Share

Istri Kesayangan

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-07-08 11:16:37

Selesai marah-marah di tempat praktek Dokter Lucky. Sisca melanjutkan perjalanan menggunakan mobil hadiah sang suami, menuju rumah sakit.

Selama dua tahun menikah, entah barang apa yang tidak dibelikan oleh Barta untuk hadiah anniversary dan ulang tahun.

Semua Sisca dapatkan, meskipun harganya tidak semahal barang-barang milik Istri Pejabat. Namun, mendapatkan apresiasi seperti itu sudah cukup membuat Sisca merasa beruntung memiliki suami sebaik Barta.

Dari semua kelebihan Barta, hanya satu kekurangan lelaki tampan itu, penyakit reproduksi.

"Mas, aku udah ada di parkiran. Aku bawa makan siang untuk kamu," ucap Sisca di dalam telepon.

"Makasih By, aku jemput kamu di parkiran ya. Jangan turun dari mobil dulu. Cuaca hari ini panas, nanti kulit kamu rusak."

"Apaan sih Mas! Lebay banget. Kamu lupa ya kalau aku ini cuma gadis Desa yang kebetulan dinikahin sama Dokter dari Kota? Jangan berlebihan deh, biasanya di kampung, jam segini tuh aku nyuci baju di sungai."

Barta terkekeh pelan. "Itu 'kan dulu, By. Sebelum kamu nikah sama aku. Sekarang setelah kita nikah, aku ngga mau kamu kepanasan. Apalagi kamu mau bawain makan siang buat suami. Harusnya aku yang nyempetin pulang ke rumah."

"Ck!" Sisca berdecak sambil membuka sabuk pengaman di pinggang. "Kamu 'kan sibuk, gimana mau pulang ke rumah? Udah tugas aku nganter makan siang buat kamu. Lagian aku 'kan ngga ada kerjaan di rumah."

"Makasih banyak, By. Love you," ucap Barta sambil mencium ponsel.

"Love you to, Mas." Sisca bergegas turun dari mobil. Ia mengambil rantang yang diletakkan di jok sebelah lalu membuka pintu.

Deg!

Sisca terhenyak kaget melihat suaminya sudah berdiri di luar pintu mobil sambil tersenyum manis.

"Mas, kamu .... "

Cup!

Barta mendaratkan kecupan lembut di kening sang istri. "Makan di mobil aja ya." Ia menutup pintu lalu berlari memutari mobil dan masuk.

"Kenapa ngga makan di ruangan kamu aja, Mas?" tanya Sisca, bingung.

"Banyak pasien baru masuk. Sekarang lagi musim virus flu dan demam. Aku takut kondisi tubuh kamu lagi kurang fit, nanti kamu ketularan."

Sisca mengangguk paham. Sebenarnya sejak tadi ia sudah melihat banyak petugas medis yang berlalu lalang menurunkan pasien dari mobil ambulans.

Pantas saja Barta tidak memakai jas Dokter, hanya menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang.

Sepertinya Dokter Bedah itu juga sudah membersihkan diri sebelum masuk ke mobil.

"Kamu masak apa, By?" tanya Barta sambil membuka rantang yang dibawa Sisca satu per satu.

"Nanti juga kamu tahu, ngapain nanya."

Barta menyeringai. "Aku mau dengar dari mulut Istri aku sendiri, By."

"Manja banget sih suami aku." Sisca membantu membuka tiga rantang yang dibawa. "Aku masak rendang sama sayur buncis kesukaan kamu. Ada buah juga dan susu biar stamina kamu tetap terjaga. Kamu 'kan sering lembur."

Barta tersenyum sambil menatap istrinya. Makanan di depannya teralihkan tidak menarik lagi. Semua tidak menarik lagi saat ada Sisca di depan mata.

"Makasih Istri Solehaku," puji Barta.

Sisca tersenyum kecil. "Aku belum pantas dapat predikat Istri Soleha, Mas. Kurang pantas aja kedengarannya. Aku belum sesempurna itu. Masih belajar."

"Tapi aku yakin kamu bisa menjadi Istri Soleha, By. Aku bimbing kamu, ya." Barta menggenggam jemari lentik Sisca, erat.

"Makasih, Mas," ucap Sisca. Ia kembali membuka kotak makan siang untuk suaminya. "Makan yang banyak, ya."

Barta mengangguk, mulai menikmati makan siang yang dibawa istri Kesayangan.

"Ngomong-ngomong soal obat itu, kamu ngga usah mempermasalahkan lagi ya. Obatnya lagi aku coba tawarin ke teman dekat aku, katanya dia punya saudara yang memiliki masalah reproduksi juga," ujar Barta tiba-tiba.

