“Keyla! Kamu budi ya? itu loh bel rumah kita ngereog!”
Keyla melompat turun dari sofa kala sang bunda berteriak. Perempuan paruh baya itu meminta dirinya untuk membuka pintu, menghentikan aksi si pemencet bel yang ugal-ugalan.
Sungguh calon tamu yang tidak mempunyai adab. Matahari bahkan belum sepenuhnya berada ditengah-tengah kepala, tapi sosoknya sudah mencari ribut dengan memainkan properti milik orang lain. Keyla jadi curiga jika tamu keluarganya pagi ini merupakan jelmaan bocah kematian.
Keyla meletakkan tangannya di atas permukaan gagang pintu. Untuk sesaat, gadis itu terdiam ditengah gempuran tekanan bel rumahnya.
‘Bener-bener dah ini orang!’ batinnya lalu mengembungkan dada, mengisi pasokan oksigen untuk bekal menyemprot tamu tak beradabnya. Setelah semuanya siap, ia menarik gagang pintu ke arahnya. “Beris-,” semburannya terhenti, terkalahkan oleh senyum serta jeritan anak kedua yang memanggil dirinya mommy.
“Pagi Mommy..” Sapa Dion, ramah, seramah satpam sebuah instansi perbankan yang dimiliki oleh pemilik perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Anak pertama itu menyodorkan keresek hitam, berkata jika dirinya membawakan sarapan untuk menyogok Keyla.
Iya, tidak salah! Memang seterus-terang itu kok Dion. Anak itu tidak suka berbasa-basi, persis seperti daddy-nya. Bedanya, kejujuran Dion efeknya tidak sampai mengguncang kewarasan pendengarnya. Level barbarnya terbilang cukup sopan untuk kesehatan jantung dan mental.
“Kula mau digendong Mommy, Daddy.” Nakula— bungsu , merengek dengan tubuh menggeliat didalam gendongan daddy-nya. Anak berusia 6 tahun itu menggerakkan tangannya, mengais-ngais Keyla yang berada dihadapannya.
Rasanya kepala Keyla ingin pecah menjadi beberapa bagian. Dugaan terkait bocah kematian yang merusuh di rumahnya pun kini terbukti kebenarannya. Nahasnya, tidak hanya bocahnya saja, tapi lengkap bersama si pembuatnya yang sekarang masuk ke dalam list manusia, yang paling Keyla hindari eksistensinya.
“Mommy..” rengek Nakula, berharap Keyla mengambil alih dirinya.
“Kula, Tante Key bukan Mommy kamu loh.” Ucap Keyla, membuat wajah Nakula yang tadinya begitu sumringah berubah memerah, pertanda jika anak itu akan meledakkan tangisnya.
Benar saja— sedetik kemudian, Nakula benar-benar menangis. Anak itu terus memanggil Keyla mommy hingga meruntuhkan dinding ketidaktegaannya. Alhasil, Keyla pun mengalah. Ia mengambil tubuh kecil Nakula, menggendongnya dengan tangan mengusap punggung si kecil.
“Cup, Cup. Udah, diem. Kan udah Tante Key gendong.” Ujar Keyla mencoba menenangkan tangis Nakula. Sayangnya, tangis Nakula justru semakin menjadi karena Keyla menyebut dirinya sebagai Tante, bukan seorang mommy seperti yang anak itu harapkan bersama sang kakak.
“Mommy, mommy,” ulang-ulang anak itu sembari memukul pelan dada Keyla dengan tangan kecilnya. Nakula menangis sesenggukkan dan berakhir kelelahan karena Keyla tak kunjung menanggapi permintaannya.
Saat itu, bunda Keyla yang merasa iba pun mencubit pinggang putrinya. Perempuan dengan spatula ditangan kirinya itu berbisik, meminta Keyla mengiyakan saja supaya Nakula tak demam dikemalaman harinya.
