Share

Pulang Tanpa Hasil

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-07-08 11:16:08

"Bagaimana, Bu Sisca? Apa Anda yakin ingin melaporkan saya ke Polisi dengan tuduhan tanpa bukti seperti itu? Saya tunggu laporan Anda," tantang Dokter Lucky sambil tersenyum kecil.

Ia menatap wajah Sisca yang pucat. Wanita itu hanya diam, kehabisan kata-kata mendengar tantangan sang Dokter.

Bukan Lucky yang takut, justru malah sebaliknya ... nyali Sisca menciut.

Dokter Lucky menghela napas panjang, masih menyunggingkan senyuman manis dengan kedua tangan bertumpu di atas meja sambil menopang dagunya.

Ia menatap Sisca tanpa berkedip. Entah mengapa, semakin ditatap wajah Sisca terlihat semakin cantik dan memesona.

Beruntung laki-laki seperti Barta memiliki istri spek bidadari seperti Sisca, pikir Lucky.

"Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai Dokter. Tidak ada yang salah dengan hal itu," lanjut Lucky.

Wanita yang terus ditatap Dokter tampan itu, menarik napas panjang. Sadar apa yang dilakukan akan menjadi bumerang untuk rumah tangganya.

Kalau dia menuruti ego, bukan tidak mungkin Barta akan marah besar karena semua orang pasti tahu penyakit suaminya.

"Saya cuma mau balikin obat ini, kok jadi nyerempet kemana-mana sih, Dok?" kata Sisca sambil menunjuk obat di atas meja. "Tolong ambil lagi obat itu, Dok! Saya dan suami saya ngga butuh obat itu. Dan kembalikan uang suami saya!"

Lucky menggeleng pelan. "Maaf sebelumnya Bu Sisca. Obat kuat ini saya beli langsung dari Amerika. Pembelian obat kuat ini juga tidak sembarangan. Suami Anda pasti sudah menjelaskan semuanya pada Anda. Sebelum Dokter Barta menyetujui pembelian, dia sudah menandatangani beberapa berkas persetujuan yang sah."

Sisca mendengus kesal. Jujur, dia kurang paham dengan perjanjian dan persetujuan seperti itu, tapi kalau dia kalah, bukan Ras Terkuat di Bumi namanya.

"Pokoknya saya mau obatnya Dokter ambil dan uang dari suami saya dikembalikan!" tegas Sisca dengan tatapan mata tajam.

Lucky tersenyum simpul sambil menggeleng. "Maaf, tapi tidak bisa Bu Sisca. Obat tersebut dibeli langsung dari Amerika. Kalau Anda ingin mengembalikannya atau membatalkan pembelian, Anda bisa mengirim obat itu ke Dokter yang bersangkutan di rumah sakit Amerika."

Kedua mata Sisca membulat. "Ribet amat Dok! Saya 'kan cuma pengen uang suami saya kembali. Dokter bisa jual obat itu ke orang lain. Kenapa jadi ribet begitu? Pake bawa-bawa Amerika segala." Jiwa udiknya menyala mendengar nama negara maju disebut-sebut.

Lucky bergeming, masih menatap Sisca yang sedari tadi marah-marah padanya. Meskipun marah dengan mata melotot, tapi wanita itu tetap terlihat cantik.

"Kalau uangnya ngga bisa dibalikin utuh, potong aja sepuluh persen! Kembalikan uang suami saya dan bawa obat itu!" lanjut Sisca. "Percuma juga obat itu ada di suami saya, dia ngga akan minum obatnya!"

Lucky masih bergeming, tak menanggapi permintaan Sisca, karena penjualan obat tersebut sudah disepakati kedua belah pihak. Apalagi Barta sudah menandatangani berkas-berkas persetujuan.

Ia hanya mengikuti prosedur yang berlaku. Yang dia lakukan sama sekali tidak melanggar aturan apapun, itu sebabnya sejak tadi wajah Lucky terlihat tenang.

"Gimana, Dok? Mau 'kan Anda mengembalikan uang milik suami saya? Uang itu uang tabungan suami saya, Dok!" lanjut Sisca.

Sekian menit hanya diam membisu, Lucky mengatakan, "Kedatangan Anda ke sini, apa sudah mendapatkan ijin dari suami Anda?"

Deg!

Sisca menelan saliva keras. Mendengar pertanyaan itu, ia langsung menundukkan kepala.

"Jika sudah, tolong beritahu suami Anda untuk datang ke tempat praktek saya. Kita bicarakan lagi soal pembelian obat itu. Saya tunggu kedatangan suami Anda sore ini," lanjut Lucky.

