Bab : 37Pertemuan yang mengharukan.***Alan mengemudikan mobilnya dengan penuh rasa emosi. Dia benar-benar tak menyangka jika masalah yang menimpa Andira menjadi semakin pelik seperti ini. Kembali terbayang di kepala Alan saat pertama kali ia menolong Andira dalam keadaan yang sudah sangat tak berdaya, hingga Andira harus mengalami jahitan ulang diperutnya. Tak cukup sampai disitu, Andira sampai kini masih saja diselimuti trauma akibat dari cobaan pemerkosaan yang menimpanya. Bahkan tadi pagi, baby sitter yang menemani Andira pun melapor bahwa Andira mengigau layaknya orang ketakutan. Dan masih dengan aksi yang sama, Andira menarik bajunya sendiri. Namun baby sitter tersebut bisa menangani kondisi Andira. Tidak sering memang, tapi laporan tadi pagi membuat Alan berpikir bahwa Andira belum benar-benar sembuh dari traumanya.Shit! Alan mengerang kesal saat mengingat pelaku yang mencoba menodai Andira ternyata adalah kakak iparnya sendiri. Dan kini masih berkeliaran bebas tanpa beba
Bab : 38Kesembuhan Andira***Alan yang menyaksikan Andira seperti itu tercengang. Pasalnya Alan tak pernah mendapati Andira menangis seperti ini. Apakah ini awal yang baik untuk Andira? Pikir Alan. Melihat Andira seperti itu, sudut mata Alan basah. Lantas buru-buru Alan mengelap sudut matanya sebelum orang lain melihatnya. Sungguh rasa trenyuh menghinggapi ketika melihat keduanya menangis bersamaan."Rasanya aku sudah tak sanggup menjalaninya, Mbak. Tak ada gunanya aku hidup. Aku sudah diperlakukan seperti sampah oleh mereka!" Winda terkejut mendengar ucapan Andira. Lalu mengurai pelukannya. Sungguh, Winda tak menyangka bahwa psikis Andira begitu terguncang saat ini. "Aku sudah diperlakukan seperti sampah oleh mereka, Mbak!" Andira mengulangi perkataannya. Kali ini tangannya kembali menarik bajunya. Namun dengan sigap Winda menghentikan aksi Andira.Alan yang menyaksikan mereka dari jauh, tak dapat lagi menyembunyikan air matanya. Setelah kejadian itu, baru kali ini Alan mendenga
Bab : 39Tragedi yang memilukan***"Tolong kamu urus kasus ini ke kantor polisi. Saya ingin dia dihukum dengan seberat-beratnya!" Titah Alan dalam telponnya. "Baik, Pak. Akan saya laksanakan sekarang juga!" ujar seseorang di seberang sana."Foto dan alamat rumahnya nanti saya kirimkan. Serta bukti-bukti juga saya lampirkan. Saya minta untuk secepatnya kamu mengurus laporannya!" Titah Alan lagi. "Siap, Pak."Tit.Alan mematikan telepon, lantas memasukkan kembali ponsel dalam saku celananya.Ya, saat ini Alan tengah berada di kamarnya sendiri. Setelah kepulangan Winda tadi sore, Alan beristirahat sejenak. Dan sekarang saatnya Alan melanjutkan rencananya untuk mempolisikan orang yang sudah menghancurkan hidup Andira."Ini kejutan untukmu, Rangga. Apakah kau akan terus menyalahkan Andira, atau justru akan menyesal?" geram Alan lirih. Mengingat ucapan Andira tentang keluarga Rangga tadi, sudah cukup membuktikan pada Alan jika selama ini mereka telah menyia-nyiakan Andira.Alan menghem
Bab : 40Hati yang dibakar cemburu"Kapan kamu kembali ke rumahmu, Andira? Suamimu pasti mencarimu saat ini!" Andira menegang mendengar ucapan Yulia. Yulia memang tak tahu persis tentang masalah yang Andira hadapi. Namun sikap sok tahunya tadi, sukses membuat rahang Alan mengeras."Jaga ucapanmu, Yulia. Kamu tak tahu apa yang terjadi dengan Andira. Lebih baik diam, jika pertanyaanmu menimbulkan luka bagi yang mendengarnya!" ujar Alan tegas.Yulia pun menciut ketika melihat Alan marah seperti itu. Yulia memang sudah terbiasa mendapat perlakuan dingin dari Alan. Tapi tidak untuk marahnya, karena semenjak Renata tiada Alan memang sangat irit berbicara. Hanya sikap dingin dan kaku yang ia perlihatkan pada orang lain. Namun bagi Yulia, itu adalah hal wajar karena Alan sudah kehilangan orang yang dicintainya. Nyatanya, Yulia masih sabar menanti move on dari Alan. Yulia menunduk, menyembunyikan luka yang Alan torehkan padanya. 'Demi wanita itu kamu memarahiku, Mas,' Yulia membatin perih.Pu
