JeremianHS_ Hi, Dear.. Paps love you.. Sehat-sehat terus di perut Momma..Unggahan Mian yang memposting hasil USG Princess di akun Instagram pribadinya mengundang beragam komentar. Ada banyak komentar positif yang datang, namun tak sedikit juga komentar negatif mampir membanjiri postingan tersebut. Kebanyakan dari mereka mempertanyakan mengapa janin itu bisa tumbuh secepat ini. Mereka mulai mengkait-kaitkan kehamilan tersebut dengan pernikahan dadakan keduanya. Mempertanyakan apakah janin itu ada sebelum keduanya menikah.Klasik! Orang-orang memang terlalu ingin ikut campur dengan urusan pribadi makhluk lain. Mian tidak peduli dengan komentar-komentar itu. Baginya setiap notifikasi yang muncul dari postingannya hanya sebuah kalimat tak bernyawa. Maka untuk itu, Mian tetap mengaktifkan kolom komentar. Membiarkan mereka mengetikan kata-kata sesuka hati. Mian mengeluarkan dirinya dari aplikasi Instagram. Ia mematikan ponsel sebelum meletakkan benda pipih itu ke atas meja. Mian melipat t
“Congrats Bro!! yang bentar lagi jadi Papa cerah banget mukanya..” Mian menyambut uluran tangan yang Dodit berikan. Ia membiarkan tubuhnya ditarik lalu ditabrakan pada milik sahabat saudara kembarnya itu. “Once again.. Selamat calon Papa. Gue ikut seneng dengernya..” Ucap Dodit sekali lagi– kali ini dengan menepuk punggung Mian.“Thank’s a lot, Dit..” Jika Mian hitung, ini merupakan ucapan ke tiga yang ia terima setelah dokter kandungan dan Kakek Princess Arsa. Orang tua serta saudara kandungnya saja belum mengucapkan selamat padanya. Mereka terlalu sibuk memikirkan kritikan-kritikan dan sesuatu yang belum tentu benar terjadi karena kehamilan istrinya. Menyedihkan.. Tapi tenang saja, Mian mengerti keadaan itu. Ia memahami betapa terkejutnya semua orang sampai tak menaruh rasa kecewa sedikitpun. Karena jika ditelaah kembali– kehamilan Princess memang buah dari pergaulan bebas dirinya dan Princess. Itu berarti memang kesalahannya. Tak pantas ia marah ketika semua orang berfokus pada
Mahasiswa teknik dibuat bertanya-tanya tentang iring-iringan mobil ambulans yang baru saja keluar dari area gedung mereka. Terhitung ada tiga kendaraan bersirine dengan tulisan Darmawan Hospital yang juga dikawal oleh beberapa mobil berwarna hitam. Tidak ada yang tahu pasti mengapa mobil-mobil itu keluar masuk. Sepanjang hari tak ada pemberitahuan mengenai adanya kecelakaan yang terjadi– yang ada justru pengumuman dimana proses belajar mengajar tiba-tiba dikosongkan atas perintah atasan. Hal ini tentu menjadi kesenangan untuk para mahasiswa, terutama mereka yang memiliki julukan kupu-kupu. Mereka tak lagi menghiraukan penyebab datangnya ambulans karena sibuk dengan urusan masing-masing setelah liburnya perkuliahan. Jarang-jarang Maesaty berbaik hati seperti ini.“Keluarganya Princess emang A satu!” Mereka sangat cepat tanggap. Disaat orang tua mereka belum sampai di titik lokasi yang dijadikan Mian arena pembantaian, orang-orang kepunyaan Darmawan sudah bergerak terlebih dahulu membe
Jessen memarkirkan motor matic-nya di halaman luas kediaman Marchello Darmawan. Hampir saja tadi ia tidak dikenali karena rupa tunggangannya yang merakyat. Penjaga keamanan di depan rumah papi mertuanya benar-benar mirip manusia laknat bernama Marchellino. Mereka pantas untuk dienyahkan karena arogansinya. “Cuman satpam aja belagu! Nggak tau apa gue lagi gonjang-ganjing per-bestie-an!” Jessen memukul kepala motornya. Hari ini semua orang sedang menguji kesabarannya sebagai Pangeran Husodo ke-dua. Mereka bermain-main seolah ia tidak bisa membinasakan mereka dengan kekuasaannya. Betapa menyebalkannya hal itu. Ia terlalu bermurah hati hanya karena ingin tampil apa adanya. Kakak Iparnya yang memiliki kekayaan pribadi tak seberapa itu bahkan terus membanding-bandingkannya dengan Mian. Tidak tahukah harta mereka sebanding. Hanya dalam sekali perintah, ia juga dapat membuat wajah jelek Marchellino semakin buruk rupa. “Pake ngambek segala lagi Codot!” Kakak Iparnya yang banyak tingkah itu
