Share

Chapter 2

last update Last Updated: 2022-09-26 14:38:09

     Beberapa hari yang lalu, di kediaman Fernando, Melanie istrinya merasa khawatir luar biasa.

    Hari telah menunjukkan pukul 3 sore. Ini adalah hari kesepuluh, setelah kepergian   Fernando keluar kota. Sudah lima hari yang lalu Fernando tidak memberi kabar.

     beberapa bulan belakangan Fernando memang sering tugas kerja ke luar kota. Namun kali ini kepergiannya cukup lama. biasanya Fernando memang sering tidak mengaktifkan ponselnya ketika sedang bekerja. 

     Namun, kali ini kepergiannya melewati jauh dari hari yang ia sebutkan. biasanya Fernando hanya tugas ke luar kota selama 6 hari saja ketika bertugas Fernando jarang memberikan kabar.

     Dan ini sudah memasuki 8 hari. Keadaan ini membuat Melanie bingung.

     "Kenapa ya Fernando tidak pernah memberikan kabar? ada apa dengan dia? Dulu dia bilang paling lama enam hari ini sudah sepuluh hari. Ya Tuhan selamatkan dia."

     "Apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?"

     Melanie memandang Arka, bocah berumur  tujuh tahun yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar. Anak itu sedang terlelap tidur. 

     "Baik, sepertinya aku harus menelepon pihak perusahaan untuk memastikan apakah mungkin pekerjaan yang membawa suamiku tidak pulang."

     Melanie mengambil ponsel dan mencari nomor pihak perusahaan yang sengaja ia simpan di ponselnya.

     "Halo selamat sore..."

     "Sore Mbak, ada yang bisa saya bantu oh ya ini dari siapa ya?" Jawaban dari ujung sana.

     "Halo, ini saya Melani istri dari Pak Fernando. Manajer bagian keuangan di perusahaan PT Indocement  Anggara."

     "Oh iya apa yang bisa kami bantu, Nyonya Fernando?"

     "Maaf, saya mau tanya, Fernando berpergian untuk urusan pekerjaan selama sepuluh hari yang lalu, apakah prosedur pekerjaan yang membuat suami saya belum pulang sampai hari ini?"

     "Maaf prosedur pekerjaan dari perusahaan hanya 3 hari saja."

     "Lalu mengapa suami saya belum pulang sampai hari ini?"

     Pikiran Melanie mulai kemana-mana. Ada rasa ragu takut dan cemas. Ia menggenggam jari-jemarinya dan menggigit bibir. 

     "Maaf, selama beberapa hari ini PT Indocement Anggara telah meliburkan beberapa karyawan secara bergantian selama 2 minggu. Termasuk Pak Fernando. oh ya khusus untuk Pak Fernando ia telah menambah cuti selama 3 minggu. Karena katanya ada urusan mendadak,  dan ia telah mewakilkan kedudukannya pada orang lain."

     Duggh...

     "Libur? Lalu kemana Fernando pergi?"

     "Kapan libur itu dimulai Mbak?"

     "Tepatnya lima hari yang lalu. Bersamaan dengan itu pula Pak Fernando mengajukan cuti."

     "Oh ya, maaf kalau boleh tahu apakah Fernando memberi tahu mengapa ia mengambil cuti?"

     "Sudah dibilang sebelumnya, ia mengambil cuti karena beralasan ada masalah yang harus segera ia selesaikan dan itu sangat memerlukan dirinya."

     Melanie cemas luar biasa urusan apa yang suaminya maksud? Dan mengapa tidak menceritakan hal itu kepada istri sendiri.

     Melanie lalu sibuk menghubungi pihak keluarga suaminya, namun semua anggota keluarga mengaku tidak mengetahui keberadaan Fernando. 

     "Assalamualaikum, Bu. Apakah ada Fernando berkunjung ke rumah ibu?"

     "Tidak, Melanie. Mengapa memangnya?"

     "Fernando tidak pulang, Bu. Sudah beberapa hari nomornya tidak bisa dihubungi. Apa yang harus kita lakukan, Bu?"