Sisca tertegun, mendadak gugup mendengar ucapan sang suami.

"Kata teman aku, saudaranya itu pasti mau, meskipun aku ngga jual obatnya dengan harga yang sama, tapi lumayan lah daripada obatnya kita buang," lanjut Barta.

Sisca bergeming, reflek menundukkan kepala sambil memainkan tutup rantang. Ia kembali mengingat soal Dokter Lucky tadi, yang meminta Barta datang ke tempat praktek untuk membicarakan soal obat tersebut.

"Kenapa, By? Kok kamu diam?" tanya Barta, menatap bingung. "Kamu sakit?"

Sisca menggeleng cepat. "Ngga Mas, aku ngga apa-apa," dustanya, tersenyum canggung.

"Ngga usah mempermasalahkan uang itu ya. Aku tahu kamu kecewa sama aku karena aku beli tanpa ijin kamu, tapi aku melakukan itu demi kebahagiaan rumah tangga kita. Meskipun akhirnya obat itu ngga boleh aku minum."

"Ngga apa-apa Mas, aku udah ngga mempermasalahkan soal itu lagi kok. Aku tahu niat kamu baik." Sisca memegang lengan suaminya.

Dring!

Suara deringan ponsel terdengar. Keduanya saling tatap sambil mendengar suara ponsel siapa yang berbunyi.

"Kayaknya hape kamu deh, Mas," kata Sisca, melihat cahaya yang menyala dari ponsel di saku kemeja suaminya.

Barta menundukkan kepala, merasakan benda itu bergetar. "Iya hape aku." Ia mengeluarkan ponsel dari saku dan melihat satu panggilan dari ... 'Dokter Lucky.'

"Siapa Mas?" tanya Sisca.

"Dokter Lucky," jawab Barta, menerima telepon.

Sisca membulatkan kedua matanya lebar~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Bonus Chapture 2: Brian Wiyana Putra

    "Kalian sudah punya nama untuk cucu, Mama?" tanya Inggrid pada anak dan menantunya. Setelah mendapat kabar bahwa Sisca sudah melahirkan. Inggrid, Bramanto, Agung dan Innaya datang ke rumah sakit. Mereka terlihat sangat bahagia melihat kelahiran cucu laki-laki mereka yang selama ini ditunggu-tunggu. Bahkan, Innaya tak sanggup menahan air matanya yang terus mengalir deras. Air mata bahagia. "Aku udah kasih nama, Ma," jawab Barta sambil menatap anaknya yang tampan. "Namanya siapa, Nak Barta? Emak penasaran," tanya Innaya. "Iya, Abah juga," imbuh Agung. Barta dan Sisca saling tatap. Keduanya tersenyum lebar. "Namanya Brian Wiyana Putra," jawab Barta. "Bagus. Nama yang bagus." Wajah Agung dan Innaya terlihat semringah, sangat setuju dengan nama pilihan sang menantu. Bayi di gendongan Inggrid sudah mulai risih, seperti meminta untuk dipindahkan ke atas ranjang. Inggrid sangat bahagia mendapatkan cucu dari Barta, meskipun bukan cucu pertamanya, karena kakak perempu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Bonus Chapture 1: Cerita Malam Pertama

    Barta mendekati istrinya yang hanya menggunakan handuk menutupi tubuh polos itu. Tatapannya tak beralih sedetikpun dari posisi Sisca berdiri. "Mas, kamu kenapa?" Kening Sisca berkerut, menatap bingung melihat suaminya berkeringat di ruangan full AC. Tidak menjawab apa-apa, Barta melangkah perlahan semakin mendekati istrinya. Mata Dokter tampan itu melebar, melihat sosok cantik tanpa busana di depannya. Di bawah sana, ujung tombaknya sudah berdiri tegak, efek obat yang direkomendasikan Lucky. Obat kuat itu benar-benar bereaksi sesuai keinginan. Setelah sekian lama pusakanya mati suri, kini ia bangkit dan mengeras. "Mas, kamu kenapa?" tanya Sisca, yang belum mendapatkan jawaban dari sang suami. Barta menggeleng sambil tersenyum mesum. Ia berdiri di depan Sisca, memegang kedua lengan istrinya erat. "By," panggilnya dengan napas terengah-engah. "Iya, kenapa?" Sisca mendongak, menatap suaminya lekat. "Kamu sakit?" Ia menempelkan punggung tangan di kening sang suam

