Home / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 48. Undangan Menyakitkan

Share

48. Undangan Menyakitkan

Author: desafrida
last update Huling Na-update: 2025-03-29 20:41:33

Richard menghubungi Livy setelah meminta kontaknya dari ART. Apa yang dilakukannya sama sekali tidak diketahui oleh Kay. Dia ingin bertemu dengan ibu susu cucunya itu untuk meminta maaf. Bagaimana pun dia merasa bersalah karena sudah menganggapnya rendah.

‘Semoga saja Ibu Livy mau bertemu. Aku juga jadi penasaran sebenarnya sejauh apa hubungannya dengan Kay di masa lalu.’ Richard berbicara di dalam hati.

[Maaf Tuan, ini tentang apa?]

Richard langsung mengirimkan alamat sebuah kafe pada Livy. [Jika Ibu Livy berkenan, saya tunggu sore ini jam 5 di kafe ini.]

Sebenarnya Livy bimbang. Apakah dia harus datang atau tidak. Tetapi, dia pun penasaran hal penting apa yang Richard ingin sampaikan padanya.

Setelah berpikir matang, akhirnya Livy menemui Richard sore itu.

“Saya senang Ibu Livy datang. Silakan duduk Ibu Livy.” Richard menyambutnya.

Livy bisa saja berpikiran yang bukan-bukan pada Richard, tapi selama ini pun dia tidak pernah menunjukkan sikap yang kurang enak atau melebihi batas.

“Ad
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
tuh kan ya.. pak Richard juga puny pemikiran luas memandang bu livy.. ditunggu up selanjutnya othorrr ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   215. TAMAT Season 2 (Cinta yang Sempurna)

    Setelah penantian panjang. Hari itu datang juga. Matahari bersinar lembut ketika Livy terbangun dengan rasa yang tak asing namun tetap menggetarkan, kontraksi. Namun, ia dan Kay tetap tenang. Tak ingin membuat anak-anak kepikiran dan ikut panik.Sampai mereka berangkat ke sekolah, barulah Kay memanggil Bibi Eden, dan dalam waktu singkat mereka sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.Prosesnya tak seberat yang dulu, tapi Livy tetap memeras tenaga dan air mata untuk menghadirkan buah hati mereka ke dunia. Kay menggenggam tangannya erat, mencium keningnya berulang kali dan membisikkan dukungan. Penuh cinta. “Kita akan segera bertemu dengan putri kecil kita…”Dan akhirnya, suara tangis nyaring pecah di ruang operasi bersalin. Seorang bayi mungil dengan pipi kemerahan dan rambut hitam lebat lahir dengan sehat. Dokter mengangkatnya, menunjukkan pada Livy dan Kay yang sudah berlinang air mata. “Selamat, anak perempuannya sehat,” ucap sang dokter.Kay tersenyum lega, menatap Livy yang juga men

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   214. Memberitahu Kabar Bahagia

    Kay berdiri di ambang pintu kamar matanya bertemu dengan Livy yang sedang bersandar di sandaran tempat tidur. Wajah istrinya itu tampak lelah, namun tetap bersinar. Senyuman lembut tersungging di bibirnya begitu melihat Kay muncul.“Kamu ya?” ucap Kay menggoda. “Sudah sakit, masih saja menggoda. Masih saja tersenyum.”Kay terkekeh. Dia menghampiri, duduk di sisi tempat tidur dan menggenggam tangan istrinya. “Sudah sarapan?” Tangannya mengusap pipi Livy dengan lembut. “Aku sudah pulang, ayo kita ke rumah sakit.”Livy mengangguk pelan. “Aku sudah makan, kok. Tapi… sebelum kita pergi, ada sesuatu yang ingin aku berikan ke kamu dulu.”Kay mengernyit. “Apa Sayang?” tanyanya dengan mata menyipit penuh tanya.Livy tersenyum penuh misteri. “Ambil deh sesuatu di laci nakas. Di dalam kotak obat.”Kay pun bangkit, membuka laci kecil di samping tempat tidur. Ia melihat sebuah kotak obat mungil dan mengangkatnya. Saat dia hendak bertanya lagi, Livy hanya menunjuk, menyuruhnya membuka sendiri.Deng

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   213. Memberanikan untuk Test Pack

