Share

Chapter 2

     Beberapa hari yang lalu, di kediaman Fernando, Melanie istrinya merasa khawatir luar biasa.

    Hari telah menunjukkan pukul 3 sore. Ini adalah hari kesepuluh, setelah kepergian   Fernando keluar kota. Sudah lima hari yang lalu Fernando tidak memberi kabar.

     beberapa bulan belakangan Fernando memang sering tugas kerja ke luar kota. Namun kali ini kepergiannya cukup lama. biasanya Fernando memang sering tidak mengaktifkan ponselnya ketika sedang bekerja. 

     Namun, kali ini kepergiannya melewati jauh dari hari yang ia sebutkan. biasanya Fernando hanya tugas ke luar kota selama 6 hari saja ketika bertugas Fernando jarang memberikan kabar.

     Dan ini sudah memasuki 8 hari. Keadaan ini membuat Melanie bingung.

     "Kenapa ya Fernando tidak pernah memberikan kabar? ada apa dengan dia? Dulu dia bilang paling lama enam hari ini sudah sepuluh hari. Ya Tuhan selamatkan dia."

     "Apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?"

     Melanie memandang Arka, bocah berumur  tujuh tahun yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar. Anak itu sedang terlelap tidur. 

     "Baik, sepertinya aku harus menelepon pihak perusahaan untuk memastikan apakah mungkin pekerjaan yang membawa suamiku tidak pulang."

     Melanie mengambil ponsel dan mencari nomor pihak perusahaan yang sengaja ia simpan di ponselnya.

     "Halo selamat sore..."

     "Sore Mbak, ada yang bisa saya bantu oh ya ini dari siapa ya?" Jawaban dari ujung sana.

     "Halo, ini saya Melani istri dari Pak Fernando. Manajer bagian keuangan di perusahaan PT Indocement  Anggara."

     "Oh iya apa yang bisa kami bantu, Nyonya Fernando?"

     "Maaf, saya mau tanya, Fernando berpergian untuk urusan pekerjaan selama sepuluh hari yang lalu, apakah prosedur pekerjaan yang membuat suami saya belum pulang sampai hari ini?"

     "Maaf prosedur pekerjaan dari perusahaan hanya 3 hari saja."

     "Lalu mengapa suami saya belum pulang sampai hari ini?"

     Pikiran Melanie mulai kemana-mana. Ada rasa ragu takut dan cemas. Ia menggenggam jari-jemarinya dan menggigit bibir. 

     "Maaf, selama beberapa hari ini PT Indocement Anggara telah meliburkan beberapa karyawan secara bergantian selama 2 minggu. Termasuk Pak Fernando. oh ya khusus untuk Pak Fernando ia telah menambah cuti selama 3 minggu. Karena katanya ada urusan mendadak,  dan ia telah mewakilkan kedudukannya pada orang lain."

     Duggh...

     "Libur? Lalu kemana Fernando pergi?"

     "Kapan libur itu dimulai Mbak?"

     "Tepatnya lima hari yang lalu. Bersamaan dengan itu pula Pak Fernando mengajukan cuti."

     "Oh ya, maaf kalau boleh tahu apakah Fernando memberi tahu mengapa ia mengambil cuti?"

     "Sudah dibilang sebelumnya, ia mengambil cuti karena beralasan ada masalah yang harus segera ia selesaikan dan itu sangat memerlukan dirinya."

     Melanie cemas luar biasa urusan apa yang suaminya maksud? Dan mengapa tidak menceritakan hal itu kepada istri sendiri.

     Melanie lalu sibuk menghubungi pihak keluarga suaminya, namun semua anggota keluarga mengaku tidak mengetahui keberadaan Fernando. 

     "Assalamualaikum, Bu. Apakah ada Fernando berkunjung ke rumah ibu?"

     "Tidak, Melanie. Mengapa memangnya?"

     "Fernando tidak pulang, Bu. Sudah beberapa hari nomornya tidak bisa dihubungi. Apa yang harus kita lakukan, Bu?"

     "Sabar dulu nanti akan Ibu cari tahu."

     Begitulah jawaban singkat dari mertua. Terdengar sangat enteng dengan ketidak pulangnya Fernando ke rumah.

       Ditambah dengan nomor handphone  yang tidak bisa dihubungi lagi, kecemasan  Melanie  semakin menjadi-jadi.

     Beberapa keluarga lain juga dihubungi dan di datangi ke rumahnya, namun tidak ada yang mengetahui keberadaan Fernando.