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Akhirnya~

    Ah! Suara jeritan Sisca terdengar memenuhi ruang kamar saat suaminya menekan bagian bawah tubuh ke dalam sana. Akhirnya setelah dua tahun pernikahan mereka, Barta memenuhi kebutuhan nafkah batin untuk istrinya. "Mas, ka-kamu bisa?" Sisca meringis, menahan sakit di bagian inti tubuh. Barta tersenyum. Bulir bening mengalir membasahi wajah. "Iya, By. A-akhirnya aku bisa melakukannya." Ia terisak menahan tangisan haru. Sisca tertawa bahagia. Ekspresi wajah suaminya sukses mengocok perut. "Mas, ini bukan mimpi 'kan? Ini nyata? Kamu bisa?" Barta mengangguk yakin. "Ini bukan mimpi By. Ini kenyataan. Akhirnya aku bisa merasakan ini. Ahhh!" Ia mempercepat gerakannya, membuat suara pekikan Sisca semakin kencang. "Mas, sakit," rintih Sisca. "Maaf, By. Aku tidak bisa menahannya. Maaf ya, tolong tahan sebentar. Aku keenakan, By." Barta mendesah pelan sambil mengigit bibirnya. Sisca mengangguk. "Iya, Mas. Lakukan saja. Aku udah ngga sabar mau punya anak dari kamu." Ia tersen

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Akhirnya Bangun Juga

    "Nanya apaan sih kamu, Mas." Sisca berdecak sebal. Malas menjawab pertanyaan suaminya.Padahal dia sudah sering mengatakan kalau dia merasa beruntung mendapatkan suami seorang Dokter, dan dia merasa bahagia. "Jawab, By," desak Barta dengan tatapan lebih dalam. Tangannya menggenggam jemari lentik Sisca erat-erat.Sisca menatap mata suaminya yang mulai berembun. Bulir-bulir bening terlihat menggenang di kedua pelupuk mata sang Dokter."Mau Magrib, Mas. Mending kita masuk ke rumah!" kata Sisca, mengalihkan pembicaraan suaminya. Barta menarik napas panjang. "Katakan By. Aku mau dengar jawaban jujur dari hatimu. Apa selama ini kamu bahagia menikah sama aku? Atau ngga? Beritahu alasannya!" Sisca membuang napas kasar. Menepis genggaman tangan sang suami. "Bukannya aku udah sering bilang sama kamu kalau aku bahagia hidup sama kamu, Mas! Aku beruntung bisa nikah sama kamu."Barta menundukkan kepala. "Aku tahu kamu berbohong, i

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Tolong Jawab Jujur

    Sisca mendadak canggung. Apalagi di ruang tamu rumah mertuanya, ada banyak pasang mata yang menatap. Sejak tadi ia hanya fokus berbicara dengan Alea, untuk menghindari kontak mata dengan Lucky yang terus menatap tanpa berkedip. Malah sekarang, Lucky memberi pertanyaan di depan kedua mertuanya. Tidak mungkin dia diam saja. Namun, ingin menjawab, ia takut Barta cemburu."Sisca memang suka anak-anak. Dia juga punya ponakan dan adik sepupu yang masih kecil. Iya 'kan Nak?" Inggrid mewakilkan Sisca dengan jawaban yang dia ketahui. Sisca mengangguk pelan. Ia menatap sang mertua sesaat lalu kembali fokus pada Alea. Lucky tersenyum simpul, puas mendengar jawaban itu meski bukan keluar dari mulut Sisca. "Pantas sejak bertemu dengan Alea, anak saya itu langsung suka dan dekat dengan Sisca. Biasanya anak kecil itu paling tahu mana orang yang baik dan tulus, sama yang hanya berpura-pura," ujar Lucky. Inggrid dan Wulan menganggu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Jauhi Istriku

    Setelah permintaan untuk bicara berdua, diiyakan oleh Lucky. Barta melangkah ke luar rumah mewah orang tuanya.Dokter Bedah itu menghentikan langkah kaki di halaman rumah. Berdiri dengan wajah dingin, menunggu kedatangan Lucky.Perlahan tapi pasti, Lucky mendekat lalu menghentikan langkahnya di depan Barta.Lucky tersenyum kecil, hambar, "Ada yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Dok? Tentang apa?"Kedua tangan Barta mengepal kuat-kuat di samping tubuhnya. Matanya menatap Lucky dengan sorot mata tajam.Pertanyaan dari lawan bicaranya, tak dijawab sama sekali. Namun, ekspresi wajahnya sudah menjelaskan emosi sang Dokter yang membuncah. Meski ditatap tajam seperti itu, tak membuat Lucky takut. Ia tetap menyunggingkan senyum sinis pada Barta. "Kalau tidak ada keperluan apapun. Lebih baik saya kembali berkumpul dengan orang tua kita," ucap Lucky, memutar tubuhnya.Dengan cepat, Barta memegang bahu Dokter duda itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status