     "Sabar dulu nanti akan Ibu cari tahu."

     Begitulah jawaban singkat dari mertua. Terdengar sangat enteng dengan ketidak pulangnya Fernando ke rumah.

       Ditambah dengan nomor handphone  yang tidak bisa dihubungi lagi, kecemasan  Melanie  semakin menjadi-jadi.

     Beberapa keluarga lain juga dihubungi dan di datangi ke rumahnya, namun tidak ada yang mengetahui keberadaan Fernando.

     Begitu juga dengan teman-temannya mengaku tidak mengetahui apapun soal Fernando. 

     Untuk memastikan, Melanie pergi langsung ke rumah ibu mertuanya. Namun jawaban dari wanita yang telah menua itu sangat tidak memuaskan.

     "Sudah Ibu bilang, dia tidak ada disini. Kenapa juga kamu bela-belain datang kemari. Nanti Ibu cari tahu sendiri soal di mana Fernando berada. Tidak usah bingung dan khawatir. Kamu diam aja di rumah."

     Begitulah Melanie selama beberapa hari mencari tahu keberadaan suaminya, namun tidak kunjung mendapatkan informasi yang pasti.

    Karena kecemasan yang luar biasa, Melanie dan orang tuanya segera mengajukan laporan ke kantor polisi, menyatakan kalau Fernando telah menghilang selama beberapa hari.

     Karena memang tidak mengetahui dan tidak menemukan jejak kemana Fernando pergi maka foto dan nama Fernando segera dimasukkan ke dalam pengumuman orang hilang. Termasuk di sana ciri-cirinya juga tertulis dengan jelas.

     Tidak lupa Melanie juga mengupdate status tentang menghilangnya Fernando yang secara misterius.

***

     Melanie sungguh berharap ada seseorang yang bisa mengetahui di mana keberadaan suaminya berada. beberapa hari ini juga butiknya tutup karena pikirannya terpaku pada Fernando yang tidak kunjung pulang.

    Drrrtt .. Drrtt... 

    Ponsel di atas meja berbunyi, dengan segera Melanie murai ponsel tersebut.

     "Riana? Mengapa dia tiba-tiba menelepon?" Gumam Melanie.

    "Halo Mel?"

    "Ya Riana, ini aku."

    "Mel, aku lihat status kamu mengatakan Fernando hilang?"

     "Iya, Riana. Aku benar-benar bingung sudah beberapa hari ini dia tidak pulang. Apa kamu pernah melihat keberadaannya? Aku benar-benar khawatir, Riana,"

     Melanie berharap Riana mengetahui titik terang akan keberadaan Fernando.

     "Melanie, apa kamu tidak tahu, barusan aku melihat Fernando bersama seorang wanita sedang memasuki kawasan hotel. Sstt... Kamu yang sabar dulu kita bicarakan ini baik-baik. Jangan terbawa emosi dulu."

     Melanie benar-benar seperti disambar petir. Dia terkejut luar biasa. Berita yang sangat sangat tidak ia harapkan.

     "Apa kamu tidak salah orang, Riana?"

     "Ya elah Melani, untuk apa saya membohongi kamu? Kamu itu teman saya sedari kecil? Kebetulan aku hari ini sedang berkunjung ke rumah bibiku. Tidak sengaja aku melihat suamimu bergandengan tangan dengan wanita yang bukan aku tidak tahu siapa. Yang pasti wanita itu cantik, Mel. Masih muda."

     Kembali Melanie seakan-akan tidak percaya.

     "Baik akan kukirimkan fotonya padamu, tadi aku sempat memotret mereka beberapa kali."

     Tidak lama kemudian sampailah potret-potret Fernando bersama seorang wanita yang tidak diketahui oleh Melanie. Sungguh itu adalah sesuatu yang tidak pernah Melanie bayangkan sebelumnya.

     "Siapa wanita itu, Riana?" Hati Melani mulai panas.

     "Nah inilah yang harus kita cari tahu," jawab Riana.

