Home / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 49. Kenapa Tangan Al Dingin?

Share

49. Kenapa Tangan Al Dingin?

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-03-30 14:35:50

“Pertanyaan apa itu, Tuan?” balas Livy.

Richard tersenyum simpul. Dia menggeleng. “Maaf Ibu Livy… Tapi, yang saya tahu ketika seseorang itu benar-benar jahat, dia tidak akan mengakui kalau dia jahat, kejam dan pantas dibenci.”

Livy terdiam.

“Di sini saya tidak mengundang Ibu Livy untuk pernikahan Kay dan Jenna bulan depan, tapi saya meminta Ibu Livy datang untuk menjaga cucu saya, Albern. Hanya Ibu yang bisa saya percaya untuk menjaganya seharian penuh.”

Wajah Albern berlarian di pandangan Livy. Dia sangat merindukan anak susunya tersebut. Dia ingin sekali memeluknya, mendekapnya dan menciumnya. Ia pun berpikir, mungkin hanya dengan begitu dia bisa bertemu lagi dengan Albern dan akan benar-benar menjadi momen terakhirnya.

“Baiklah Tuan,” ucap Livy lirih.

Richard tersenyum lebar. “Terima kasih, Ibu Livy. Terima kasih!”

“Tapi… saya tidak akan bergabung di dalam acara, Tuan. Saya hanya ingin bersama Albern,” jelas Livy.

“Baik, Ibu Livy.”

Setelah pertemuan Livy dan Richard hari itu, Livy
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
besok lebaran Thor ...
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
kayanya albern selalu diksh obat tidur sama si Jenna.. makanya dia anteng2 ajh kan, padahal lagi masa aktifnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   50. Penjarakan Dia!

    Kay dan Jenna sudah berada di altar. Janji suci pernikahan mereka akan segera dimulai. Namun, Livy yang panik langsung berlari mencari Richard.“Tuan Richard!!!” teriak Livy memanggil dengan panik.Seluruh mata tertuju pada Livy. Termasuk tatapan Kay dan Jenna.Kebencian masih terlihat jelas di wajah Kay. Pikiran penuh tanya, mengapa Livy bisa ada di sana.“Li vy?” Richard mendekati. “Ada apa? Kenapa kamu keluar?” tanyanya.“Al… Albern, Tuan. Tangannya dingin. Dari tadi saya coba bangunkan dia tidak merespon. Saya sangat khawatir,” jelas Livy panik.Gedung yang tiba-tiba hening, membuat Kay mendengar pengaduan Livy pada ayahnya. Ia berjalan cepat untuk menghampiri.Jenna sempat mencegah Kay untuk pergi meninggalkan Altar. Dia sangat kesal karena seharusnya sebentar lagi mereka akan sah menjadi suami istri. Namun, kemunculan seseorang yang tidak dia inginkan tersebut telah mengacaukan semuanya.“Kaak…” Jenna mencoba mengejar Kay.“Apa maksudmu?! Kenapa kau ada di sini?!” bentak Kay pad

    Last Updated : 2025-03-31
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   51. Keguguran dan Kebenaran

    Kay melepas cengkeramannya dari leher Livy dengan cara mendorongnya. Livy terpental jatuh ke belakang dan terduduk.“Ahh!” Livy kesakitan dan reflek menekuk perutnya karena terasa sakit. Ia menangis dan merintih kesakitan.“Kay! Kau keterlaluan!” ucap Richard.“Aku keterlaluan, Pa? Dia sudah berusaha membunuh Albern!” bentak Kay.Mulut Livy masih ternganga sambil merintih menahan sakit di bokong dan perut bawahnya. Ia tidak kepikiran untuk membela dirinya lagi. Dia terus menekuk dan memegang perutnya.“Aku akan penjarakan kau!” tuduh Kay pada Livy dengan sangat kejam.Livy menggeleng. Dia berusaha bangkit untuk menyelamatkan diri. Tidak akan ada yang peduli rasa sakit yang dialaminya.Saat Livy mencoba berdiri, tiba-tiba cairan merah mengalir di kakinya hingga menetes ke lantai. Ia masih merintih. Bahkan tidak tahu apa yang terjadi padanya.Livy kembali terjatuh berlutut sambil menahan sakit yang luar biasa. “To long…” Livy meminta tolong.“Ibu Livy…” Richard ingin mendekat.“Papa! Ja

    Last Updated : 2025-04-01
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   52. Tuan, Ibu Livy Kritis!

