Arfan terpaku dengan kepala yang dipenuhi pikiran akan segala hal. Penjelasan Fika entah kenapa membuat hatinya merasa tidak tenang. Harusnya dia senang karena Fika mau adopsi anak dari panti, dan dirinya akan terbebas dari Hilmi. Namun, kenapa justru ada rasa tak rela jika harus berpisah dari Hilmi?"Kamu beneran mau adopsi anak dari panti?""Beneran, Mas. Dari pada milih wanita lagi untuk jadi istrimu, lebih baik milih anak saja buat di adopsi. Aku kapok ngerasain cemburu dan sakit hati!""Kenapa nggak dari dulu kamu setuju, sayang? Jika setuju dari dulu, pasti kita sudah menemani anak kita belajar berjalan.""Aku kira mudah membawa wanita lain ke rumah ini dan jadi istri keduamu sampai dia memberikan kita anak, tapi nyatanya nggak mudah, bahkan sangat sulit. Setiap saat aku dilanda cemburu akibat ulahku sendiri dan aku gak mau merasakan itu lagi,"Mungkin hati Arfan sudah terb
"Kamu mencintaiku?"DegKedua mata Hilmi membola mendengar pertanyaan Arfan yang to the point. Jantungnya berdentam dentam dengan tubuh yang menegang."Apa maksudmu menanyakan itu, Mas?"Arfan merutuki dirinya yang bicara tanpa basa-basi hingga membuat ia salah tingkah sendiri. Ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal lalu tersenyum canggung pada Hilmi."Ehm, anu, itu, maksudku gini, mengingat apa yang sudah pernah terjadi diantara kita, tentang semua yang pernah kita lewati, tentu hal itu tak mungkin terlewati begitu saja. Pasti ada sebuah rasa yang tertanam dan ada sebuah kisah yang terkenang. Apakah selama pernikahan kita ini kamu mulai ada rasa padaku?""Untuk apa mas menanyakan itu padaku?"Hilmi tak mengerti kenapa Arfan membahas masalah perasaan terhada
"Arumi, datanglah kerumah mama!" mama Ina mertua dari Arumi meminta agar menantunya itu berkunjung kerumahnya."Kapan ma? Dan ada apa?" tanya Arumi"Sekarang, nak. Datanglah dulu!" kata mama Ina di sebrang telefon."Tapi, Mas Afif belum datang, Ma. Dia masih di kantor, apalagi sekarang masih siang. Bolehkah Arumi menunggu mas Afif datang dulu, ma?""Gak usah nunggu Afif, kamu sendiri saja! Mama sudah Izinin kamu ke Afif.""Benarkah? Oke baiklah! Arumi siap-siap dulu ya, ma." jawab Arumi bersemangat. Ya, karena memang Arumi adalah gadis yang ceria dengan segala kebaikannya."Iya, Nak. Hati-hati di jalan, ya!""Asiaaap, Maa!"Dengan segera Arumi bersiap-siap menuju rumah mertuanya. Ia menggunakan dres biru laut selutut tanpa lengan yang menampilkan bahu mulusnya. Sedangkan rambut sebahunya ia biarkan tergerai indah. Sedikit polesan make up serta lipstick yang senada dengan warna bibirnya, membuat ia tampak begitu an
Satu jam berikutnya, Arumi sudah sadar dari pingsannya. Perlahan ia membuka mata dan menatap sekeliling, secara perlahan kesadarannya terkumpul penuh. Kejadian-kejadian sebelum ia pingsan mulai muncul di pikirannya hingga tanpa sadar air matanya kembali mengalir. Sungguh hatinya teramat sakit menyaksikan suaminya mengikrarkan janji suci untuk yang kedua kalinya. Hatinya begitu perih, jiwanya begitu terguncang mendapati kenyataan yang begitu menyakitkan ini.Disini, di dalam kamar ini, ia hanya hanya seorang diri, tak ada satupun orang yang menemaninya. Lagi dan lagi hal ini membuat air matanya mengalir semakin deras. Ia tersenyum miris.'Ah,kenapa ini begitu menyakitkan? Tuhan, kuatkah aku menjalani hari-hariku berikutnya!'Pikirannya kembali melayang pada saat dulu ia pingsan dalam jangka waktu yang lama gara-gara kepergian mamanya di saat usia pernikahannya yang ke empat. Saat itu ketika tersadar ia mendapati Afif berada di sisinya sedang ketidur
