Share

Chapter 3

      

     Melanie dan Riana sedang membicarakan sesuatu. Melanie yang baru saja datang dengan rona muka berapi-api.

     "Riana, sekarang tolong antar aku ke lokasi dmana dua orang itu berada! Betul-betul akan kurobek mulut Fernando dan juga mulut wanita yang kegatalan itu. Pasti akan ku remas-remas muka si Fernando bangs*t itu. Dia telah membohongiku rupanya. Ayo Riana! Antar aku kesana! Atau tunjukkan lokasi mereka ...!"

     Melanie bicara berapi-api dengan muka marahnya yang khas.

     "Sabar, sabar dulu Melanie. Kamu tidak bisa mengambil langkah ceroboh dan terlalu gegabah."

     Riana berusaha menenangkan Melanie. Namun, amarah sepertinya masih mendominasi dan menguasai Melanie.

     "Tidak Riana! Perbuatan mereka tidak bisa dibiarkan. Sudah sepantasnya mulut mereka dihancurkan-leburkan."

     "Melanie, sabar dulu. Mari kita duduk dulu dan minum. Kamu mau minum apa? biar saya yang buatkan. Kebetulan Bibi saya sedang keluar."

     "Tidak, Riana! Aku tidak mau minta minum, tapi aku minta diantar ke lokasi mereka berdua berada. Aku ingin membuat mereka babak belur. Mereka tidak tahu siapa aku."

     Riana menghela nafas panjang. perlahan tangannya memegang bahu Melanie. Lalu dengan perlahan ia membimbing sahabatnya itu untuk duduk.

     "Melanie sayang, kalau sekiranya kamu berhasil membuat mereka berdua babak belur, apa yang akan kamu dapatkan?" Tanya Riana pelan-pelan.

     "Kalau aku berhasil membuat mereka babak belur, itu akan membuat hatiku senang." Jawab Melani mengepalkan tangan.

     "Itu hanya kesenangan sesaat. Mereka tidak akan diam, Melanie. Mereka akan melaporkan kamu ke pihak yang berwajib, dan kamu akan masuk penjara. Kalau kamu masuk penjara, anakmu bagaimana? Ingat Melani, kamu tidak sendirian. Kamu masih punya anak yang membutuhkan kasih sayangmu. Kamu juga masih memiliki orang tua yang sayang sama kamu."

     Mendengar penuturan Riana, Melanie terdiam. Apa yang diucapkan Riana memang ada benarnya. Namun, sepertinya emosi dan amarah masih saja menguasai hati.

     "Tapi, aku tidak bisa membiarkan mereka berduaan begitu saja, Riana. Aku tidak rela Fernando menghianati aku seperti ini. Mereka pasti berpacaran. Kalau tidak, mengapa sih harus berduaan ke hotel?"

     Kembali Melanie berujar dengan emosi yang menggebu-gebu. Riana sangat memaklumi sifat sahabatnya tersebut.

     "Itulah pentingnya kita selidiki dulu. Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. Dan apa yang mereka lakukan? Setelah mengetahui duduk masalahnya, nanti baru kita bisa mengambil kesimpulan dan mencari jalan keluarnya."

     "Kau tahu Riana, aku tidak sesabar itu."

     "Ya, aku tahu, kamu bukan tipe wanita yang sesabar itu. Tapi berpikirlah lebih jauh kedepan, Melanie. Pikirkan anakmu! pikirkan masa depanmu! Seperti yang aku katakan tadi, apabila kau membuat mereka babak belur, lalu kau dimasukkan kedalam penjara, maka Fernando pasti akan semakin menjadi-jadi. Anakmu terbengkalai. Kamu mau terjadi hal seperti itu?"

     kedua kalinya perkataan Riana  membuat Melanie terdiam. Ia menggenggam jari-jemarinya, lalu sedikit mengetuk-ngetukkannya ke atas meja. 

     "Ya kamu benar, Riana. Aku memang terlalu ceroboh. Baik, sekarang apa sebaiknya yang harus aku lakukan."

     Riana tersenyum lega melihat sikap sahabatnya mulai bisa meredakan amarah.

     "Begini, gantilah pakaianmu. Jangan lupa masker dipakai, nanti kita akan menyelidiki mereka. Aku yakin mereka pasti masih berada di hotel yang sama."

     Setelah merasa cukup beristirahat dan bercengkrama. Mereka segera bersiap-siap. Mereka tidak melupakan alat penyadap suara dan juga kamera. 

     Merasa cukup siap, keduanya berjalan ke arah yang telah Riana tunjukkan. 

     Sasaran pertama mereka adalah restoran yang berada di depan hotel yang Riana maksud.

 Mereka mencari tahu, cukup lama keduanya menunggu. Penantian yang sempat membuat keduanya terlihat gerah dan hampir menyerah.

Untuk mengusir suasana kaku, Riana memesankan minuman dan makanan kesukaan Melanie. Seafood.