    Kay baru saja keluar dari kantor polisi. Saat akan masuk ke dalam mobilnya, ada panggilan dari ayah mertuanya.“Halo, Pa?”“Kay… Bukan Ibu Livy. Bukan dia pelakunya. Pelakunya Jenna!” Richard langsung memberi tahu.“A- apa? Maksud Papa?” Kay masih berusaha mencerna laporan ayah mertuanya.Richard menjelaskan semuanya.Kay frustrasi dia menekan pelipisnya lalu menutup mulutnya. “Arggh! Sialan! Bagaimana bisa?” pekiknya emosi.“Bawa Ibu Livy kembali, Kay. Dia tidak bersalah! Sementara itu Papa akan tetap berpura-pura tidak tahu kalau Jenna adalah pelaku yang sesungguhnya. Papa tunggu kamu. Cepat!” ucap Richard. Dia pun bergerak cepat untuk mendapatkan bukti penguat yanag lain.Kay teringat pada Livy. Ia pun mulai kepikiran bagaimana kalau yang dia katakan benar? Kalau dia benar-benar keguguran anaknya? Tapi kebenciannya pada wanita itu dan mengetahui di mana dia tinggal belakangan ini, membuatnya ragu. Ia tidak bisa percaya semudah itu.Dengan cepat dia kembali masuk ke dalam kantor pol

    Last Updated : 2025-04-03
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   53. Kay Panik dan Menangis

    Kay menatap dokter. Dia terlihat bingung dan terdiam.Melihat respon Kay yang begitu lambat, Richard lanagsung bertindak tegas. “Lakukan apa pun yang terbaik untuk Ibu Livy, Dok. Lakukan yanag terbaik. Selamatkan dia.”Setelah dokter pergi. Richard menatap Kay. Dia geleng kepala. “Apa dengan keadaannya begini membuatmu sudah puas?”Kay terdiam. Dia tidak bisa memisahkan antara benci dan ibanya pada ibu susu anaknya itu.“Papa tidak tahu bagaiamana hubungan kalian di masa lalu dan bagaimana sakit hatimu di masa lalu. Tapi, yang Papa lihat sekaranag, kau benar-benar puas dengan apa yang menimpa Ibu Livy,” tuding Richard.“Bu- bukan begitu, Pa.”“Lalu apa? Bagaimana?” tanya Richard.Kay terdiam.“Sudahlah! Kau jaga saja Albern. Biar Papa yang menunggu Livy,” jelas Richard. Dia meninggalkan menantunya itu.Kay masih bengong. Dia masih tidak bisa memisahkan rasa benci dan dendamnya pada wanita itu walau mata dan telinganya sudah melihat dan mendengar bagaimana keadaan mantan kekasihnya itu

    Last Updated : 2025-04-04
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   54. Sentuhan Lembut

    “Ibu Livy menunjukkan kemajuan. Dia belum sadar tapi detak jantung dan napasnya sudah mulai normal. Jika terus seperti ini dan diberi kata-kata penyemangat, mudah-mudahan Ibu Livy bisa segera pulih.” Kay menghela napas yang begitu besar. Seperti sesak yang berubah menjadi suatu kelegaan. Begitu juga dengan Richard. “Tuhan… Syukurlah…” Richard mengusap wajahnya. “Ma.. Vy..” Albern menunjuk ke jendela ruangan. “Iya Al… Doakan Mama Livy ya?” ucap Kay pada anaknya. “Apa pasien boleh dijenguk, Dok?” tanya Richard. “Boleh, tapi sebaiknya dalam keadaan bersih dan tidak beramai-ramai. Hindari membahas hal-hal yang sekiranya tidak baik untuk didengar oleh pasien. Sebaliknya, bahas hal-hal yang mungkin menguatkan pasien,” pesan Dokter. Kay begitu kaku. Dia canggung ingin mendekati Livy. Dia tidak yakin dia bisa membawa pengaruh baik untuknya. Itu sebabnya dia masih hanya melihat dari jendela. Richard mendekati Kay. Dia mengambil Albern darinya. “Sebaiknya kamu meminta maaf atas apa yang