     "Begini Riana, aku boleh minta bantuanmu kan?" Tanya Melanie.

     "Boleh sekali. Tentu saja dengan senang hati aku akan membantumu."

     "Dimana kamu sekarang?"

     "Aku sedang berada di Bandung. Di mana sekarang Fernando dan gadis itu berada?"

     Melanie menggenggam jari-jemarinya geram. Jauh-jauh Fernando pergi rupanya ke Bandung menemui selingkuhan. Ya siapa lagi wanita itu kalau bukan selingkuhannya.

     "Aku akan pergi ke sana hari ini juga. Aku tidak bisa terlalu bersabar untuk menunggu Fernando pulang. Tolong kirimkan alamatnya." Geram Melanie.

     "Sabar Melanie, aku akan kirimkan alamatku padamu dan nanti kamu datang kesini baru kita selidiki mereka."

     "Oke..."

Bersambung...

     

     

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 26

    Chapter 26 "Bu, aku berangkat dulu," Pamit Fernando. "Ya, semoga lekas mendapatkan pekerjaan yang layak, Nak!" Bu Risa berucap dengan hati mengharap. "Amin, doain ajah, Bu. Aku sudah bosan mencari pekerjaan via online. Tidak pernah diterima. Mending kucari secara langsung saja" Fernando segera meraih tas hitam berisi beberapa berkas penting sebagai persyaratan untuk melamar kerja. Mobil Fernando melaju meninggalkan rumah. "Tidak kusangka hidupku akan berubah dalam waktu yang lebih cepat. Fernando, tenangkan hatimu. Kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dasar itu si Pak Surya, kesombongannya keterlaluan," Sepanjang perjalanan Fernando menggerutu. Setelah beberapa saat, Fernando mengarahkan mobilnya ke dalam suatu area perkantoran perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan. "Maaf Pak, ada maksud apa kemari ya?" Tanya satpam yang berjaga. "Kelihatannya Bapak bukan pegawai di sini?" Lanjut satp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 25

    Chapter 25 "Bagaimana Fernando? Apakah kau masih diterima di perusahaan itu?" Tanya Bu Risa. "Fernando akan cari pekerjaan di tempat lain aja Bu." Jawab Fernando. "Lhoo...? kok gitu?" Bu Risa mengernyitkan dahi. "Ya gitu aja Bu. Udah ah Fernando capek," Fernando melangkah ke tempat peristirahatan. tanpa mengganti pakaian kerja atau mandi terlebih dahulu, Fernando menghempaskan tubuhnya ke sofa. Terpuruk dalam pandangan yang menatap jauh ke luar jendela, dengan lamunan yang melanglang buana. Ditengah lamunannya. Bayangan Melanie kembali datang menyelip ke sela-sela hatinya. "Mengapa Melanie terlihat begitu cantik? Mengapa dulu tatkala ia masih bersamaku ia terlihat begitu lusuh? Setan apa yang menguasaiku sehingga kembali mengingat sosok Melanie?"*** Dari toilet, Melanie berjalan linglung. Kedua tangannya berpegangan pada dinding. Pemandangan itu membuat suaminya khawatir. "Kenapa, Ma?" Lelaki yang telah berpakaian rapi dengan paka

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 24

    Chapter 24 Fernando berlalu dari tempat pusat perbelanjaan itu dengan muka bersemu merah. Tapi ia masih merasa patut untuk bersyukur, untung tidak dijerat tuntutan hukum atas tindakan sembrononya tadi. Cuma sebatas diberi peringatan saja. "Rupanya Melanie sudah menikah? Ah lelaki yang tadi itu? Mengapa justru dia lebih tampan? Atau mereka hanya berpura-purasaja? Hanya ingin membuat hatiku panas?" tebak Fernando. Sebenarnya Fernando menuai rasa malu yang begitu besar akibat pertemuan dengan Melanie dan suami barunya yang sama sekali tidak terduga-duga. Ada rasa rendah diri, ada rasa kalah, ada juga rasa minder pada kenyataan itu. Namun, untuk mengakuinya secara langsung, rasa gengsilah yang menyiksa. Masih terbayang dengan amat jelas sosok lelaki yang merupakan suami Melanie tadi. Postur tubuh yang bahkan lebih dari cukup untuk bisa dikatakan tampan dan gagah. Ditambah lagi dengan penampilan yang bisa dipastikan jika laki-laki itu cukup mapan. Semu

