Share

Bab 4. Khawatir

Author: Hertibilkis
last update Last Updated: 2023-10-30 22:20:29

Bella khawatir tentang putrinya yang tinggal di lingkungan yang salah jika harus melewati hari dan malam yang sulit seperti sekarang. Dia berpikir keras sambil keluar dari rumah tantenya. Wanita tua itu memang sangat merepotkan jika Bella tidak waspada.

"Apa Kau keponakan mami?" pertanyaan dari seorang gadis yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat berjalan mendekat.

"Hmm."

"Perkenalkan, aku Lisa." Dia mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan wajah cerianya.

"Bella," sahut Bella.

"Kau tinggal di sebelah tempat tinggalku, jangan sungkan ya!" seru Lisa.

"Tentu."

Bella berlalu pergi menuju kontrakannya. Meski di jawab dengan lugas, tapi Lisa tampak menyukai Bella dari raut wajah yang bersemangat tersenyum mengikuti Bella. Sadar diikuti, Bella berhenti berjalan.

"Aw!" rintih Lisa menabrak punggung Bella.

"Apa yang sedang Kau lakukan?" tanya Bella.

"Aku kan juga mau ke tempatku."

"Hmm, jalan di depan," tegas Bella.

Lisa berjalan melewati Bella sambil mengamati setiap lekuk wajah wanita di hadapannya lantas tertuju pada tubuhnya dengan tinggi hampir sama dengannya sekitar 160an. Gadis itu menerka hingga mengagumi wanita yang sudah di peringati oleh Mona untuk tidak mengusiknya.

Bella berlalu pergi masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Lisa yang usianya jauh lebih muda darinya menatapnya lekat sedari tadi.

"Apakah anak seusianya juga melakukan hal berat? Ternyata dunia tidak bisa aku tebak apa-apa," gumam Bella memilih untuk membuatkan makanan hari ini.

Siang hari saat Bella selesai bersih-bersih, seseorang mengetuk pintu membuatnya bertanya siapa yang tahu keberadaannya kecuali Aria pulang.

Pintu terbuka Lisa berdiri sambil menyodorkan beberapa camilan ke hadapannya.

"Apa ini?"

"Ini camilan, La!" jawab Lisa.

"Kau menyebut namaku?" tatap Bella.

"Mungkin usia kita tidak jauh beda," lugas Lisa.

Bella mengernyit heran, nampak jelas jika Lisa jauh lebih muda dari parasnya.

"Mami bilang Kau seusia denganku 30 kan?" tambah Lisa.

"Kau 30?" balas Bella.

"Ya, anggap segitu."

"Anggap?"

"Ini ambil saja, dan yah. Itu kiriman dari orang tuaku makanya aku bagi, lagipula Kau tidak mau jika memakan makanan dari sana kan," ucap Lisa masuk tanpa di persilahkan oleh Bella.

"Apa aku begitu mudah sampai memperbolehkanmu masuk?" tatap Bella.

"Astaga aku bahkan sudah memberimu camilan. Tapi Kau tidak mengizinkanku masuk?" protes Lisa.

"Apa aku menerimanya?" Bella masih tidak percaya dengan orang-orang sekitarnya.

"Baiklah, aku tidak akan menggodamu lagi. Ambil saja, tapi nanti aku akan membutuhkanmu untuk melakukan sesuatu dan Kau tidak boleh menolaknya!" Lisa berlalu pergi setelah keluar tanpa mendengar penolakan Bella.

Hari ini, Bella berniat untuk mengatur ulang kegiatannya selama tinggal sambil mencari tempat tinggal baru. Dia pergi keluar setelah mengunci pintu rumah. Siapa yang akan mengira jika kompleks yang tenang tempatnya tinggal, di malam hari sangat mengerikan hingga membuat Bella khawatir akan perkembangan putrinya.

"La!" panggil Lisa mengejar Bella.

Sambil nafas tersenggal, Lisa mencoba berbicara. "Kamu mau kemana?"

"Apa aku juga harus melapor kegiatanku?"

"Bukan itu, apa yang akan aku jawab jika Mami atau anakmu bertanya?"

"Aku sudah memberitahu anakku dan untuk wanita itu, dia sudah besar pasti mengerti," ucap Bella.

Bella pergi tanpa menghiraukan panggilan Lisa yang takut disalahkan Mona yang sudah memintanya mengawasi Bella.

