Share

5. Kedatangan Mertua.

Author: Mimi Galuh
last update Last Updated: 2023-02-12 19:33:06

 Waktu berlalu, dan keuangan Adit dan Rani pun mulai menipis. Hal itu karena uang yang ada tidak mereka putar. Adit terlalu gengsi untuk berjualan sate seperti usul Rani.

Adit sibuk mencari pekerjaan ke sana kemari yang sesuai dengan ijazah S1 yang ia miliki. Sehingga hanya dalam waktu 6 bulan uang mereka pun menipis, sementara Adit belum juga mendapatkan pekerjaan. 

“Bagaimana ini, Mas? Usia kehamilanku sudah delapan bulan, tapi kamu belum juga mendapatkan pekerjaan. Uang yang kita miliki sudah sangat menipis. Bagaimana aku melahirkan nanti?” tanya Rani pada suatu malam. 

“Lalu aku harus bagaimana? Aku sudah berusaha untuk mencari pekerjaan ke sana kemari tapi memang belum dapat,” kata Adit. 

 Rani menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

“Coba seandainya kita dulu gunakan uangnya untuk usaha, Mas,” kata Rani. 

Adit memicingkan matanya, ia menatap Rani dengan tajam. 

“Maksudmu aku jualan sate seperti yang kamu katakan? Kamu sadar jika aku ini sarjana? Jika aku memiliki toko itu masih lebih baik. Tapi, jual sate, mendorong gerobak ... aku malu, Ran!” seru Adit. 

Rani tersentak kaget, selama ini Adit belum pernah membentaknya. Tapi, kali ini ....

“K-kamu ....” 

Sadar jika ia sudah membentak Rani, Adit pun menyadari kesalahannya. Ia langsung memeluk Rani dengan erat. 

“Maafkan aku. Aku tidak sengaja membentakmu. Aku juga tidak mau begini. Sabarlah, aku yakin jika nanti aku akan mendapatkan pekerjaan yang baik,” kata Adit. 

TOK! TOK! TOK!

Keduanya saling berpandangan, selama ini mereka belum pernah mendapatkan tamu selain pak RT dan pemilik kontrakan jika kebetulan mereka sedang berada di dekat sana.

“Biar aku yang buka,” kata Adit. 

 Lelaki itu pun segera keluar kamar untuk membuka pintu. Betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang ada di balik pintu. 

“Ayah, Ibu?” 

“Kamu sehat, Nak? Mana istrimu?” tanya Bu Ana dengan hangat lalu memeluk sang anak. 

Adit tidak bisa menahan rasa haru, ia langsung bersujud memeluk kaki sang Ibu. 

“Maafkan Adit, Bu. Selama ini Adit banyak salah,” kata Adit. 

Karena merasa Adit terlalu lama, Rani pun bangkit dan ia melangkah keluar kamar. 

Ia terkejut saat melihat Adit sedang bersujud di kaki Ibunya sementara Pak Tomi berdiri di dekat anak dan Ibu itu. 

Rani pun bergegas mendekat. Ia mengulurkan tangan kepada Pak Tomi. Tetapi, lelaki separuh baya itu menepiskan tangan Rani. 

Rani hanya bisa menghela napas, kemudian ia beralih kepada bu Ana. Untung saja wanita itu menyambut uluran tangannya. Dan wanita itu pun sekilas mengelus perut Rani yang sudah membuncit. 

“Cucu Ibu sehat? Sudah berapa bulan sekarang?” tanya bu Ana. 

“Sudah masuk delapan bulan, Bu,” jawab Adit. 

“Silakan duduk, Bu. Maaf ruang tamu kami tidak ada sofa, hanya ada kursi ini seadanya,” kata Rani. 

Ya, ruang tamu mereka memang kecil, tidak ada sofa, hanya ada meja dan kursi plastik. 

Bu Ana dan Pak Tomi pun duduk, tampak jelas jika Pak Tomi tidak nyaman berada di sana. 

“Bagaimana kalian? Kamu bekerja di mana?” tanya Bu Ana. 