Maka dengan amat terpaksa Keyla menuruti kata-kata sang bunda. Hal itu sontak membuat Nakula kembali ceria hingga memeluk leher Keyla.
“Mas, anakmu kok kayak kurang kasih sayang sih.” Kicau Keyla, menyuarakan isi pikirannya. Padahal Nakula dan Dion mempunyai orang tua lengkap yang baru berpisah hanya pada akhir-akhir ini saja. Namun jika melihat bagaimana perilaku Nakula dalam menginginkannya, anak itu tampak layaknya korban broken home kawakan.
“Maminya kan jarang di rumah, Key. Sibuk shooting. Kadang pulang kalau anak-anaknya udah tidur. Dibandingin sama Mbakmu, mereka malah lebih sering ngabisin waktunya sama kamu.” Jelas tanpa menjelekan istri tercintanya.
Karir yang sedang cemerlang memang membuat waktu kebersamaan keluarga mereka berkurang. Meski begitu, setiap kali sang istri mempunyai waktu luang, dia akan menghabiskan waktu tersebut untuk bermain bersama anak-anak mereka.
“Kasihan. Dion sama Nakula kan masih butuh figur ibu.”
Kesempatan itu digunakan untuk melayangkan rayuannya. menyeletuk jika Keyla dapat mengisi kekosongan waktu yang ditinggalkan istrinya, apalagi anak-anaknya juga sangat menginginkan kehadiran Keyla diantara mereka.
“Ngawur! Apa bedanya aku sama Mbak Sisil. Kita kan sama-sama kerja.” Elak Keyla, keukeuh dengan penolakannya.
Nyatanya tak kehilangan argumen. Pria itu menjelaskan jika jenis pekerjaan keduanya saja tak serupa. Poin plusnya, ada dirinya yang juga berada di satu tempat kerja bersama Keyla. Mereka bisa bergantian menjaga Dion dan Nakula selama jam kerja masih berlangsung. Toh keduanya bukanlah tipe anak-anak yang rewel, yang pastinya tidak akan mengganggu pekerjaan mereka.
“Eheum! Kamu cocoknya jadi sales, Nan! Bukan petinggi perusahaan!” Celetuk ayah Keyla, yang tiba-tiba saja berdiri disamping sang istri. Pria itu melambaikan tangannya, memerintah lembut Dion agar tidak berdiri di luar pintu rumahnya.
Sebagai orang tua yang juga mempunyai anak, ayah Keyla pun tahu jika anak-anak lah yang menjadi korban kemelut orang tuanya. Akan tetapi itu tak dapat membuatnya menyerahkan putri tunggalnya untuk dijadikan wanita kedua, terlebih jika alasan dibalik pernikahan sang putri adalah demi kebahagiaan orang lain.
Namun hati ayah Keyla begitu terusik pasca melihat langsung perilaku mengenaskan cucu sahabatnya. Keduanya tampak sangat membutuhkan sosok ibu yang setiap harinya dapat mereka rengkuh.
“Masuk, Nan. Sarapan bareng sambil bahas janji-janji manis kamu buat Keyla. Kalau meyakinkan, Om restuin kamu ngambil Keyla.”
“Yaaah!” pekik Keyla, tak terima.
“Sssstt. Dengerin dulu, Key. Liat Dion sama Nakula. Masa kamu tega mereka dijadiin alat bapaknya?” tanya sang bunda, mengelus pundak Keyla supaya putrinya itu tidak marah-marah di depan para anak dibawah umur.
Keyla mendengus. Ia kalah telak. Kalau bukan hari ini pun, hari berikutnya ia juga pasti akan luluh. Fathan sungguh pandai mencari alat bantu. Pria itu tahu benar jika keluarganya tak mungkin sampai hati membiarkan Dion dan adiknya diperalat untuk kelancaran pernikahan orang tuanya.
“Pokoknya mau ngajuin syarat! Titik!” lontar Keyla lalu memutar tubuhnya, meninggalkan , Dion, ayah dan bundanya.