Bukan hanya pergi dari tempat tinggalnya, Bella sekarang tidak tahu sedang di mana. Dia berdiri di depan perusahaan besar, dia tidak berpikir bisa bekerja lagi. Tapi berdiri di sana cukup membuatnya tenang, namun tiba-tiba ada banyak mobil berwarna hitam mewah datang masuk ke sana membuat pormasi rapi di depan perusahaan berbaris menyambut kedatangan seseorang yang Bella kira itu adalah seorang pejabat.

"Apa harus seantusias itu menyambut seseorang?" gumam Bella mundur beberapa langkah berniat berlalu pergi dari sana.

Seorang pria berpakaian rapi dengan warna jas putih bersih keluar dari mobil di sambut hormat oleh semua yang audah berbaris menyambutnya. Dia sempat merasa ada yang kurang dari penyambutannya, Noah Xavier Ivanov seorang pengusaha sukses yang menjadi incaran para pengusaha dari kalangan atas. Dia tinggi tegap saat berdiri memperhatikan mereka yang menunduk atas penyambutan. Hanya saja Noah merasa ada yang memperhatikannya hingga dia menoleh ke arah pintu gerbang perusahaan, ada seorang wanita berdiri memalingkan wajah darinya.

Meski heran ada seseorang yang enggan melihatnya, Noah tidak memperdulikannya dan berlalu pergi dari sana masuk ke perusahaan.

"Melelahkan sekali punya atasan yang harus menerima penyambutan dan penghormatan merepotkan seperti itu, aku harap seumur hidup tidak bertemu hal semacam itu," gumam Bella berlalu pergi dari sana.

Waktu hampir sore saat Bella hanya berjalan-jalan sambil membeli keperluan di rumah, dia juga lupa jika hari mulai gelap itu akan berbeda jika dia tidak cepat kembali ke rumah. Dia berjalan cepat tapi tidak bisa dia pungkiri tetap harus melewati perusahaan yang tadi dia sempat melihat rutinitas perusahaan itu dalam menyambut kedatangan atasannya.

Bella lupa tentang putrinya yang menunggu dia, saat sampai sudah ada Aria yang sedang bersama Lisa berbincang di teras kontrakan.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" pertanyaan Bella megejutkan Lisa dan Aria bergegas berlari menyambut kedatangan ibunya.

"Ibu sudah pulang? Aku menunggumu di sini di temani Kak Lisa," ucap Aria.

Bella mengangguk melihat ke arah Lisa, dia takut lingkungan tempat tinggalnya mempengaruhi pertumbuhan Aria. "Masuk!" ajak Bella dibalas anggukan Aria.

Seperti biasa, malam ini juga tidak bisa dilewati dengan mudah. Beruntung Bella melihat Aria sudah tertidur pulas kali ini, tetap saja dia khawatir jika hal itu malah mengganggu putrinya yang masih belum mengerti keadaan.

Di tempat lain, sebuah mobil sudah terparkir di depan gerbang yang di tuju dari awal mereka berniat pergi.

"Apa ini tempatnya, Tuan?" tanya Leo pada Noah.

"Aku akan menghubunginya."

Baru Noah mengeluarkan ponselnya, sebuah ketukan di balik kaca menghentikannya. Seorang wanita sudah menemuinya lebih dulu.

"Apa Kau akan menundanya? Apa Anda mau masuk Tuan." Seorang wanita berpakaian terbuka membuat Noah mendengus kesal.

"Katakan pada Mona untuk menemuiku saja nanti di tempat kunjungan," tegas Noah.

"Apa Anda yakin, Tuan?"

"Hei, kenapa tidak turun!" teriak wanita itu lagi.

Bella yang menyelinap keluar melihat suasana di luar kompleks membuat dia tidak percaya di malam hari seramai itu bahkan percis seperti sebuah club malam seperti biasa. "Dia bekerja keras membuka tempat seperti ini?" gumam Bella.

Sebuah tangan menarik Bella ke arah gang sempit antara bangunan, dia pikir itu adalah penculik atau pria mesum yang biasa dia lihat di tempat tantenya. Noah bahkan masih sadar dengan apa yang dia lakukan, menutup mulut Bella menggunakan tangannya juga tidak dia sadari menghindar dari kejaran para wanita yang sedari tadi memaksanya keluar.