“Belum mendapat pekerjaan, Bu. Saya sudah berusaha mencari pekerjaan ke sana kemari. Tetapi belum dapat,” kata Adit. 

“Lalu, kalian makan dari mana?” tanya Bu Ana. 

“I-itu ....” 

“Ah, ya Ibu mengerti. Sudahlah. Jadi, Ibu dan Ayah ke sini untuk meminta kalian tinggal di rumah. Walau bagaimana pun kamu adalah anak kami. Ayahmu merasa tidak tega melihatmu belum bekerja. Kamu bisa kembali mengelola salah satu toko grosir milik Ayahmu,” kata Bu Ana. 

“Ibu serius?” tanya Adit dengan mata bersinar bahagia. 

“Ya, tentu saja. Kalau tidak untuk apa kami ke sini. Kalau kalian mau, segera kemasi pakaian kalian malam ini juga. Kita pulang sekarang,” kata Pak Tomi dengan nada ketus. 

Rani dan Adit saling berpandangan. 

“Malam ini juga? Tapi barang-barang ini?”

“Kalian tidak akan memerlukannya jika tinggal di rumah. Kalian tinggalkan saja dulu. Nanti kan kamu bisa nego kepada pemilik kontrakan,” kata Bu Ana. 

Adit tersenyum lalu mencium tangan sang Ibu. 

“Kami bersiap sebentar,” kata Adit.

Adit langsung menarik tangan Rani. Lalu, ia pun segera membantu sang istri untuk membereskan pakaian mereka. Karena pakaian mereka hanya sedikit, tidak membutuhkan waktu lama juga untuk memasukkannya ke dalam koper. 

Setelah semua siap, mereka pun keluar.

“Sudah siap? Kita berangkat sekarang, kamu bawa mobil,” kata Pak Tomi sambil memberikan kunci mobil kepada Adit. 

Dengan rasa bahagia Adit pun segera menggandeng sang istri dan mereka pun segera meluncur menuju rumah orang tua Adit. 

 “Kalian beristirahatlah dulu, nanti kita akan makan malam bersama,” kata Bu Ana. 

Adit pun menggandeng tangan Rani menuju ke kamarnya. Kamar itu masih sama seperti ketika ia tinggalkan. Tidak ada debu sama sekali pertanda sang Ibu masih menyuruh asisten rumah tangga untuk membersihkan kamar itu. 

“Ini kamarmu, Mas?” tanya Rani. 

“Iya, Sayang. Kamu suka? Aku bersyukur sekali Ibu dan Ayah ternyata masih menyayangi aku. Buktinya mereka masih mau meminta kita untuk pulang ke sini,” kata Adit.

Rani tidak banyak bicara, entah mengapa ia merasa ada sesuatu dibalik kebaikan mertuanya ini. 

Rani pun membaringkan tubuhnya ke atas ranjang. Sungguh nyaman rasanya dibandingkan tidur di atas kasur yang ada di rumah kontrakan mereka. 

Tepat pukul tujuh malam, Bik Nurmi- asisten rumah tangga di rumah itu mengetuk pintu untuk meminta Adit dan Rani turun dan makan malam bersama. 

Rani mengenakan pakaian terbaiknya supaya kedua mertuanya tidak trlalu menghinanya. Dan ia pun turun bersama Adit. 

Saat mereka tiba di ruang makan, ternyata sudah ada kedua mertua Rani bersama seorang gadis cantik. 

Dan saat melihat kehadiran mereka, tanpa melihat ke arah Rani, gadis cantik itu menghambur ke dalam pelukan Adit dan mencium pipi Adit dengan mesra. 

“Adiit! Astaga, aku kangen sekali padamu. Kamu sekarang kenapa kurus dan jadi sedikit hitam begini?” tanya gadis itu. 

Selama beberapa saat Adit menatap gadis itu, lalu ia pun tersenyum. 

“Ghea! Kapan kamu pulang ke Indonesia?” 

“Aku pulang ke Indonesia seminggu yang lalu. Dan aku senang sekali Ayahmu mengundangku makan malam di sini bersama kalian,” kata gadis cantik yang dipanggil Ghea itu. 