    Last Updated : 2025-04-05
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   55. Sadar (Sampai Kau Puas)

    Respon itu hilang.Kay mematung. Jantungnya berdegup kencang. Ia sangat berharap wanita itu segera sadar.“Livy?” panggilnya lagi. Ia menghela napas karena jemari itu tak memberi respon lagi.Kay beranjak. Dia meninggalkan ruangan Livy untuk menemui anaknya.Richard menatap kedatangan Kay.“Tadi Livy merespon. Jarinya bergerak,” lapor Kay tanpa ditanya.“Semoga Livy segera pulih. Kalau Albern sudah pulih total, Papa ingin membawanya menemui Livy.”Kay mengangguk, pertanda setuju dan mendukung rencana ayah mertuanya.**Setelah beberapa hari ,Albern pun sembuh. Seperti rencana Richard, dia membawa cucunya menemui ibu susunya.“Ma…” Albern memanggil. Dia sangat mengenal Livy.“Coba Al cium Mama Livy,” ucap Richard pada cucunya. Dia mendekatkan Albern pada Livy.Albern mengecup pipinya. “Mama…” panggil Albern. Anak itu pun merengek. Ia mengulurkan tangannya, seakan meminta Livy untuk sadar dan ingin digendong olehnya.Sementara itu, Livy masih berada di alam mimpinya. Bertemu dengan Fabi

    Last Updated : 2025-04-06
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   56. Anak Angkat Saya

    Kay teringat pada ucapan Livy malam itu. Yang mengatakan kalau dia masih dan akan selalu mencintainya.“Apa ucapanmu malam itu benar?” tanya Kay, mengabaikan ucapan Livy yang begitu jelas menyindirnya.Livy tidak menjawab.“Malam di mana aku menyentuhmu,” lanjut Kay memperjelas.Wanita yang baru pulih itu, tak ingin menjawab.“Kenapa kau malah diam?” Kay kembali bertanya.“Apa pentingnya?” balas Livy singkat.“Aku hanya sekedar ingin tahu.”“Memangnya apa yang kau dengar malam itu? Kau mabuk. Semua yang kau dengar pasti salah. Tidak benar seperti itu. Aku hanya sedang memuaskanmu. Aku wanita murahan yang pantas dilakukan seperti itu kan?”Kay terdiam. Kini dia menyadari apa yang ayah mertuanya ucapkan. Tidak mungkin seseorang yang jahat akan mengakui kesalahannya dan merendahkan dirinya sendiri. Apa mungkin Livy memang memiliki alasan lain hingga menyakiti dirinya di masa lalu?“Bisakah kamu berkata jujur? Ceritakan semuanya sejak awal?” tanya Kay.“Sejak awal yang mana yang Tuan maks

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   57. Aku Juga Tidak Memaafkaanmu

    “Maksud Tuan? Anak angkat? Tidak…” tolak Livy dengan suara pelan.“Saya mohon, Ibu Livy…”“Tidak, Tuan. Saya ini wanita yang jahat. Saya ini wanita yang rendah. Tidak pantas untuk Tuan angkat menjadi anak angkat Tuan.”“Ibu Livy tidak punya siapa-siapa lagi, kan? Ada banyak orang jahat di luaran sana, Ibu Livy. Semua bisa melakukan hal jahat pada Ibu Livy. Tinggallah bersama kami, bersama Albern, Ibu Livy akan aman. Bahkan dari ‘siapa pun’” tekan Richard.Kay masih terus terdiam. Dia tidak merespon. Dia tidak mendukung dan juga tidak menolak.“Tidak Tuan… Saya tidak akan sanggup. Biarkan saya menata kembali kehidupan saya di tempat lain. Semenjak tugas saya menjadi Ibu Susu sudah selesai, saya sudah merencanakan untuk meninggalkan kota ini. Pergi jauh dan menghilang dari pandangan seseorang yang tidak ingin melihat saya. Karena saya sudah jahat dan memberikan banyak luka di hidupnya.”Kay langsung menatap Livy. Ia tahu kalimat itu ditujukan untuknya.Richard menghela napas Dia pun pah

    Last Updated : 2025-04-07

Latest chapter

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   112. Saya Suaminya!