“Buy.. Kamu bau darah.” Princess melepaskan rangkulan tangannya dari pinggang Mian. Wanita itu menggeser duduknya, sedikit menjauh. “Kamu habis ngapain?!” todong Princess. “Kamu dari kampus kemana lagi sebelum ke rumah Opa Chello?!”Mian tak menjawab. Ia melepaskan pakaian atasnya begitu saja, menempelkan kain itu ke hidungnya. Mian lalu berdecak saat mengetahui kalau Princess ternyata tak berbohong mengenai bau darah. “Aku mandi dulu.. Turun makan malamnya, bareng aku.” Mian ingin mencium kening Princess, namun ia urungkan. Istrinya itu menjauh, itu berarti Princess tidak suka aroma yang tertinggal di badannya. “Tolong siapin baju aku ya, Buy. Ceritanya nanti setelah dinner, Sayang. Jadi jangan cemberut.” Ia meninggalkan senyuman agar Princess tidak marah. “Padahal aku pengen grepe-grepe! Nggak peka banget kamu Buy!” Dengus Princess. Matanya sedari Mian menanggalkan pakaian sudah jelalatan kemana-mana, tapi tetap saja Mian tak paham kode halusnya. Wanita berbadan dua itu bangkit s
“Inces mau pulang!!” Mian dan Vero terhenyak dengan kalimat yang Princess ucapkan. Seakan belum cukup hanya mengeluarkan ucapan tajam, anak dari sahabat Vero itu menatap suami serta Papi mertuanya dengan tatapan membunuh. “Abang kamu apain Princes sampai dia marah besar begini?!”Mian menunduk. Ia menatap jari-jari kaki yang keluar dari sandal selop miliknya. Bibirnya terkunci rapat. Menceritakan kronologi marahnya Princess sama juga dengan menyebarkan kegiatan mereka di kamar mandi tadi. Itu jelas bukan alasan yang dapat dibagi-bagi, terutama pada papinya. Intinya, Mian malu. “Cess.. Duduk dulu sini samping Papi.” “Nggak.. Mau! Incess juga ngambek ya sama Papi!” Kenapa bisa?! Apa salah dan dosanya?!– Vero jadi dibuat bertanya-tanya. Seharian ini mereka bahkan hanya bertemu di meja makan. Sebagai Papi Mertuanya yang baik, ia juga telah berbuat adil pada keduanya menantunya. Menghindari mereka berdua demi terhindarnya dari masalah. Kurang apa coba?! “Papi salah apa, Cess?! Janga
“Mbul.. Aku berangkat kuliah dulu ya..” Pamit Jessen. Pria muda itu mengulurkan punggung tangannya, “salim Mbul..” Marchellia menerimanya. Kata Maminya ia harus menurut pada semua perintah Jessen. “Bos gue sok iye banget..” Dodit disamping motornya menggeleng pelan. Takjub akan keromantisan Jessen sedangkan pemandangan berbeda terlihat di sudut yang lain. Vero, Stefany dan Jemima malah menahan mual karena mendapati anggota keluarga mereka bertingkah di luar kebiasaan. “Abang abis nonton drama Indosiar pasti ya, Pi?” tanya Jemima, bergidik. “Mbak Achell kok mau.. Kan dia sukanya drakor.”“Sumeng kali Abang kamu, Mim.” Ucap Vero. Stefany menceburkan diri dalam pembicaraan, “dia gegar otak apa ya, Pi? Semalem jatoh terus kepalanya kepentok punya Mami pas ngintipin kalian di ruang kerja.” “Ngintip?” “Iya,” kepala Stefany mengangguk. “Kita berdua shock, Pi. Princess kenapa bisa begitu ya? Tantenya aja keliatan polos banget padahal.” Jika dibandingkan dengan Marchellia, keberanian Prin
“Mami.. Achell seneng banget deh bisa pergi berdua sama Mami.” Stefany menghentikan jari-jarinya yang sedang mengetikan sumpah serapah kepada Vero. Wanita itu mengangkat kepalanya, menatap Marchellia dibalik roda kemudi. Gadis cantik itu ternyata tengah mengulas senyum padanya. Terlihat sangat tulus. Suaranya yang gembira dan terdengar seperti anak remaja di usia lebih seperempat abad tak mengurangi kemurnian dalam menyampaikan isi hatinya. “Mami juga,” Stefany membalas senyum sang menantu. Marchellia– Stefany tidak akan menyangkal jika istri dari putra keduanya itu sangat baik. Dia hanya terlalu manja seperti Vero kepada ayah mertuanya. Orang tua Marchellia pasti begitu menyayangi anak bontotnya. Jika Vero hanya dimanjakan oleh Daddy-nya, Marchellia mendapatkan keseluruhan. Itu yang Stefany ketahui dari Clara. Ia tidak begitu dekat dengan Marchellia ataupun keluarga menantu keduanya. Mereka adalah keluarga-keluarga yang tidak tersentuh meski anak-anak mereka mengenal sejak kecil.