     Namun meskipun itu adalah makanan kesukaan Melani, terlihat Melani kurang menikmati makanan tersebut.

     "Mengapa kita belum juga mendapatkan tanda-tanda kehadiran Fernando dan perempuan itu, Riana?" Melanie bertanya-tanya.

     "Sabar dulu. Kemarin aku melihat mereka ada disini. Kita tunggu saja."

Namun, beberapa saat kemudian. Pandangan mereka terpaku pada sebuah mobil yang cukup Melanie kenali.

Melanie terkhenyak. Ternyata anggapan mereka benar. Ucapan Riana terbukti. Fernando berduaan bersama seorang wanita yang berparas cukup cantik. Bergandengan tangan baru saja keluar dari hotel tersebut.

     "Nah itu Fernando. Benar-benar dia, kan?"

     Riana terkesiap.

     "Ayo cepat kenakan maskermu! Jangan sampai mereka mengenali kita." Perintah Riana cepat.

     Secepat kilat Melanie menggunakan masker seperti yang Riana perintahkan.

     "Bagus mari kita ikuti mereka."

     Dengan menggunakan mobil Riana, mereka mengikuti arah gerak laju mobil merah metalik di depan yang menjadi target.

     "Kemana mereka kira-kira?" Melanie mulai kembali tak sabar.

     "Sabar dulu kita ikuti saja mereka dulu. Ingat, kalo kamu mau aku bantu, kamu tidak boleh emosi. Ikuti ajah dulu alurnya."" Riana memperingati.

    Setelah sekian lama menguntit, akhirnya mobil mereka berhenti di sebuah cafe.

    Riana lalu turut turun dan memarkirkan mobilnya juga. Perlahan kedua wanita tersebut mengikuti Fernando dan teman wanita di sampingnya. Sengaja Riana dan Melani mengambil tempat duduk di belakang dua orang tersebut.

     Tidak lupa Riana mengeluarkan sebuah alat penyadap suara lalu meletakkannya di kursi di mana dua orang incaran mereka berada.

    Terlihat Fernando mengenakan masker dengan rapi. 

     Lalu sedikit demi sedikit terdengarlah arah percakapan mereka.

     "Sayang, Bagaimanapun sore ini aku akan pulang." Terdengar suara Fernando.

     Aneh sekali Fernando berbicara tanpa melepaskan masker yang ia kenakan.

     "Tapi, Mas. Katanya mau beli cincin untuk pernikahan kita. Kok cepet amat pulangnya?" Terdengar protes dari perempuan yang ada di sampingnya.

Melanie mulai mengepalkan tangan. Melihat itu Riana menatap Melani lekat, sebagai peringatan untuk tidak terbakar emosi. Melani harus bersabar meski hatinya meronta.

     "Sayang, sabar dulu. Mas akan pulang sore ini, dan besok Mas akan kembali. Mas harus meluruskan keadaan di rumah. Lihat tadi kan foto dan nama Mas sudah terpampang di daftar orang hilang. Terus-terusan seperti ini malu dong mas ini dianggap orang hilang. Ujung-ujungnya  pergi kemana-mana harus pakai masker. Kalau tidak, mungkin mas udah dikerubungi sama banyak orang." Fernando menjawab.

     Perempuan di sampingnya diam dengan muka yang sengaja dibuat buat cemberut. 

     "Anggia sayang, calon istriku. Kita akan menikah dalam waktu yang tidak lama lagi. Mas janji, dalam waktu dekat,   Mas akan melamar langsung ke rumah orang tua kamu. Mas pulang hanya untuk mengajak seseorang yang melaporkan kalau Mas hilang itu, untuk mencabut laporannya. Setelah itu mas akan kembali ke sini. Mas janji."

     "Beneran?"

     "Iya beneran. Mas tidak akan bohong. Nanti Mas akan mengantarmu pulang terlebih dahulu. Pamit kepada kedua orang tuamu."

     "Baiklah kalau begitu." Jawab wanita yang bernama Anggia tersebut.

     Tiba-tiba saja Riana melihat Melanie bangkit dari tempat duduknya dengan mata yang memancarkan amarah. Kembali menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya, Riana segera menarik tangan Melani ke arah keluar.

    "Lepaskan aku, Riana!"

     "Tidak! ayo ikuti aku dulu! Bisa bahaya kalau terus-terusan begini."

     Akhirnya Riana berhenti di tempat yang terlindung dari para pengunjung.

     "Apa maksudmu?" Tanya Melani.

     "Tadi kamu mau marah-marah kan?"

     "Aku tidak bisa sabar dengan percakapan mereka."

   "Berulang kali kubilang, kamu harus sabar. Dia benar-benar menghianatimu, jadi kamu harus membalas mereka. Tapi bukan dengan cara mengumbar amarah. Balas perlakukan mereka dengan cantik, Mel! Buktikan kalau kamu bukan wanita yang bisa dipermainkan begitu saja."

Bersambung...

     

     

     

     

     

    

     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status