    “Ahm, ti- tidak usah,” ucap Livy.Kay pun mengangguk.Livy masuk ke dalam kamar. Dia berdiri di depan cermin. ‘Apa aku dekil? Jelek? Sampai Kay menawarkan untuk ke salon? Apa aku benar-benar terlihat tidak b isa mengurus diri sendiri?’ batinnya overthinking. Namun, saat itu pula dia menepis pikirannya. “Kenpa aku ini?! Aku berpikir apa!” celetuknya pula.Setelah sarapan pagi itu, mereka pun siap-siap untuk pergi.“Hati-hati ya… cucu Kakek!” seru Richard, mengusap kepala Albern.“Kalian juga… selamat bersenang-senang!” ucapnya tersenyum menatap Livy dan Kay.“Kami pergi dulu, Pa.”**Hari itu mall terlihat ramai, tapi tidak sesak. Musik lembut mengalun dari pengeras suara pusat perbelanjaan, aroma kopi dari kafe-kafe menyatu dengan semilir wangi parfum dari toko-toko di sekitarnya. Kay menggendong Albern, sementara Livy berjalan di sisi mereka sambil membawa tas kecil berisi peralatan anak itu. Sesekali Albern menunjuk ke arah stan ice cream, namun Kay mengalihkannya agar mereka lebih

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   111. Kencan?

    Hari-hari berikutnya berlalu dengan baik dan nyaman. Tidak ada masalah, tidak ada yang menyesakkan dada. Albern tumbuh semakin ceria, dan Livy menjadi lebih sering tersenyum dan tertawa, tanpa beban. Bahkan Kay, tanpa sadar, seringkali tersenyum sendiri hanya karena melihat atau hanya mengingat Livy. Hatinya sangat hangat saat mengingat Livy begitu dekat dengan Albern. Suatu pagi, di akhir pekan, di tengah suasana rumah yang damai, setelah sarapan Richard memanggil semua orang ke ruang tamu. Ia berdiri dengan map cokelat di tangannya, seolah hendak menyampaikan sesuatu yang resmi. “Papa punya ide,” ujarnya sambil menatap mereka satu per satu. “Bagaimana kalau kita liburan bersama?” Livy yang tengah menemani Albern bermain langsung menoleh. Kay yang baru duduk pun mengangkat alis. “Liburan, Pa?” sahut Kay. Richard mengangguk semangat. “Iya. New York terlalu padat. Papa pikir kita harus tenang dan menjauh dari kesibukan kota ini. Menghirup udara baru, melihat hal-hal yang indah, y

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   110. Perhatian dan Kehangatan Pagi

    Livy menoleh. Menatap tangan Kay yang menahan lengannya. “Ah, ma- maaf. Maaf,” ucap Kay. “Ya?” sahut Livy dengan nada bertanya. “Kalu kamu tidak keberatan, bolehkah kapan-kapan kita mengobrol lagi? Ka- kalau kamu mau sih. Aku senang sekali bisa berbagi cerita denganmu. Bukan berarti aku mengabaikan semua luka yang ada, tapi memiliki waktu bersama seperti ini bersamamu benar-benar menenangkan hatiku.” Kay berkata dengan tulus dari hatinya, yang juga berhasil sampai tepat di hati Livy. Livy menunjukkan senyum simpul dan mengangguk pelan. Walau canggung, ia tetap meresponnya. Karena tidak ada alasannya untuk menolak. Sebab sebenarnya ia pun merasakan hal yang sama, yaitu kenyamanan. “Ya, boleh. Sudah malam. Kamu beristirahatlah. Selamat malam,” ucapnya lebih lembut. Kay tersenyum. Lega menghampiri hatinya. “Yaa, selamat malam Livy. Mi- mimpi indah,” lanjutnya, untuk pertama kali berani berkata seperti itu. “Kamu juga,” balas Livy. Ia pun melangkah pergi, meninggalkan dapur lebih d