Rani benar-benar merasa sangat cemburu sekaligus minder, penampilan Ghea sangat timpang dibandingkan dengannya. Dengan make up tipis dan dress selutut yang simple gadis itu tampak sangat elegan cantik. Sementara dirinya? 

“Oh, ya ini Rani istriku, Ghea,” kata Adit seolah baru tersadar jika ada Rani di sampingnya.

“Ah, iya. Ayahmu mengatakan jika kamu sudah menikah. Hallo, Rani ... perkenalkan saya Ghea. Mantan kekasih Adit.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    68. Hati Kecil Adit.

    Rani yang sedang sibuk membuat kue bersama Mbok Suti sontak mengalihkan perhatiannya ketika mendengar ponselnya berdering. Terpaksa dia harus meninggalkan pekerjaannya lebih dulu untuk melihat notifikasi apa yang masuk ke ponselnya.Tak lama kemudian, bibir Rani menerbitkan sebuah senyuman setelah membaca beberapa pesan dari pelanggan barunya. Hari ini adalah hari pertama Rani membuka toko online-nya, dan sudah ada 3 orang pelanggan yang memesan kuenya. Sebisa mungkin Rani akan menyelesaikan kuenya hari ini juga, dan mengantarkannya tepat di hari pelanggan itu memesan pesanan kuenya.Rani menaruh ponselnya ke tempat semula, lantas melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Mbok Suti yang sedang mengaduk adonan baru ikut tersenyum ketika melihat raut wajah bahagia Rani yang sudah lama tidak dia lihat. Ternyata, Rani tidak selemah yang dia pikirkan. "Mbok, yang ini kue ulang tahun, ya?" tanya Rani memastikan."Iya, Non. Itu belum dikasih note, soalnya takut acak-acakkan kalau Mbok yang

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    67. Memulai Usaha.

    Rani dengan wajah seriusnya duduk di depan laptop untuk mengedit bagian-bagian penting yang akan dia perlukan untuk kebutuhan toko online-nya. Usulan Mbok Suti tadi pagi berhasil membuka pikiran Rani mengenai bisnis kue yang akan dia jalankan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Bakat masak yang Rani dan Mbok Suti miliki bisa menjadi ladang penghasilan untuk mereka selama beberapa bulan ke depan. Walaupun masih ada cukup uang yang ada dalam tabungan Rani, tapi dia tidak bisa langsung menggantungkan hidupnya dari sana. Rani harus punya pekerjaan sampingan agar hidupnya tidak terlalu memprihatinkan.Meski pun Bu Ana berjanji selalu mendukung keputusannya dan juga akan memberikan biaya untuknya dan Tasya tetapi, Rani tidak mau terlalu bergantung pada Ibu mertuanya itu.Lain dengan Rani, saat ini Mbok Suti tengah belanja ke swalayan untuk membeli bahan-bahan kue yang akan dia dan Rani buat nanti malam. Rani akan membutuhkan beberapa kue untuk dia foto dan akan dia pasang di banner iklan

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    66. Memilih untuk Pergi bagian 2.

    Helaan napas tak berhenti keluar dari mulut Adit yang sedari tadi tengah mondar-mandir di depan kamarnya. Pintu kamar yang dibiarkan terbuka membuat Ghea bisa melihat tingkah suaminya dari dalam. Bukannya mencoba menenangkan, Ghea justru malah sibuk bersantai ria di atas kasur dengan secangkir coklat panas di atas nakas.Adit berdecak kasar, mengacak rambutnya frustrasi karena dia masih merasa dengan kepergian Rani. Rani pergi tanpa sepengetahuannya. Bahkan Mbok Suti pun dikabarkan ikut dengan Rani dan Tasya entah ke mana.Ghea memutar bola matanya malas, lantas beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Adit yang sedang dilema. Meskipun Ghea tak suka melihat Adit yang masih terlihat mengkhawatirkan Rani, tapi dia tidak peduli.Setidaknya Adit dan Rani sudah berpisah meski belum resmi, dan kini hanya dialah satu-satunya istri yang Adit miliki."Mas, kamu nggak bosan dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Ghea, lalu memeluk Adit dari belakang agar suaminya itu menghentikan kegiatan ta

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    65. Memilih Untuk Pergi.

