Home / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 178. Keluar Menghadapi Media

Share

178. Keluar Menghadapi Media

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-06-11 14:09:27

“Mama… takut!” Albern bersembunyi di belakang tubuh Livy yang juga sedang keram kesakitan akibat panik.

“Sayang… kamu tenang, ya? Bi, tolong ambilkan minum untuk Livy.”

Kay langsung menenangkan istrinya juga anaknya. “Tidak apa-apa, Al. Semua akan baik-baik saja. Papa di sini, bersama kalian.”

Ia menatap ke luar kamar. Seolah sedang ragu. Setelah Bibi Edeng datang membawa air minum, dia pun meminumkan istrinya sambil memeluk anaknya.

“Sebentar ya? Papa keluar dulu,” ucap Kay kemudian.

Livy menangkap lengan Kay. Dia menggeleng. “Jangan keluar kalau kamu belum mau menunjukkan semua bukti itu… Dan kalau kamu mau klarifikasi aku ikut…” lirih Livy.

“Tidak Sayang… belum saatnya. Jerry harus tahu siapa yang dia lawan. Aku juga harus tahu siapa saja yang memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkanku. Sekarang, aku keluar hanya untuk meredam mereka. Setidaknya mereka tidak seperti ini,” jelas Kay. Dia langsung beranjak.

Bibi Eden masih menemani Livy dan Albern di sana. Ia pun terlihat resah dan g
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   206. Ulang Tahun Elian dan Fakta Tentang Albern

    Usia Elian sudah satu tahun lebih beberapa hari.Setelah berdiskusi dengan cepat, akhirnya Kay dan Livy memutuskan untuk membalut acara ulang tahunnya. Yang telah direncanakan akan diselenggarakan pada hari ini.Siang menjelang sore itu matahari jatuh lembut menyinari salah satu taman terbuka yang sudah disulap menjadi tempat perayaan ulang tahun Elian yang pertama. Tenda putih kecil berdiri elegan di tengah rerumputan hijau, dihiasi balon-balon pastel dan pita-pita berwarna biru dan krem. Suasana terlihat hangat dan meriah, namun tetap nyaman dan tidak berlebihan.Di sudut taman, terdapat area khusus anak-anak yang dipenuhi permainan lembut seperti perosotan mini, rumah balok, dan kolam bola. Teman-teman Albern aktif berlarian di antara balon dan kue-kue mungil yang disediakan untuk mereka.Pegawai-pegawai kantor Kay juga hadir bersama keluarga masing-masing. Tak sedikit yang membawa anak-anak mereka, menjadikan perayaan itu terasa lebih seperti acara keluarga besar daripada sekadar

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   205. Hangatnya Sore Hari

    Untungnya Elian tidur dengan nyenyak. Sampai kegiatan Kay dan Livy benar-benar selesai.Keduanya sama-sama tertawa lucu saat menikmati soft drink di dekat jendela kamar mereka.Hari pun sudah mulai siang. Sebentar lagi Albern akan pulang. Kay tidak ingin di hari pertama anaknya itu sekolah, diantar dan dijemput oleh supir, dia tetap ingin menjemputnya pulang.“Kita jemput Al lagi ya?” ucap Kay.“Kamu ya, tidak lelah sama sekali,” gumam Livy.Kay tertawa. “Kenapa harus lelah? Yang tadi itu justru sedang menambah energi,” jawabnya ringan, membuat Livy pun ikut tertawa.**Mentari menyinari halaman sekolah dengan lembut. Angin sepoi-sepoi membuat daun-daun bergoyang pelan. Mobil Kay berhenti di depan gerbang sekolah. Livy duduk di samping dengan Elian di pangkuannya yang masih mengenakan topi kecil, wajahnya mengantuk namun penasaran melihat suasana ramai.Tak perlu waktu lama, suara riuh anak-anak yang keluar dari ruang kelas mulai terdengar. Dan dari antara barisan kecil itu, muncullah

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   204. Mencuri Waktu di Pagi Hari