     Begitu juga dengan teman-temannya mengaku tidak mengetahui apapun soal Fernando. 

     Untuk memastikan, Melanie pergi langsung ke rumah ibu mertuanya. Namun jawaban dari wanita yang telah menua itu sangat tidak memuaskan.

     "Sudah Ibu bilang, dia tidak ada disini. Kenapa juga kamu bela-belain datang kemari. Nanti Ibu cari tahu sendiri soal di mana Fernando berada. Tidak usah bingung dan khawatir. Kamu diam aja di rumah."

     Begitulah Melanie selama beberapa hari mencari tahu keberadaan suaminya, namun tidak kunjung mendapatkan informasi yang pasti.

    Karena kecemasan yang luar biasa, Melanie dan orang tuanya segera mengajukan laporan ke kantor polisi, menyatakan kalau Fernando telah menghilang selama beberapa hari.

     Karena memang tidak mengetahui dan tidak menemukan jejak kemana Fernando pergi maka foto dan nama Fernando segera dimasukkan ke dalam pengumuman orang hilang. Termasuk di sana ciri-cirinya juga tertulis dengan jelas.

     Tidak lupa Melanie juga mengupdate status tentang menghilangnya Fernando yang secara misterius.

***

     Melanie sungguh berharap ada seseorang yang bisa mengetahui di mana keberadaan suaminya berada. beberapa hari ini juga butiknya tutup karena pikirannya terpaku pada Fernando yang tidak kunjung pulang.

    Drrrtt .. Drrtt... 

    Ponsel di atas meja berbunyi, dengan segera Melanie murai ponsel tersebut.

     "Riana? Mengapa dia tiba-tiba menelepon?" Gumam Melanie.

    "Halo Mel?"

    "Ya Riana, ini aku."

    "Mel, aku lihat status kamu mengatakan Fernando hilang?"

     "Iya, Riana. Aku benar-benar bingung sudah beberapa hari ini dia tidak pulang. Apa kamu pernah melihat keberadaannya? Aku benar-benar khawatir, Riana,"

     Melanie berharap Riana mengetahui titik terang akan keberadaan Fernando.

     "Melanie, apa kamu tidak tahu, barusan aku melihat Fernando bersama seorang wanita sedang memasuki kawasan hotel. Sstt... Kamu yang sabar dulu kita bicarakan ini baik-baik. Jangan terbawa emosi dulu."

     Melanie benar-benar seperti disambar petir. Dia terkejut luar biasa. Berita yang sangat sangat tidak ia harapkan.

     "Apa kamu tidak salah orang, Riana?"

     "Ya elah Melani, untuk apa saya membohongi kamu? Kamu itu teman saya sedari kecil? Kebetulan aku hari ini sedang berkunjung ke rumah bibiku. Tidak sengaja aku melihat suamimu bergandengan tangan dengan wanita yang bukan aku tidak tahu siapa. Yang pasti wanita itu cantik, Mel. Masih muda."

     Kembali Melanie seakan-akan tidak percaya.

     "Baik akan kukirimkan fotonya padamu, tadi aku sempat memotret mereka beberapa kali."

     Tidak lama kemudian sampailah potret-potret Fernando bersama seorang wanita yang tidak diketahui oleh Melanie. Sungguh itu adalah sesuatu yang tidak pernah Melanie bayangkan sebelumnya.

     "Siapa wanita itu, Riana?" Hati Melani mulai panas.

     "Nah inilah yang harus kita cari tahu," jawab Riana.

     "Begini Riana, aku boleh minta bantuanmu kan?" Tanya Melanie.

     "Boleh sekali. Tentu saja dengan senang hati aku akan membantumu."

     "Dimana kamu sekarang?"

     "Aku sedang berada di Bandung. Di mana sekarang Fernando dan gadis itu berada?"

     Melanie menggenggam jari-jemarinya geram. Jauh-jauh Fernando pergi rupanya ke Bandung menemui selingkuhan. Ya siapa lagi wanita itu kalau bukan selingkuhannya.

     "Aku akan pergi ke sana hari ini juga. Aku tidak bisa terlalu bersabar untuk menunggu Fernando pulang. Tolong kirimkan alamatnya." Geram Melanie.

     "Sabar Melanie, aku akan kirimkan alamatku padamu dan nanti kamu datang kesini baru kita selidiki mereka."

     "Oke..."

Bersambung...

     

     

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status