Ucapan Keyla itu begitu melegakan perasaan Fathan. Setidaknya, Keyla telah mengendurkan pertahanannya. Langkahnya dalam meminang Keyla tak sejauh kemarin. Ia yakin kalau Keyla akan bersedia menjadi istri serta ibu untuk anak-anaknya.
Hi, guys.. Komen yuk, biar Qey tau cerita ini menarik atau nggak buat kalian
Keyla mengulum bergantian bibir atas dan bawahnya. Ia terbaring gelisah dengan jari-jari bertaut di dalam selimut yang membungkus tubuhnya. Sampai detik ini, ibu dua anak itu tak kunjung dapat menyusul kedua anak tirinya yang beberapa jam lalu sukses memasuki gerbang mimpi mereka dan semua terjadi berkat bergabungnya satu makhluk durjana yang Keyla yakini tengah berbahagia di atas penderitaan malamnya. Keyla memejamkan mata ketika sebuah pergerakan membuat jantungnya semakin berdetak kencang.Jangan salah tafsir. Jantung itu berdetak bukan karena degup kegembiraan, apalagi oleh perasaan meledak-ledak sebab dapat menghabiskan malam dengan orang terkasih. Big to the no ya Bestie!Alih-alih merasa bahagia, Keyla justru dendam kesumat. Ia memendam kekesalan karena Fathan nyatanya tak bisa diandalkan. Sudahlah! Berharap pada janji manusia memang tak ada gunanya. Salahnya sendiri. Sudah tahu Fathan sering ingkar dengan melewati batas perjanjian, kok ya bisa-bisanya ia selalu terjatuh di
Pulang dari restoran membawa bungkusan makanan?Tet-tot!Lantas apa yang Keyla bawa? Jawabannya adalah helaian rambut milik Hans yang dirinya rontokkan saat memberikan pelajaran.Sengaja Keyla mengumpulkannya. Ketika ia tiba di rumah, Keyla pun langsung membuka sesi ghibah, lengkap dengan serangkaian barang bukti berupa penampakan acak-acakkan si Impostor dan rambutnya.“Gila, Mbak. Ternyata selama ini kita ditipu.”Diseberang sana, Hardi tertawa. Alih-alih ikut emosi karena dikhianati Hans, perempuan itu justru terhibur melihat reaksi yang Keyla pertontonkan di layar ponselnya.“Bisa-bisanya kita ngegibahin anak-anak jalur ordal, didepan ketua Impostornya langsung, Mbak. Mana dia hebat banget lagi ngibulnya, pake sok-sokan ikut ngehujat kinerja abal-abal mereka.”[Tapi Hans kan kerjanya bener, Key]“Bener dari mananya, Mbak? Gara-gara dia kan kita sering kena omel si Botak.”Hardi lagi-lagi menyemburkan tawa. Bukan kasung yang disengaja aslinya. Keyla saja yang sial karena kepala HR s
“Oh, gini toh rasanya nepotisme? Sedep bener ya. Tahu langsung dapet room VVIP, lo keluarnya lebih cepet dong.”Pantas negara Wahkanda ini pejabatnya terlenakan oleh KKN. Orang baru nepotismenya saja, kesulitan hidup seketika menjadi begitu mudah berkat bantuan si donatur gelap.Kacau! Tak heran rakyat sampai lebih percaya dengan pihak keamanan Bank Central. Dibayar UMR-pun, para satpam itu tetap melayani sepenuh hati tanpa menerima amplop selipan di dalam kantong saku seragam kerjanya.“Pasti kalau pejabat yang kesini, nggak bakalan lo suruh nunggu kayak kita-kita kan?”Hans tersedak.Kampret sekali memang Keyla.Mulutnya itu loh, seperti tidak pernah makan bangku sekolahan. Tahu sih kalau sebuah kursi tidak bisa dimakan. Minimal sewaktu berangkat, otaknya ikut lah. Jangan ditinggal di rumah.Hans mendelik. Sahabat yang dulunya berada di dalam satu ruang kerja dengan Keyla itu mengucapkan terima kasih kala Dion mengulurkan selembar tisu ke arahnya. Ia lalu mengembalikkan atensinya pad