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   109. Obrolan dari Hati ke Hati

    Livy membuka lemari gelas dan menuangkan air putih dari botol ke gelas kaca. Tepat saat ia hendak meminumnya, suara langkah kaki menyusul pelan dari arah lorong.“Kay?” Livy menoleh, sedikit heran melihat pria itu hadir di dapur.Kay menggaruk tengkuknya, ekspresi gugup jelas terlihat di wajahnya. “Aku… juga haus,” katanya sambil mencoba tersenyum, padahal jelas-jelas itu bukan alasannya datang ke dapur.Livy mengangkat alis, tapi tak berkomentar. Ia hanya memalingkan wajah dan membuka botol air lagi, lalu menuangkan air ke gelas kedua dan menyodorkannya tanpa banyak kata.Kay menerimanya, jari mereka nyaris bersentuhan. Dan lagi-lagi, itu cukup membuat jantung Kay memompa darahnya lebih cepat.Mereka duduk di dua kursi berhadapan di meja makan kecil dapur. Hening.Sesekali pandangan mereka saling bertemu, lalu sama-sama buru-buru berpaling seolah takut ketahuan sedang saling mengamati.Kay memutar gelasnya pelan dengan jemari, mencoba mencari topik pembicaraan. Tapi entah kenapa, sem

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   108. Momen Panas Malam itu

    Kay kembali masuk ke dalam kamar Albern. Di sana ia kembali duduk di pinggiran tempat tidur. Ia tersenyum. “Makasih Nak, sudah membuat Papa dekat dengan Mama. Kamu bantu Papa ya? Supaya Mama Livy selamanya akan menjadi Mama kamu…” ucapnya berbicara sendiri dengan nada pelan.Setelah memastikan anaknya benar-benar lelap, Kay pun melangkah perlahan untuk keluar dari kamar Albern. Sebelum menjauh dari sana, ia sempat melihat pintu kamar Livy. Hatinya menghangat.Lampu-lampu lorong rumah sudah diredupkan. Suasana terasa sunyi, namun sangat tenang. Kay ingin pergi menuju kamarnya, namun saat melewati ruang tengah, ia melihat Richard duduk sendirian di sofa dengan secangkir air putih di meja.Richard menatap ke arah Kay. “Kay,” sapanya.“Papa? Kenapa tidak di kamar? Kenapa tidak langsung tidur?” tanya Kay.Richard mengangguk, mempersilakan Kay duduk di sampingnya dengan menepuk bagian sofa yang kosong itu.Kay menurut, tanpa banyak tanya. Beberapa detik keheningan menyelimuti mereka sebelum

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   107. Semakin Dekat, Semakin Hangat

    Usai makan malam yang hangat itu, mereka tidak lupa mengabadikan momen dengan berfoto bersama. Richard pun memberikan ruang untuk mereka berfoto tanpa dirinya.“Papa? Kenapa pergi?” tanya Livy.“Kan tadi sudah? Sekarang… giliran kalian bertiga!” ucapnya tersenyum semangat. “Rapat-rapat!” ucapnya pula menggeser Livy pada Kay. Membuat jarak di antara mereka terpotong. Sempat mata mereka saling menatap, hingga akhirnya tersenyum menatap kamera.Setelah itu, Kay pun menarik tangan Richard. “Sekarang, giliran kita berdua, Pa.”Ada rasa bangga dan haru tersendiri di dalam diri Richard saat Kay merangkulnya dan berfoto berdua dengannya. Ia tidak salah memilih lelaki untuk mendiang anaknya. Ia juga tidak salah mempercayakan perusahaan padanya. Ia benar-benar tidak gelap mata.Malam itu benar-benar memberikan momen yang tidak akan terlupakan untuk mereka.Waktu berlalu… sudah waktunya mereka pulang. Ditambah Albern yang terlihat sudah bosan karena mulai mengantuk. Akhirnya mereka meninggalkan