Sisca mendadak gugup. Bagaimana caranya memberitahu sang suami soal kedatangannya ke tempat praktek Lucky?

Semalam Barta jelas-jelas melarang untuk datang ke praktek itu dan membahas soal obat kuat lagi.

"Saya rasa pembahasan kita cukup sampai di sini. Jika Anda ingin mendapatkan penjelasan tentang hal lain, boleh tanyakan sekarang," senyum Lucky.

Sisca membuang napas kasar. "Ribet banget sih! Cuma minta hak suami saya aja dipersulit seperti ini! Lihat aja nanti, saya pastikan hidup Dokter ngga akan bahagia, karena Dokter makan duit hasil kerja keras suami saya!"

Selesai melampiaskan emosi, Sisca memutar tubuh dengan kasar lalu melangkah cepat keluar dari ruangan Lucky.

Bank!

Suara pintu yang dibanting oleh Sisca, membuat Lucky terhenyak kaget.

Dokter tampan berstatus duda anak satu itu, tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Ada-ada saja," katanya, kembali membuka lembaran catatan medis pasien yang tergeletak di atas meja.

Sambil membaca catatan medis para pasien, Lucky membayangkan wajah cantik Sisca saat marah-marah tadi.

"Dua tahun menikah, tapi belum pernah disentuh? Artinya dia masih perawan?" gumam sang Dokter sambil mengusap bulu-bulu halus di bawah bibir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Bonus Chapture 2: Brian Wiyana Putra

    "Kalian sudah punya nama untuk cucu, Mama?" tanya Inggrid pada anak dan menantunya. Setelah mendapat kabar bahwa Sisca sudah melahirkan. Inggrid, Bramanto, Agung dan Innaya datang ke rumah sakit. Mereka terlihat sangat bahagia melihat kelahiran cucu laki-laki mereka yang selama ini ditunggu-tunggu. Bahkan, Innaya tak sanggup menahan air matanya yang terus mengalir deras. Air mata bahagia. "Aku udah kasih nama, Ma," jawab Barta sambil menatap anaknya yang tampan. "Namanya siapa, Nak Barta? Emak penasaran," tanya Innaya. "Iya, Abah juga," imbuh Agung. Barta dan Sisca saling tatap. Keduanya tersenyum lebar. "Namanya Brian Wiyana Putra," jawab Barta. "Bagus. Nama yang bagus." Wajah Agung dan Innaya terlihat semringah, sangat setuju dengan nama pilihan sang menantu. Bayi di gendongan Inggrid sudah mulai risih, seperti meminta untuk dipindahkan ke atas ranjang. Inggrid sangat bahagia mendapatkan cucu dari Barta, meskipun bukan cucu pertamanya, karena kakak perempu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Bonus Chapture 1: Cerita Malam Pertama

    Barta mendekati istrinya yang hanya menggunakan handuk menutupi tubuh polos itu. Tatapannya tak beralih sedetikpun dari posisi Sisca berdiri. "Mas, kamu kenapa?" Kening Sisca berkerut, menatap bingung melihat suaminya berkeringat di ruangan full AC. Tidak menjawab apa-apa, Barta melangkah perlahan semakin mendekati istrinya. Mata Dokter tampan itu melebar, melihat sosok cantik tanpa busana di depannya. Di bawah sana, ujung tombaknya sudah berdiri tegak, efek obat yang direkomendasikan Lucky. Obat kuat itu benar-benar bereaksi sesuai keinginan. Setelah sekian lama pusakanya mati suri, kini ia bangkit dan mengeras. "Mas, kamu kenapa?" tanya Sisca, yang belum mendapatkan jawaban dari sang suami. Barta menggeleng sambil tersenyum mesum. Ia berdiri di depan Sisca, memegang kedua lengan istrinya erat. "By," panggilnya dengan napas terengah-engah. "Iya, kenapa?" Sisca mendongak, menatap suaminya lekat. "Kamu sakit?" Ia menempelkan punggung tangan di kening sang suam