BAB : 41Kabar dari polisi.***Suara adzan mengalun merdu, membuat Andira mengerjap membuka matanya. Setelah meregangkan tangan dan badannya, ia bergegas menuju ke kamar Kania. Dan ternyata, anaknya masih tertidur pulas dengan ditemani oleh pengasuh Kania.Setelah selesai mandi, Andira melangkah ke dapur. Ia melihat sang Bibi sudah berkutat disana dengan beraneka macam bahan makanan di depannya."Eh, Ibu," Sang Bibi kaget dengan kehadiran Andira."Mau masak apa, Bi?" Andira mengamati bumbu dan bahan yang sedang dirajang oleh Bibi."Nasi goreng, Bu. Itu memang menu kesukaannya Pak Alan tiap pagi. Tapi campurannya harus lengkap!" Bibi menjelaskan."Kalau buat non Riana, maunya ditambah telur ceplok. Tapi kuningnya harus pas ditengah. Kalau berantakan dikit, siap-siap aja ngambek nanti!" ujar Bibi menambahkan.Andira terkekeh geli mendengar penuturan sang Bibi. Lantas mengamati setiap bahan yang menjadi campuran masakannya. "Banyak banget campurannya!" guman Andira lirih."Ini semua ba
Ketika Melahirkan Di Tempat MertuaBab : 42Proses penangkapan sang penjahatAlan memarkirkan mobilnya di dekat rumah Winda, namun juga tak terlalu jauh dari rumah Rangga. Mobil Alan tak akan kelihatan jika dilihat dari rumah Rangga, dan itu cukup membantu Alan saat ini. Rumah Rangga masih nampak sepi. Itu artinya polisi belum mendatangi rumahnya. Sebelum polisi datang menyerbu, Alan bergegas mengetuk rumah orang yang dikhawatirkannya saat ini.Tok tok!"Assalamualaikum," ujar Alan sambil mengetuk pintu rumah."Waalaikumsalam," terdengar jawaban dari dalam dan suaranya terdengar kian dekat."Ada apa ya, Pak?" tanya seseorang setelah membuka pintu rumahnya. Alan mengira bahwa seseorang itu adalah suami Winda."Bu Winda ada, Pak. Ehm, maksud saya, saya ingin menyampaikan sesuatu yang menyangkut Andira saat ini, Pak." "Ya Allah … Ada apalagi dengan Andira, Pak. Ibuk! Sini sebentar!" Dani, suami Winda terlihat panik setelah mendengar nama Andira yang disebut."Masuk aja dulu, Pak. Kit
Ketika Melahirkan Di Tempat MertuaBab : 43Penangkapan penjahat ulung"Tangkap dia!" Seseorang yang sering memalsukan identitas itu mencoba kabur dan segera berlari dari kepungan polisi.Doorr!Suara peluru pun menggelegar di segala penjuru ruangan. Membuat semua orang tercengang melihatnya. Ya, kaki Rudi ditembak oleh polisi ketika ia mencoba kabur. Nampak para tetangga berkerumun menyaksikan ketegangan yang terjadi di rumah Rangga. Para tetangga pun berteriak histeris melihat darah yang tercecer dari leher Rosa. Dan sekarang ditambah dengan kaki Rudi yang ditembak oleh polisi akibat ia mencoba kabur dari penangkapan.Namun sepertinya Rudi ini kebal dengan peluru pistol yang menancap dalam di kakinya. Rasa ketakutan hukuman yang akan menimpanya membuat ia tak memperdulikan rasa sakit di kakinya. Dalam keadaan seperti itu, ia masih bisa berlari. Dengan sambil menyeret kakinya yang penuh dengan darah, ia mencoba berlari untuk menghindari polisi. Kaki yang sudah mengeluarkan banyak d
Ketika melahirkan Di Tempat MertuaBab : 44Sanksi sosial dari wargaPOV RANGGA"Mas Rangga sendiri tahu gak dimana Mbak Andira sekarang? Jangan-jangan emang gak pernah nyari keberadaan istrinya ya? Duh, Mas, aku sih tipe gak peduli sama urusan orang ya, tapi ini sudah benar-benar kelewatan!" ujar salah satu tetangga yang masih berkerumun di depan rumah. Membuatku semakin malu setengah mati. Katanya tak mengurusi hidup orang, lah ini apa? Dasar tetangga aneh.Rasanya aku sudah tak punya muka lagi di depan para tetangga. Saat ini memang keluargaku tengah jadi tontonan. Entah empati karena luka Mbak Rosa, atau entah ingin memojokkan kami karena masalah Andira. Yang jelas, saat ini rasanya aku sendiri pun geram dengan Andira. Sudah tak ada dirumah pun, ia selalu jadi biang kerok dalam keluarga kami. "Dih, suaminya sendiri gak tahu dimana Mbak Andira ya!" "Kebayang sama Mbak Andira yang tinggal serumah sama penjahat, ya Bu. Udahlah habis melahirkan, tapi malah penjahatnya mau menodai M