.“Gila, Mbak. Ternyata selama ini kita ditipu.”Diseberang sana, Hardi tertawa. Alih-alih ikut emosi karena dikhianati Hans, perempuan itu justru terhibur melihat reaksi yang Keyla pertontonkan di layar ponselnya.“Bisa-bisanya kita ngegibahin anak-anak jalur ordal, didepan ketua Impostornya langsung, Mbak. Mana dia hebat banget lagi ngibulnya, pake sok-sokan ikut ngehujat kinerja abal-abal mereka.”[Tapi Hans kan kerjanya bener, Key]“Bener dari mananya, Mbak? Gara-gara dia kan kita sering kena omel si Botak.”Hardi lagi-lagi menyemburkan tawa. Bukan kasung yang disengaja aslinya. Keyla saja yang sial karena kepala HR s
“Oh, gini toh rasanya nepotisme? Sedep bener ya. Tahu langsung dapet room VVIP, lo keluarnya lebih cepet dong.”Pantas negara Wahkanda ini pejabatnya terlenakan oleh KKN. Orang baru nepotismenya saja, kesulitan hidup seketika menjadi begitu mudah berkat bantuan si donatur gelap.Kacau! Tak heran rakyat sampai lebih percaya dengan pihak keamanan Bank Central. Dibayar UMR-pun, para satpam itu tetap melayani sepenuh hati tanpa menerima amplop selipan di dalam kantong saku seragam kerjanya.“Pasti kalau pejabat yang kesini, nggak bakalan lo suruh nunggu kayak kita-kita kan?”Hans tersedak.Kampret sekali memang Keyla.Mulutnya itu loh, seperti tidak pernah makan bangku sekolahan. Tahu sih kalau sebuah kursi tidak bisa dimakan. Minimal sewaktu berangkat, otaknya ikut lah. Jangan ditinggal di rumah.Hans mendelik. Sahabat yang dulunya berada di dalam satu ruang kerja dengan Keyla itu mengucapkan terima kasih kala Dion mengulurkan selembar tisu ke arahnya. Ia lalu mengembalikkan atensinya pad
“Why?”“Gila ya, Mas. Mas mau jadi bahan gosip Kang Sate sama warga komplek?” Keyla menyipitkan matanya, memandang tajam Fathan yang bisa-bisanya masih bertanya kenapa ia tidak menyetujui usulan pria itu.“Astaga, Key. Siapa yang mau gosipin kita, heum? yang artis kan udah ke Amerika.”“Nggak, nggak! yang lain aja.” Keukeuh, Keyla.Ia malas kalau harus menjadi topik perbincangan orang. Apalagi kalau sampai bertemu dengan si kembar yang salah satunya tukang nyinyir. Jiwa dan raganya terlalu lemah sekarang. Ia saja masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya terusir dari rumah ayahnya.“Ya udah. Kamu maunya apa?” “Mau balik ke rumah Ayah, huwaaaa.” Alamak! Ternyata drama si anak terusir masih berlanjut. “Minta makan ke rumah Ayah nih jadinya?” “Nah, iya! Ayo-ayo. Masakan Bunda jauh lebih enak daripada beli.” Sayangnya ketika Keyla hendak membuka gerbang rumahnya, gerbang itu terkunci dengan gembok besar yang belum pernah Keyla lihat sebelumnya.“A-AYAAAAAAH!!!”“Dad..” Dion me
“Bye-bye rumah. Mianhae..” Keyla meletakkan ujung tisu pada sudut mata kanannya. Wanita itu berkata tidak sanggup, lalu terisak setelah melirihkan kata ‘no,’ sembari mengulurkan tangan untuk menggenggam rumahnya.Keyla kalah berperang melawan sang ayah. Usai tak dapat mempertahankan kedudukannya, kini Keyla pun harus meninggalkan rumah yang dalam proses pembuatannya, Keyla kalah dalam peperangan. Usai tak dapat mempertahankan posisinya, kini ia harus berpisah dari rumah yang dalam proses pembangunannya, tak menguras satu angka di rekeningnya.Ya, Pemirsa yang Budiman. Keyla tidak menyumbang apapun, baik itu batu bata begitu pula dengan pasir dan tumpukan semen pengikat bangunan. Ia hanya bermodalkan udara yang keluar masuk dari paru-parunya, kemudian bisa tinggal sampai beberapa detik lalu, tepatnya sebelum dirinya benar-benar terusir.“Hiks, rumahku. Jangan lupain aku ya.”Ayah Keyla berdecak menyaksikan betapa berlebihannya tingkah putrinya. Ngidam apa dulu istrinya sampai anak tung
Sudah jatuh, tertimpa menara Eiffel pula, begitulah perumpamaan yang saat ini menggambarkan kondisi Keyla. Mengapa tidak— Dikarenakan guyonan papi mertuanya, baby sepolos Nakula justru menginginkan adik. Tak tanggung-tanggung, langsung lima sekaligus seolah dirinya ini seekor kucing yang dapat melahirkan dalam jumlah banyak.“Hahaha, maaf ya Key. Papi tadi cuman asal ngucap loh. Nggak maksud buat ngomporin. Sumpah.”Hah! Mau marah pun percuma. Waktu tidak bisa diputar kembali dan Nakula sudah terlanjur excited menantikan adik-adiknya. Padahal perihal adik sudah sempat ia amankan ketika mereka berada di Bandung. Siapa sangka tema itu diangkat lagi ke permukaan.“Ehem.. Kalau dipikir-pikir, Ayah sama Bunda juga nggak masalah kalau punya cucu cepet. Daripada makin tua. Nanti malah nggak kuat gendongnya.”Jedduar!Soundtrack sinema azab tiba-tiba saja terdengar di indera pendengaran Keyla. Apa ini? Kenapa ayahnya justru ikut-ikutan begini? “Kamu nggak masalah kan Than kalau nambah tanggu