    “Silakan saja kalau Ayah tidak percaya jika Tasya cucu Ayah. Saya merasa sangat kecewa sekali. Saya tau jika hubungan saya dan mas Adit juga tidak mendapatkan restu ayah tadinya. Saya juga tahu jika kami sudah melakukan kesalahan. Tetapi, saya tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain,” kata Rani. Selama ini wanita itu sudah cukup diam. Kali ini ia tidak akan diam saja mendengar hinaan dari Ayah mertuanya itu. Bu Ana sendiri merasa sangat kaget karena baru kali ini mendengar Rani bersuara seperti ini. Selama ini wanita itu lebih banyak diam dan mengalah. “Ibu percaya kepada kamu, Rani. Baiklah, kita akan menunggu dua bulan lagi. Jika memang anak dalam kandungan Ghea itu anak Adit, kita akan mencari jalan keluar. Ibu tidak mau Adit dan Rani berpisah. Tetapi, jika terbukti anak itu bukan anak Adit maka Ibu tidak akan membiarkan penipuan ini berlangsung lama,” kata Bu Ana dengan tegas.**Terik matahari membuat peluh keringat di dahi Rani semakin bertambah banyak. Kulit putih dan mu

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    64. Kenyataannya.

    Adit tersentak mendengar perkataan Rani.“Cerai? Tidak! Aku tidak mau. Kamu harus mendengarkan dulu penjelasanku. Aku dan Ghea itu ....” Adit pun menceritakan semua yang terjadi di malam itu. Tanpa ada yang ia kurangi sama sekali.“Demi Allah ... Aku nggak pernah sadar kalo aku meniduri Ghea.”“Awalnya ga sadar, tapi setelah itu kamu pasti sering melakukannya, bukan? Jawab dengan jujur!”Adit terdiam, apa yang dikatakan oleh Rani benar. Awalnya mungkin ia tidak sadar, tetapi bukankah setelah itu dia dan Ghea juga menikmati hubungan mereka?“Kamu ngga bisa jawab, kan? Itu karena memang kamu sudah bermain api, Mas!”“Aku ....” “Ceraikan aku!”BRAK!"Tidak, Ibu tidak mau kalian bercerai! Aduh!" Rani dan Adit tersentak. Keduanya menoleh, ternyata Bu Ana tanpa sengaja mendengarkan semua percakapan mereka. Dengan cepat, Adit menghampiri Ibunya yang sedang memegangi dadanya. Dengan cepat Adit segera memanggil perawat, sehingga Bu Ana dengan cepat ditangani oleh dokter. Untung serangan ja

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    63. Keguguran.

    “A-apa maksudnya ini. Mas, kenapa Ghea ....” Rani benar-benar tidak mengerti dengan kehadiran Ghea. Terakhir kali bertemu di Lombok beberapa bulan lalu, perut Ghea masih rata. Tapi sekarang ....“Tanyakan saja kepada suami kita. Dia yang sudah menghamili aku dan kami sudah menikah siri tujuh bulan yang lalu. Sekarang aku sedang hamil tujuh bulan,” kata Ghea dengan lantang. Bu Ana segera menghampiri Ghea dan langsung menampar perempuan itu dengan kesal. “Jangan kurang ajar kamu! Anakku tidak mungkin menikahi kamu,” kata Bu Ana. “Apa yang Ibuku katakan benar. Adikku nggak mungkin menikah dengan kamu, Ghea,” sahut Anjar membenarkan. “Ayah kalian sendiri yang menjadi saksi pernikahan kami.” JLEB!Seketika ingatan Bu Ana dan Rani melayang di saat Adit dan Pak Tomy pergi berdua saja. Bu Ana langsung memicingkan mata dan menatap PakTomy.“Keterlaluan kamu, Yah!” seru Bu Ana.“Ghea sudah hamil karena perbuatan Adit, mana bisa aku tinggal diam. Jadi, aku mengizinkan Adit menikah lagi. La

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    62. Kejutan Untuk Rani.