"Ini gara-gara wanita itu!" rutuk Sean.

Bella mengerutkan dahi melihat pria dihadapannya bahkan malah menyekapnya seperti itu. Mulutnya mulai pengap hingga dia menggigit kuat tangan yang di gunakan Noah untuk menutup mulutnya.

"Arwh!" teriak Noah melepas tangannya dari mulut Bella yng sudah menatap tajam ke arahnya.

"Pria mesum dari mana ini yang mencoba menculikku?" tatap Bella.

"Mesum, menculik?" Noah tidak percaya akan apa yang dia dengar.

Bella menginjak kaki Noah agar pria itu menjauh darinya, dia lupa sudah terlalu jauh keluar dari rumah. Tidak memperhitungkannya, Bella memilih pergi dari sana tanpa mengkhiraukan Noah yang menahan sakit dari gigitan Bella.

"Apa dia anak anjing menggigitku begitu saja?" rutuk Noah melihat Bella masuk ke dalam kompleks seperti dugaannya wanita di sana bekerja untuk Mona.

Noah pergi dari sana tidak jadi bertemu teman lamanya dan pergi setelah Leo menemuinya untuk menghindar dari kejaran para gadis malam yang berharap pada pelanggannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 28. Masa Sulit Hilang

    Sudah berapa hari Noah melakukan perjalanan yang melelahkan berhadapan dengan para tetua besar dengan segala ambisi mereka yang membuat kepalanya sakit. Malam hari ketika dia sampai rumah dengan badan yang lelah, masih seperti biasa. Para pelayan sudah berbaris siap menyambut kedatangannya, awalnya Noah mengabaikan hal itu. Namun seketika dia teringat kalau di kediamannya ada Bella yang juga ikut menyambut kedatangannya. Panik sambil tertegun, Noah ingat Bella tidak menyukai rutinitas itu apalagi harus ikut melakukannya. "Bubar!" Sontak mereka yang mendengar penegasan nyaring dari Noah saling pandang keheranan. "Apa aku perlu mengulangnya?" tatapan tajam Noah membuat semuanya ketakutan berlalu pergi setelah membungkuk mendahului Noah kecuali Bella. Melihat Noah berjalan ke arahnya, Bella mulai memperbaiki pakaiannya. "Kenapa dia tiba-tiba menyeramkan, malah mendekat kesini!" rutuk batin Bella. Senyum simpul di wajah Noah mengejutkan Leo yang masih penasaran alasan tuan m

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 27. Cara Mendekat

    Sampai di depan mobil, Bella berjalan mendekat meihat Noah masih berwajah dingin acuh tak menghiraukannya. Duduk di samping Noah, Bella memikirkan cara agar bisa mengembalikan suasana antara dia dengan Noah. "Aku harus apa?" batin Bella kesulitan mengawali perbincangan. Akhirnya, sampai di rumahpun tidak ada perbincangan di antara Bella dan Noah. Padahal Noah berharap Bella akan membujuknya dengan baik. Tapi malah mengabaikannya seakan tindakannya adalah hal biasa dan tidak ada yang terjadi. "Wanita ini memang tidak berperasaan!" rutuk batin Noah. Disambut Aria ketika turun dari mobil, Bella tersenyum masam sambil berbalik melihat kepada Noah yang sudah pergi begitu saja masuk ke dalam rumah. Aria menarik tangan ibunya yang terdiam, Bella masih kebingungan harus mengatakan apa pada Noah. Langkah kakinya pelan berharap Noah berbalik dan mengajaknya bicara lagi seperti sebelumnya. Aria penasaran apa yang terjadi antara Noah dan ibunya. "Apa sesuatu terjadi, Bu?" tanya Aria. "Tidak

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 26. Salah Orang

    Di suasana yang cukup tenang, Bella merasa dirinya jauh lebih baik setelah banyak bicara dengan Noah. Padahal selama ini, tidak pernah ada hal untuknya berbicara pada seseorang apalagi tentang kehidupannya. Terlebih Noah yang baru dia kenal. "Aku mau pergi ke suatu tempat dulu," pamit Bella setelah merasa harus segera ke toilet dengan perasaan yang dia tahan. "Apa mau aku temani?" sahut Noah. Pertanyaannya membuat Bella terkejut sambil menggelengkan kepala malu. Bella berbalik pergi membiarkan Noah melihatnya melangkah pergi ke arah toilet. Dia bergumam membicarakan pria yang tanpa ragu menawarkan diri untuk menemaninya hanya untuk pergi ke toilet. "Apa dia sedang mengujiku atau memang dia tidak tahu batasan antara wanita dan pria?" Di tengah perjalanan, Bella malah berpapasan dengan orang-orang yang tidak pernah dia harapkan untuk bisa bertemu apalagi sampai berbicara dengannya. Mereka saling menatap, Bella yang mencoba mengabaikan.