    Usia Albern sudah genap 4 tahun. Elian pun hampir satu tahun. Namun, mereka belum merencanakan membuat acara ulang tahun untuknya, mengingat mereka masih sangat sibuk. Apalagi mereka baru saja memutuskan kalau Albern akan masuk sekolah taman kanak-kanak.Pagi ini langit pagi itu bersih. Matahari belum terlalu terik, namun cahayanya cukup hangat untuk menyambut langkah kecil Albern yang begitu semangat. Hari itu adalah hari pertama Albern sekolah—sebuah tonggak besar bagi bocah laki-laki yang dulu hanya bisa mengeja satu dua huruf, kini sudah tumbuh percaya diri, ceria, dan penuh rasa ingin tahu.Kay, Livy, dan Elian ikut mengantarnya. Elian duduk tenang di stroller, sesekali menatap kakaknya sambil berseru, “Ba! Ba! Ta!”Livy mengenakan pakaian kasual namun rapi, dan Kay berdiri gagah di sampingnya, sesekali merapikan kerah kemeja Albern yang tampak kebesaran tapi membuatnya terlihat semakin menggemaskan.“Siap sekolah, Nak?” tanya Kay sambil menatap mata putranya.Albern mengangguk c

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   203. Kelelahan Bersama

    Beberapa bulan telah berlalu.Musim mulai berganti. Angin pagi tak lagi dingin menusuk seperti dulu, melainkan membawa aroma embun dan bunga yang segar. Di dalam rumah yang hangat itu, suasana pun berubah.Elian, bayi kecil mereka, kini bukan lagi hanya tidur dan menyusu. Ia sudah bisa duduk sendiri, merangkak cepat seperti serdadu kecil yang mengejar apa saja yang menarik di lantai. Suaranya juga makin nyaring. Tidak hanya tertawa, tapi juga berteriak keras saat mainannya direbut atau saat lapar menyerang.Siang itu…“EEEEAAA!” jeritannya menggema dari ruang tengah.Livy yang sedang mencobakan sepatu untuk Albern hanya bisa menoleh dan mendesah. “Tuh, adeknya marah lagi,” gumamnya sambil tersenyum lelah.Albern, yang kini sudah besar dan lebih mandiri, melirik adiknya. “Adik galak, Mama…” katanya sambil tertawa kecil.“Dia bukan galak, Sayang. Dia cuma cerewet seperti kamu dulu,” jawab Livy sambil mengecup pipi sulungnya. Ia pun beranjak dan mendapatkan Elian.“Apa Sayang? Sudah mula

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   202. Laki-Laki Tangguh di Pagi Hari

    Jam dinding menunjukkan pukul 2 lewat lima belas menit. Cahaya redup dari lampu tidur memantul lembut di dinding kamar yang hangat. Bayi kecil dalam box bayi yang langsung menyambung ke tempat tidur, menggeliat pelan, mengeluarkan suara rengekan lirih yang membuat Livy segera terbangun. Ia mengerjapkan mata, mengatur napas, lalu dengan sabar duduk meraih anaknya dan menyusui buah hatinya yang baru lahir.Suasana hening. Hanya terdengar suara napas bayi yang perlahan tenang saat menemukan kehangatan ibunya.Selesai menyusui, Livy membenamkan hidungnya di rambut bayinya, menciuminya dengan lembut. Lalu, setelah memastikan si kecil tidur lagi, ia membaringkannya kembali ke boks bayi tepat di sisi tempat tidur. Tapi matanya belum ingin terpejam.Dia menoleh ke sisi lain tempat tidur. Di sana, Albern masih terlelap, tidur miring menghadap dirinya. Kedua tangannya seperti ingin merangkul, walau tubuh mungil itu masih terlalu kecil untuk dipeluk. Livy tersenyum haru, lalu membungkuk memeluk

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   201. Papa yang Tersingkirkan

    Beberapa hari kemudian, Livy akhirnya pulang dari rumah sakit.Langit siang itu cerah. Matahari tidak terik, tapi cukup hangat untuk menyambut kedatangan ibu dan bayi dari sebuah perjalanan berharga. Kay yang menggendong bayi mereka, membuka pintu mobil pelan-pelan, sementara Livy turun perlahan dibantu Bibi Eden. Tak ada yang lebih melegakan selain menginjak pelataran rumah dengan status baru, sebagai ibu dari dua anak.Tapi mereka tidak menyangka, di depan rumah ternyata sudah dipenuhi dengan rangkaian bunga dan ucapan selamat. Dari kolega-kolega Kay, rekan bisnis, hingga beberapa nama yang tidak mereka duga, termasuk dokter yang menangani kehamilan dan persalinan Livy, hingga dari pihak rumah sakit.Livy menatap kagum. Dia menatap Kay yang kini berdiri di sampingnya, sambil menggendong bayi kecil mereka. Kay membalas tatapannya dengan senyuman hangat, lalu merangkulnya pelan.“Kay… ini banyak sekali...” bisik Livy lirih.Kay hanya mengangguk. “Mereka semua ikut senang. Kita sudah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status