    “Apa rumah baru kamu sudah siap untuk ditempati, Dit?” tanya Bu Ana pagi itu. Adit menganggukkan kepalanya. Saat ini dia sangat bingung karena satu bulan lagi dia harus menepati janji kepada Ghea. Sebulan lagi, kandungan Ghea berusia 7 bulan. Adit sama sekali tidak tahu jika sebenarnya kandungan Ghea sudah berusia 8 bulan lebih, bahkan HPL Ghea hanya tinggal 2 minggu lagi. Sementara kandungan Rani baru 4 bulan. Dan lusa seharusnya Adit harus memberi kejutan untuk Rani. Dia akan membawa Rani ke rumah baru mereka dan semua itu sudah dipersiapkan.Dan pada hari itu, sesuai rencana Adit membawa Rani ke sebuah hotel berbintang. Mereka menitipkan Tasya kepada Bu Ana. Adit sudah menyewa suite room selama beberapa hari."Berapa lama kita di sini,Mas?""Kamu mau sebulan juga tidak masalah, Ran. Aku masih bisa membayar kamar hotel ini untukmu selama setahun," kata Adit membuat Rani mencebikkan bibirnya."Aku mempunyai kejutan lain untukmu sayang. Jadi, jangan banyak bertanya lagi. Kamu hanya

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    61. Rani Hamil.

    “Gimana hasilnya, Ran?” tanya Bu Ana. Rani keluar dari kamar mandi dan memperlihatkan hasil tespacknya kepada Bu Ana. “Tasya mau punya adik, Bu,” jawab Rani dengan gembira. Dan Bu Ana pun segera memeluk Rani dengan erat. Ia merasa sangat senang sekali jika memiliki cucu lagi.“Kita ke Dokter aja nanti sore waktu Adit pulang supaya kondisi bayimu bisa langsung diketahui oleh dokter,” kata Bu Ana. “Baik, Bu,” jawab Rani. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu. Bu Ana yang melihat hal itu pun segera mengerutkan dahinya. “Kamu nggak seneng dengan kehamilan kamu ini, Rani?” tanya Bu Ana. “Bukan itu, Bu. Tapi, aku merasa sedikit khawatir dengan Tasya. Dia kan masih kecil, bagaimana jika nanti dia kekurangan kasih sayang, Bu?” Rani berkata lirih. Bukannya dia tidak bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, tapi, ia hanya takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik buat anak-anak mereka.Bu Ana tersenyum mendengar perkataan menantunya itu. Dia sangat me

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    60. Telat Datang Bulan.

    Ghea hanya menatap Rani dengan tajam. Tetapi, dia tidak peduli dan terus melanjutkan makannya di sana bersama dengan Rani dan Adit. Wanita itu tidak peduli sekali pun Rani terlihat tidak suka. “Kamu sampai kapan di sini?” tanya Rani. “Suka-suka aku dong. Mungkin aku nanti akan menunggu pacar aku datang menyusul ke sini atau mungkin juga akan pulang. Aku kan ke sini untuk berlibur. Aku yakin kamu baru kali ini kan liburan begini?” kata Ghea kurang ajar.“Ya, aku baru pertama kali liburan. Semua ini karena kebaikan ibu mertuaku,” jawab Rani percaya diri. Rani tau jika Ghea sengaja mengatakan itu karena ingin menghina dirinya. Tetapi, Rani tidak akan membiarkannya.Pada akhirnya karena Adit tidak mau perselingkuhannya terbongkar, ia memilih untuk segera pulang. “Padahal, jadwalnya kan masih dua hari lagi, Mas. Aku belum sempat ke ke Rinjani, loh,” kata Rani. “Kapan-kapan kita akan ke sini lagi, Sayang.” Dan, Adit pun pulang bersama Rani dua hari setelah kedatangan Ghea. Setelah ham

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status