    Waktu berjalan, hari berganti.Di suatu pagi, berbeda dari biasanya. Rumah yang biasanya dipenuhi keceriaan Livy dan langkah sibuknya menyiapkan sarapan, kini terasa sedikit hening. Livy masih terbaring di tempat tidur, tubuhnya terasa lemas sejak dini hari. Ia sempat bangun untuk memastikan anak-anaknya siap, tapi Kay memintanya untuk tetap beristirahat.“Aku akan urus semuanya,” ucap Kay seraya menyelimutinya lebih rapat. “Kalau masih belum enak badan, nanti aku bawa ke dokter.”Livy hanya mengangguk pelan. Wajahnya sedikit pucat, dan napasnya terdengar berat, meski ia terus memaksakan senyum agar tidak membuat Kay khawatir. Tapi Kay tahu—istrinya itu sedang tidak baik-baik saja.Kay pun turun ke bawah, memastikan semuanya siap. Bibi Eden sudah mengambil alih dapur dan menyajikan sarapan untuk mereka.“Bi… tolong bantu anak-anak, ya?” ucap Kay.“Bagaimana kabar Nyonya Livy, Tuan?”“Mudah-mudahan baik-baik saja. Mungkin butuh istirahat lebih,” jawab Kay.Albern yang kini duduk di kel

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   212. Projek Membuat Adik

    Kay masih tergelak, namun ia kembali mengalihkan pandangannya pada Albern. "Tapi Alice memang cantik, ya?" godanya lagi, mencoba memancing reaksi putranya. Albern hanya diam, sibuk mengunyah makanannya. Elian yang melihat kakaknya bungkam, langsung meledek. "Cieee, Kakak Albern malu-malu mau ngaku!" Livy tersenyum melihat interaksi mereka. Ia memutuskan untuk menengahi. "Berteman baik sama orang yang baik itu sangat boleh, kok. Mau laki-laki ataupun perempuan, yang penting kalian harus tetap fokus belajar, ya? Kalian masih terlalu kecil untuk cinta-cintaan." Livy memberikan nasihat dengan lembut. “Iya Ma. Nih si Dino banyak bicara!” gumam Albern menatap adiknya kesal. Elian pun hanya tertawa. Kay yang tampaknya terinspirasi dari percakapan itu, tiba-tiba melontarkan pertanyaan. "Oh ya, kalau semisal kalian punya adik perempuan, bagaimana?" Albern langsung menatap ayahnya datar, ekspresinya sulit dibaca. Sementara Elian menjawab cepat dan penuh semangat, "Mauuuu!" Albern kemudi

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   211. Ayah VS Anak

    Langit di luar jendela mulai bersemburat jingga, perlahan berubah menjadi gelap. Lampu-lampu di dalam rumah sudah dinyalakan, memancarkan kehangatan. Di ruang tamu, tawa renyah Alice dan teman-teman Albern mulai terdengar, menandakan bahwa tugas kelompok mereka akhirnya selesai.Albern muncul di dapur, di mana Livy dan Bibi Eden sedang sibuk menyiapkan makan malam. Aroma masakan yang sedap memenuhi ruangan. Livy sedang mengaduk sayur di wajan, sementara Bibi Eden sibuk memotong-motong bahan."Ma," panggil Albern, suaranya sedikit lega. "Tugasnya sudah selesai. Teman-temanku sudah mau pulang," ucapnya.Livy menoleh, tersenyum melihat putranya. "Oh, sudah selesai? Baguslah," katanya. "Sebentar ya, Mama panggil Papa dulu,” ucapnya.“Tidak usah, Ma. Mama saja,” ucap Albern.“Kenapa?” tanya Livy.“Papa rese!” jawab Albern pelan.Livy pun terkekeh. Dia langsung merangkul bahu Albern, untuk melangkah menemui teman-temannya. "Baiklah, baiklah. Kalau gitu, ayo kita temui teman-temanmu."Saat L

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   210. Gosip tentang Albern dan Alice

    Livy tersenyum tipis, matanya lekat mengamati Albern, putra sulungnya, yang sedang serius dengan kerja kelompok. Suasana di antara Albern dan teman-temannya agak canggung, terutama saat Alice, teman perempuannya yang tampak paling dominan, mulai menjelaskan tugas mereka. Albern terlihat tenang, sesekali mengangguk, namun Livy bisa melihat ada sedikit kegugupan yang coba disembunyikan putranya.Ketika Alice tiba-tiba menyebut nama Albern dan mengajukan pertanyaan, Livy melihat bahu putranya sedikit menegang. Albern menjawab dengan suara yang sedikit lebih pelan dari biasanya, sesekali melirik Alice lalu buru-buru mengalihkan pandangan. Rasanya lucu melihat putra remajanya yang biasanya tegas dan berani mendadak jadi salah tingkah.Tiba-tiba, sebuah suara kecil mengagetkan Livy. Elian, sudah berdiri tepat di belakangnya, entah sejak kapan. "Mama sedang apa?" bisik Elian, membuat Livy sedikit terlonjak.Livy menoleh sambil tersenyum. "Eh, kamu. Mama lagi lihat Kak Albern kerja kelompok,"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status