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 25. Di luar Kendali

    Bella merasa heran bagaimana bisa Noah mengajaknya ke sebuah sekolah elit yang terkenal di kota besar, mereka masuk disambut dengan baik malah tanpa ada kesulitan apapun. "Apa Aria akan menyukainya?" Bella masih memperhatikan area sekolah termasuk deretan fasilitas yang kemungkinan jauh lebih memadai di sekolah itu. "Dia pasti menyukainya," balas Bella."Itu bagus." Pembicaraan Noah bersama pemimpin sekolah juga memperkenalkan Bella padanya tentang anak mereka yang akan sekolah di sana. Walau tanpa ragu Noah mengatakan kalau mereka keluarga, tapi Bella merasa itu jauh lebih baik dibanding harus menutupinya dengan banyak hal yang akannmempersulit mereka. Setelah dapat persetujuan dan juga mendapat kelas yang bagus untuk Aria, Noah dan Bella berencana kembali ke rumah sekarang. Namun, saat di perjalanan Noah sengaja mengurangu kecepatan mobil untuk mencari moment bicara pada Bella. "Jadi itu yang Kamu maksud sesuatu yang membuatku senang?" tanya Bella tiba-tiba. "Lalu bagaimana?"

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 24. Dekati Anaknya Dulu

    Penegasan Noah tentang pekerjaannya, membuat Bella berpikir keras. Apalagi sudah ada perjanjian kontrak kerja di hadapan mereka sekarang. "Entah sejak kapan Leo membuatkan surat kerja sedetail itu? Apa hidupku akan jauh lebih baik dari penjara jika ada di sini?" geruru batin Bella. Bella berpikir lama sebelum dia menandatangani perjanjian kontrak kerja itu, apalagi tujuannya hanyalah kebaikan dan masa depan Aria yang sampai saat ini masih belum kembali sekolah. "Leo akan mengurus sekolah baru untuk Aria, tidak perlu memikirkan apapun lagi," ucap Noah lagi. "Bagaimana dengan sekolah yang sebelumnya?" tanya Bella. "Sudah aku bilang, Leo akan mengurusnya. Apa yang membuatmu khawatir sekarang?" balas Noah. "Aku ... Seharusnya Kamu tanyakan dulu padaku dan kita berbicra dengan putriku," ucap Bella ragu-ragu. "Bukankah ini sedang kita bicarakan?" balas Noah. Bella merasa tidak bisa banyak bicara lagi, dia membaca isi kontrak satu sama lain. Meski Noah tidak mengatakan apapun tentang

  • Ketika Mafia Terjerat Janda   Bab 23. Kesepakatan

    "Sayangnya wanita itu sama sekali tidak menyadari semua perkataanku, seharusnya dia mengerti tentang apa yang ku katakan bahwa dia adalah wanitaku tadi. Tapi ternyata wanita itu sangatlah tidak peka sampai membuat aku malah ingin menariknya dan menegaskan tentang keberadaannya di sini."Noah berbicara sendiri di dalam hati dan pikirannya, tanpa menghiraukan Leo yang sedari tadi memperhatikannya."Kalau saja aku tidak ditekan mungkin aku tidak akan mengikuti kencan buta yang dibuat oleh nenek," ucap Noah membuang nafas berat. Leo yang mendengarnya berpikir sejenak hingga Dia berbicara. "Bukankah Nona Bella sudah ada di sini Tuan! Kenapa anda tidak melakukan seperti rencana Anda sebelumnya?"Ucapan Leo sejenak membuat Noah berpikir keras, dia tidak tahu kalau pernah membicarakan tentang Bella yang akan menjadi wanita pura-pura di hadapan keluarganya."Bukankah itu akan jauh lebih baik jika itu sungguhan?" ucap Noah tersenyum menyeringai."Anda tidak perlu berlebihan Tuan, bukankah nona

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status