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 23

    Chapter 23 "Ini pasti ada sesuatu yang tidak beres," "Apa ada seseorang yang menyebar fitnah? Tapi siapa?" Fernando tidak habis pikir. "Ah sepertinya aku harus datang langsung ke kantor untuk mengecek video apa yang dimaksud mereka?" Fernando memasukkan ponsel ke dalam tas yang biasa menemaninya ke mana-mana. "Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Bu Risa. "Mau ke kantor." Jawab Fernando pendek. "Apa kamu sudah diterima bekerja kembali di sana?" "Entahlah." "Lhaa, kalau kamu masih belum tahu kenapa pergi ke kantor jam segini?" Fernando mulai geram dengan banyaknya rentetan pertanyaan dari mulut sang ibu. "Datang ke sana untuk bertanya Bu, kalau aku cuma diam dirumah saja mana tahu aku. Ah ibu terlalu cerewet. Bosan aku mendengarnya." Fernando menggerutu. Bu Risa geleng-geleng kepala melihat aksi Fernando. Mobil yang dikendarai oleh Fernando meluncur menuju ke perusahaan dimana selama ini ia bekerja. Di tengah perjalanan, Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 22

    "Aku ingin melihat dengan jelas jikalau rumah ini memang telah berubah kepemilikan menjadi milik Bapak," ucap Fernando. "Ya oke, tidak masalah. Tunggu di sini sebentar." Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Sepeninggal laki-laki itu terlihat Topan dan istrinya memandang tak suka kepada Fernando. "Kamu bagaimana, Fer? mau menipu atau ingin mempermainkan kami? Kok tiba-tiba masalahnya jadi ribet kayak gini?" Topan kesal. "Iya Mas. Kita udah lama nunggu. Udah capek-capek juga datang ke sini eh tahu-tahunya rumah yang jadi tujuan nggak jelas," timpal Mona. "Maaf, ini pasti cuma salah paham. Tidak mungkin Melanie berani menjual rumah ini tanpa sepengetahuanku." Ujar Fernando menenangkan. Tidak lama kemudian lelaki tadi kembali datang dengan menenteng map di tangannya. "Ini Pak, Bapak boleh lihat sertifikat asli rumah ini." Lelaki tersebut membuka map dan menyodorkan sebuah sertifikat yang jelas-jelas saja membuat Fernando terkejut. "Ya amp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 21

    Fernando sejenak mengabaikan pertanyaan Topan. Perhatiannya hanya terpaut pada lelaki asing yang kini ada di rumah itu. "Anda siapa, Pak?" Tanya Fernando. "Maaf sebelumnya, sepatutnya aku yang bertanya Anda yang siapa?" "Aku pemilik rumah ini? Lalu bapak ini?" Fernando menaikkan dagu. "Aku pindah sejak beberapa bulan yang lalu. Dan tentu saja aku pemilik baru di sini," Jawab laki-laki tersebut. "Apa iya? Tidak usah bicara ngawur! Sama siapa Bapak mendapatkan hak milik. Toh pemilik sah rumah ini adalah aku," timpal Fernando, "Hahaa... Sepertinya obrolan kamu agak kurang nyambung. Kok bisa mengaku-ngaku jadi pemilik rumah ini?" Lelaki asing tersebut nampak terkekeh lucu. Fernando mendadak merasa di rendahkan dengan ucapan lelaki yang sama sekali belum ia kenal tersebut. "Ngomong apa Anda ini? Atau bapak yang mengalami gangguan jiwa?" Balas Fernando. Mukanya mulai merah padam. Rupanya sifat mudah marah masih begitu melekat pada sosok Fer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status