“Why?”“Gila ya, Mas. Mas mau jadi bahan gosip Kang Sate sama warga komplek?” Keyla menyipitkan matanya, memandang tajam Fathan yang bisa-bisanya masih bertanya kenapa ia tidak menyetujui usulan pria itu.“Astaga, Key. Siapa yang mau gosipin kita, heum? yang artis kan udah ke Amerika.”“Nggak, nggak! yang lain aja.” Keukeuh, Keyla.Ia malas kalau harus menjadi topik perbincangan orang. Apalagi kalau sampai bertemu dengan si kembar yang salah satunya tukang nyinyir. Jiwa dan raganya terlalu lemah sekarang. Ia saja masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya terusir dari rumah ayahnya.“Ya udah. Kamu maunya apa?” “Mau balik ke rumah Ayah, huwaaaa.” Alamak! Ternyata drama si anak terusir masih berlanjut. “Minta makan ke rumah Ayah nih jadinya?” “Nah, iya! Ayo-ayo. Masakan Bunda jauh lebih enak daripada beli.” Sayangnya ketika Keyla hendak membuka gerbang rumahnya, gerbang itu terkunci dengan gembok besar yang belum pernah Keyla lihat sebelumnya.“A-AYAAAAAAH!!!”“Dad..” Dion me
“Bye-bye rumah. Mianhae..” Keyla meletakkan ujung tisu pada sudut mata kanannya. Wanita itu berkata tidak sanggup, lalu terisak setelah melirihkan kata ‘no,’ sembari mengulurkan tangan untuk menggenggam rumahnya.Keyla kalah berperang melawan sang ayah. Usai tak dapat mempertahankan kedudukannya, kini Keyla pun harus meninggalkan rumah yang dalam proses pembuatannya, Keyla kalah dalam peperangan. Usai tak dapat mempertahankan posisinya, kini ia harus berpisah dari rumah yang dalam proses pembangunannya, tak menguras satu angka di rekeningnya.Ya, Pemirsa yang Budiman. Keyla tidak menyumbang apapun, baik itu batu bata begitu pula dengan pasir dan tumpukan semen pengikat bangunan. Ia hanya bermodalkan udara yang keluar masuk dari paru-parunya, kemudian bisa tinggal sampai beberapa detik lalu, tepatnya sebelum dirinya benar-benar terusir.“Hiks, rumahku. Jangan lupain aku ya.”Ayah Keyla berdecak menyaksikan betapa berlebihannya tingkah putrinya. Ngidam apa dulu istrinya sampai anak tung
Sudah jatuh, tertimpa menara Eiffel pula, begitulah perumpamaan yang saat ini menggambarkan kondisi Keyla. Mengapa tidak— Dikarenakan guyonan papi mertuanya, baby sepolos Nakula justru menginginkan adik. Tak tanggung-tanggung, langsung lima sekaligus seolah dirinya ini seekor kucing yang dapat melahirkan dalam jumlah banyak.“Hahaha, maaf ya Key. Papi tadi cuman asal ngucap loh. Nggak maksud buat ngomporin. Sumpah.”Hah! Mau marah pun percuma. Waktu tidak bisa diputar kembali dan Nakula sudah terlanjur excited menantikan adik-adiknya. Padahal perihal adik sudah sempat ia amankan ketika mereka berada di Bandung. Siapa sangka tema itu diangkat lagi ke permukaan.“Ehem.. Kalau dipikir-pikir, Ayah sama Bunda juga nggak masalah kalau punya cucu cepet. Daripada makin tua. Nanti malah nggak kuat gendongnya.”Jedduar!Soundtrack sinema azab tiba-tiba saja terdengar di indera pendengaran Keyla. Apa ini? Kenapa ayahnya justru ikut-ikutan begini? “Kamu nggak masalah kan Than kalau nambah tanggu