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Akhirnya~

    Ah! Suara jeritan Sisca terdengar memenuhi ruang kamar saat suaminya menekan bagian bawah tubuh ke dalam sana. Akhirnya setelah dua tahun pernikahan mereka, Barta memenuhi kebutuhan nafkah batin untuk istrinya. "Mas, ka-kamu bisa?" Sisca meringis, menahan sakit di bagian inti tubuh. Barta tersenyum. Bulir bening mengalir membasahi wajah. "Iya, By. A-akhirnya aku bisa melakukannya." Ia terisak menahan tangisan haru. Sisca tertawa bahagia. Ekspresi wajah suaminya sukses mengocok perut. "Mas, ini bukan mimpi 'kan? Ini nyata? Kamu bisa?" Barta mengangguk yakin. "Ini bukan mimpi By. Ini kenyataan. Akhirnya aku bisa merasakan ini. Ahhh!" Ia mempercepat gerakannya, membuat suara pekikan Sisca semakin kencang. "Mas, sakit," rintih Sisca. "Maaf, By. Aku tidak bisa menahannya. Maaf ya, tolong tahan sebentar. Aku keenakan, By." Barta mendesah pelan sambil mengigit bibirnya. Sisca mengangguk. "Iya, Mas. Lakukan saja. Aku udah ngga sabar mau punya anak dari kamu." Ia tersen

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Akhirnya Bangun Juga

    "Nanya apaan sih kamu, Mas." Sisca berdecak sebal. Malas menjawab pertanyaan suaminya.Padahal dia sudah sering mengatakan kalau dia merasa beruntung mendapatkan suami seorang Dokter, dan dia merasa bahagia. "Jawab, By," desak Barta dengan tatapan lebih dalam. Tangannya menggenggam jemari lentik Sisca erat-erat.Sisca menatap mata suaminya yang mulai berembun. Bulir-bulir bening terlihat menggenang di kedua pelupuk mata sang Dokter."Mau Magrib, Mas. Mending kita masuk ke rumah!" kata Sisca, mengalihkan pembicaraan suaminya. Barta menarik napas panjang. "Katakan By. Aku mau dengar jawaban jujur dari hatimu. Apa selama ini kamu bahagia menikah sama aku? Atau ngga? Beritahu alasannya!" Sisca membuang napas kasar. Menepis genggaman tangan sang suami. "Bukannya aku udah sering bilang sama kamu kalau aku bahagia hidup sama kamu, Mas! Aku beruntung bisa nikah sama kamu."Barta menundukkan kepala. "Aku tahu kamu berbohong, i

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Tolong Jawab Jujur

    Sisca mendadak canggung. Apalagi di ruang tamu rumah mertuanya, ada banyak pasang mata yang menatap. Sejak tadi ia hanya fokus berbicara dengan Alea, untuk menghindari kontak mata dengan Lucky yang terus menatap tanpa berkedip. Malah sekarang, Lucky memberi pertanyaan di depan kedua mertuanya. Tidak mungkin dia diam saja. Namun, ingin menjawab, ia takut Barta cemburu."Sisca memang suka anak-anak. Dia juga punya ponakan dan adik sepupu yang masih kecil. Iya 'kan Nak?" Inggrid mewakilkan Sisca dengan jawaban yang dia ketahui. Sisca mengangguk pelan. Ia menatap sang mertua sesaat lalu kembali fokus pada Alea. Lucky tersenyum simpul, puas mendengar jawaban itu meski bukan keluar dari mulut Sisca. "Pantas sejak bertemu dengan Alea, anak saya itu langsung suka dan dekat dengan Sisca. Biasanya anak kecil itu paling tahu mana orang yang baik dan tulus, sama yang hanya berpura-pura," ujar Lucky. Inggrid dan Wulan menganggu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Jauhi Istriku

    Setelah permintaan untuk bicara berdua, diiyakan oleh Lucky. Barta melangkah ke luar rumah mewah orang tuanya.Dokter Bedah itu menghentikan langkah kaki di halaman rumah. Berdiri dengan wajah dingin, menunggu kedatangan Lucky.Perlahan tapi pasti, Lucky mendekat lalu menghentikan langkahnya di depan Barta.Lucky tersenyum kecil, hambar, "Ada yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Dok? Tentang apa?"Kedua tangan Barta mengepal kuat-kuat di samping tubuhnya. Matanya menatap Lucky dengan sorot mata tajam.Pertanyaan dari lawan bicaranya, tak dijawab sama sekali. Namun, ekspresi wajahnya sudah menjelaskan emosi sang Dokter yang membuncah. Meski ditatap tajam seperti itu, tak membuat Lucky takut. Ia tetap menyunggingkan senyum sinis pada Barta. "Kalau tidak ada keperluan apapun. Lebih baik saya kembali berkumpul dengan orang tua kita," ucap Lucky, memutar tubuhnya.Dengan cepat, Barta memegang bahu Dokter duda itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status