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   106. Ungkapan Keseriusan dan Ketulusan

    “Mau?” tanya Kay pula terang-terangan menatap Livy. Ia terkekeh.Livy langsung keluar dari mobil dan membiarkan Kay menggendong Albern.“Ada-ada saja!” celoteh Livy pelan.“Aku cuma bercanda…” ucap Kay.“Papa kamu memang kadang suka banyak gaya, Al. Memangnya sanggup?” cibirnya pelan, sambil mengibas rambutnya ke belakang.“Sanggup! Mau coba?” balas Kay yang mendengar omelan itu.Livy memelototinya.Kay malah tertawa lebar. “Kamu cantik kalau lagi marah,” ucapnya.“Ya! Aku tahu!” balas Livy arogan, berjalan lebih depan dan meninggalkan Kay juga Albern.Kay sama sekali tidak mati kutu dengan jawaban judes itu. Dia malah senang, karena perlahan sisi Livy yang dulu, mulai kembali ia tunjukkan. Sisinya yang manja, bawel namun tetap penuh perhatian.Restoran itu tidak terlalu ramai, namun suasananya hangat dan nyaman. Cahaya lampu-lampu gantung yang temaram memantulkan kilau lembut ke meja-meja kayu yang ditata elegan. Aroma roti panggang dan rempah-rempah menyambut mereka begitu pintu kac

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   105. Gendong Dua-Duanya

    Mata Livy melotot.Kay terkekeh. Membuat Livy akhirnya tersenyum. Merah di pipinya itu tidak dapat dia sembunyikan.“Baiklah, nanti aku akan siap-siap,” ucap Livy mengalihkan.“Lalu jawabannya?” tanya Kay.“Jawaban apa lagi? Aku sudah bilang ya,” balas Livy, bingung.“Aku pikir kamu jawab ‘baiklah’ kamu akan memanggilku dengan sebutan ‘Sayang’ hehe…” Kay merasa konyol. Dia mengusap kepalanya.Livy sejenak terdiam. “Hm... sudah dulu,” ucapnya, mengakhiri panggilan.Kay masih tersenyum. Sampai dia menyandarkan punggungnya ke kursinya yang empuk, mendongakkan wajah, bibirnya itu masih tersenyum lebar. Jantungnya berdebar.Sementara itu, Livy di kamarnya, mengelus dada. Dia mengatur napasnya. Kenapa hanya pertanyaan bercanda seperti itu berhasil membuatnya tersipu? Jiwanya benar-benar terasa kembali hidup, untuk hal lain, perasaan yang sudah lama tidak diarasakan.**Sore itu, suara mobil Kay terdengar lebih cepat dari biasanya. Jam belum menunjukkan pukul lima, namun deru mesinnya sudah

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   104. Panggilan Sayang

    Cahaya matahari siang menembus tirai tipis di balik jendela kantor Kay yang terletak di lantai tertinggi gedung. Di balik meja panjang dan layar monitor yang menyala, Kay duduk dengan jas setengah dibuka dan dasi yang mulai ia longgarkan sejak satu jam lalu setelah dia selesai meeting. Di tangannya ada laporan bulanan yang belum sepenuhnya ia baca, karena pikirannya melayang terlalu jauh.Terlalu jauh... ke rumah. Ya, bukan hanya sekadar bangunan megah, mewah dan indah, tetapi benar-benar menjadi tempat pulang yang ia rindukan. Anaknya, Ayah mertuanya dan Livy.Bukan pertama kali ia begini. Sejak Livy kembali dan tinggal bersama mereka, wajah perempuan itu tak pernah absen dari benaknya. Tapi kali ini berbeda. Ada sesuatu yang terasa mengganjal—bukan karena rasa bersalah, tapi karena harapan yang mulai tumbuh diam-diam. Harapan yang perlahan membesar dan membentuk sebuah impian.Ia menatap keluar jendela. Di sana, langit tampak cerah. Begitu pun isi kepalanya sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status