REVISISemalaman Arumi tak bisa tidur, air matanya tak jua berhenti membasahi wajah Arumi, sehingga matanya sudah tampak bengkak akibat kelamaan menangis. Afif semalam tak pulang ke rumah, Arumi mengerti jika semalam adalah malam pertama mereka dan saat membayangkan semua itu hatinya menjerit, meronta, meraung-raung agar waktu bisa diulang kembali. Bahkan jika mengikuti bisikan setan, Arumi pasti sudah mendatangi rumah mertuanya itu dan mengacaukan semuanya sehingga malam pertama mereka menjadi gagal. Namun hati nuraninya melarang untuk melakukan itu, ia tak mau mertuanya semakin benci kepadanya. Pun juga tak mau menjatuhkan harga dirinya, ia harus berusaha untuk ikhlas walau terkadang keikhlasan itu tampak begitu mustahil di fikirannya.Biasanya setiap pagi dengan begitu semangatnya ia membuatkan sarapan untuk suami tercintanya sebelum suaminya itu berangkat ke kantor, tapi untuk hari ini Arumi merasa tubuhnya begitu lemas, ia enggan untuk beranjak dari tempat tidur w
KETIKA LUKA MENYAPA4. Tinggal seatap dengan maduPagi ini, Arumi memasak ayam kecap kesukaan Afif, suaminya, karena sekarang adalah waktunya Afif untuk pulang kerumah Arumi. Setelah kemaren suaminya itu menghabiskan waktunya bersama adik madunya tersebut. Kini saatnya Afif menghabiskan waktunya bersama Arumi. Setelah hampir sebulan ia harus rela berbagi suami, kini dihatinya ada setitik keikhlasan untuk berbagi suami. Tak ada lagi tetesan air mata yang keluar karena Afif tak disisinya saat malam menjelang.Arumi begitu asyik berkutat dengan alat alat dapur, ia sangat mahir dalam memasak. Ia kini memasak seorang diri, karena dirumah itu tak ada art untuk membantu pekerjaan rumah, sebenarnya Afif sudah mengusulkan agar mereka memasang art, tapi Arumi menolak dengan alasan agar ia tak bosan dirumah. Sebenarnya Arumi memiliki sebuah salon kecantikan. Namun karena permintaan Afif, agar Arumi berdiam saja dirumah, akhirnya Arumi menyerahkan kepengurusan salonnya kepa
KETIKA LUKA MENYAPA5. Sebuah Harapan"Selamat pagi, Nona." sapa para karyawan saat Arumi tiba di salon miliknya.Ia memasuki salon dan senyum cerah terbit di wajahnya dikala melihat betapa banyak pengunjung salon miliknya ini. Semua karyawan tampak sibuk memberikan pelayanan kepada para pengunjung."pagi juga," jawab Arumi sambil memberikan seulas senyum."dimana Maya?" tanya Arumi"Ada di ruangannya, Nona." jawab salah satu karyawan."baiklah, aku masuk dulu,"Arumi berlalu dari hadapan mereka menuju ruangan Maya asisten pribadinya. Saat tida di depan ruangan Asistennya, Arumi langsung saja masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Kalau mau mas....... Eh, Nona Arum, ma-maaf saya tidak tahu kalau Nona yang datang," gugup Maya"tak apa, May. Aku kesini cuma mau ngomongin sesuatu,""Ada apa, Nona? tak biasanya Anda datang kemari kecuali untuk perawatan. Oh, apakah anda ingin perawatan, kalau begitu saya
KETIKA LUKA MENYAPA6. Kejamnya TakdirArumi terbangun di pagi hari saat merasakan sakit yang teramat sangat dikepalanya, ia mengerang mencoba menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Saat menoleh kesamping tempat tidur, Arumi tak mendapati Afif ada disana, padahal ini masih sangat pagi, dan malam ini harusnya Afif bersama Arumi. Arumi tersenyum kecut, ternyata suaminya mengibuli dirinya, fikirnya.tes tessetetes dua tetes darah keluar dari hidung Arumi, bersamaan dengan sakit kepala yang semakin menjadi-jadi."ya, Tuhan! Ada apa denganku? arrgh sakit!"Dalam sakit yang kian mendera, satu nama terlintas dipikirannya 'Andra' sahabat sekaligus dokter spesialis penyakit dalam.Arumi berusah mendial nomor Andra, dan syukurlah segera diangkat oleh pemuda itu."halo Ndra," sapa Arumi dengan suara lemah menahan rasa sakit."hei, Ar. Tumben Lo hubungin gue, ada apa?" sahut Andra diseberang sana."gue butuh bantuan L