Keyla masih dalam keadaan shock hebat setelah tanpa sengaja melihat aset berharga berupa burung perkutut seorang pria. Penampakan perkutut serupa belalai gajah itu membayang-bayangi ingatannya hingga ia hanya bisa diam melongo dengan tatapan lurus ke depan. Tak ada yang Keyla perhatikan. Pandangannya kosong, sekosong isi otaknya yang terisekai ke dunia lain. Tepatnya dunia permanukkan. Sekilas ingatan pun menyapa, membuat tubuh Keyla bergidik. “Key, maaf. Saya nggak tau kalau kamu nyariin saya.”Bukan salah Fathan memang. Ia bertelanjang di area pribadinya. Pun tidak akan ada orang yang berani menerobos masuk sebelum ia persilakan. Kecuali, Keyla.Ah, harusnya ada satu pengecualian tetap, yaitu Dion. Namun mengingat putra sulungnya itu tengah berada di kediaman ayah mertuanya, seharusnya kamarnya aman tak terjamah oleh siapapun. “Key..” Tak ada sahutan. Keyla masih dengan wajah kosongnya seakan tak menganggap eksistensi Fathan dan Nakula. ‘Se-shock itu ya dia?’ batin Fathan, mu
“Eng, aku pikir-pikir dulu deh. Nggak harus sekarang juga kan ngasih jawabannya?” Fathan pun tersentak. Ternyata jalannya masih panjang. Kecewa? Sudah pasti. Namun Fathan yakin benar Keyla akan memikirkan seluruh kata-katanya karena itu menyangkut kesejahteraan orang tuanya.“Iya, Key. Kamu pikirin baik-baik ya. Mas berharap kamu bisa ngertiin Mas yang nggak pengen ngerepotin ayah kamu.”“Oke, Oke. Udah kan? Capek banget aku, Mas. Pengen reb..”Brak-Brak-Brak! Kalimat yang seharusnya menjadi rebahan ketika terpenuhi itu terhenti tatkala seseorang menggebrak kaca mobil tepat dimana Keyla duduk.“Buka!” Sosok dibalik anarkis penggebrak kaca mobil adalah ayah Keyla. Sejak ia tiba, ia sudah mencurigai kendaraan menantunya karena melihat mesin yang masih menyala. Ia berdiam diri didalam mobil, memantau dua orang yang tampaknya tak menyadari kepulangannya.Bak tengah tertangkap basah selingkuh dengan suami wanita lain, Keyla pun dilanda kegugupan. Jari-jarinya bergetar. Terasa kelu hingg
“Guys, kalian ke rumah Mami dulu ya. Mami sama Daddy mau ngobrol bentar.”“Nggak berantem kan?” “Nggak.” Balas Keyla, menjawab pertanyaan Nakula. “Janji ya, Mami?”Nakula mengulurkan jari kelingkingnya dan Keyla menyambutnya sekalipun ia akan mengingkari janji jari kelingking mereka.Sudah jelas kan?! Ya kali mereka tidak ribut. Mana bisa sih perang dunia tidak pecah ketika Fathan kembali menyalahi aturan yang telah mereka sepakati di awal pernikahan. Memangnya Keyla sebaik hati itu ya? Jawabannya sih enggak dong. “Yon, jagain adeknya ya.” Pinta Keyla. Si sulung pasti mengerti maksudnya. Anak itu hanya perlu memastikan jika adiknya tidak berlari keluar dan mengganggu war keduanya.“Siap, Mi.”“Wait. Daddy bantuin turunnya.” Ujar Fathan lalu secepat kilat membuka pintu mobilnya. Dari dalam kabin Keyla memperhatikan aksi Fathan. Pria itu memang ayah yang baik untuk anak-anaknya. Sayang saja dunia tidak memihaknya dalam urusan percintaan. ‘Lah?! Kan gue juga!’ Pekik Keyla, membatin.