LOGIN"Apakah Chuanyan dalam keadaan buruk lagi?" Aku bertanya pada Lihua. Lihua menggeleng. "Kemarin, Tabib sudah memeriksanya, katanya Nona Kedua sedang dalam keadaan yang sangat sehat dibanding sebelum-sebelumnya." "Lihua, kau melakukan kesalahan," aku berkata dingin. "B-benarkah?" Lihua menatapku dengan segenap kecemasannya. "Keadaan Chuanyan selalu berubah-ubah setiap harinya. Kemarin baik-baik saja, bisa jadi hari ini adalah masa kritisnya. Sejak dahulu seperti itu, karena itulah, seseorang harus selalu berada di sisinya untuk situasi terburuk. Dan tabib sama sekali tidak boleh meninggalkan tempatnya." "Nyonya Muda …, saya sungguh tidak tahu! Maafkan saja!" Chunhua menjatuhkan lututnya. "Maafkan saya, Nyonya Muda. Saya yang bersalah karena lupa memberitahu Nona Lihua tentang itu. Saya sungguh lalai, mohon berikan saya hukuman." "Sekarang bukan saatnya untuk itu. Panggil tabib sekarang, aku akan pergi ke kamarnya lebih dulu. Rebuskan bahan obatnya." Aku memegang bungkusan kue pe
Langit sudah menjingga ketika aku tiba di rumah. Ye Qingyu berduri di depan gerbang dengan kedua tangan terlipat. Wajahnya pun sama terlipatnya, terlihat seperti seekor buaya yang siap menerkam mangsanya kapan saja. Aku berdiri di depannya, tersenyum. "Aku pulang." Ye Qingyu tidak segera menjawab, dia menghela napas berat. "Selamat datang kembali." "Terima kasih karena sudah menungguiku di sini, Ye Qingyu." Aku tersenyum lebih lebar. "Kau terlambat." "Soal itu, maaf …, aku sengaja mampir ke balai obat Jiang Xinxin—""Kenapa? Kau merasa tidak enak badan saat sedang jalan-jalan? Atau mual-mualnya masih ada? Sekarang bagaimana?" Ye Qingyu langsung memotong penjelasanku dan mengomel panjang sambil memasang wajah resah. Aku mendengus. "Aku tidak selemah itu, kau juga tahu, kan? Aku sengaja mampir karena sudah lama tidak bertemu dengannya. Jadi sekalian membeli beberapa bahan obat." Aku menepis tangannya. "Tapi—""Dengar, Ye Qingyu. Sekarang ini aku sangat sensitif terhadap sentuhanm
"Nyonya Muda." Chunhua menyambutku di depan pintu ruangan. Aku tersenyum. "Terima kasih sudah menunggu." Chunhua menangkap bungkusan kertas di tangan kiriku, dia memiringkan kepalanya dan memasang eskpresi ingin tahu. Aku tertawa. "Ini adalah kue persik untum Chuanyan. Aku meminta Ying Qi membungkusnya dari ruanganku tadi." "Ah …, begitu!" Chunhua nyengir lebar. "Kita pulang sekarang, Nyonya Muda?" "Kita mampir ke Toko Obat Jiang Xinxin dulu. Ada sesuatu yang harus aku beli." "Omong-omong, Nyonya Muda sudah saaa~ngat lama sekali tidak bertemu dengan Nona Jiang, ya …." Chunhua terlihat senang membicarakannya. Aku berpikir sejenak. Memang sudah lama sekali. Aku bahkan belum menghubungi teman-temanku yang lain sejak kembali dari Perbatasan Kekaisaran Han. Terakhir kali bertemu Jiang Xinxin adalah saat aku meminta bantuannya untuk membantu persalinan Xishui. Kuharap dia tidak melupakanku. Kereta kuda berhenti di depan sebuah balai obat yang ramai. Sepertinya selama aku tidak mene
Gedung Meihua secara aktif beroperasi sebagai pusat informasi bagi para pengelana mau pun pendatang dari negara lain. Tapi pengoperasian ketat yang setara Biro Informasi milik kekaisaran ini dikelola sendiri oleh Ying Qi dan teman-temannya. Aku hampir tidak tahu apa-apa tentang apa yang mereka kerjakan. Awalnya Ying Qi melaporkan kegiatan mereka setiap Minggu, tapi aku melarangnya melakukan itu, karena mereka sudah kubebaskan untuk melakukan apa pun jika itu tidak melibatkan kerusuhan antarnegara.Dan beroperasi sebagai pusat informasi sangat berguna untuk mendapatkan uang lebih banyak. Mereka mengumpulkannya dan menyumbangkannya kepada orang-orang membutuhkan setiap sebulan sekali. Ying Qi sudah mengajukan surat permohonan untuk membuka balai informasi karena belum ada di Beizhou. Tapi Gedung Meihua sudah dikenal sebagai rumah hiburan sejak awal, jadi Kementerian Ritus tidak bisa menerima permohonan itu begitu saja. Namun Ying Qi diberikan untuk mengoperasikan pusat informasi di
Aku baru saja mengetahui bahwa orang tua yang kukenal itu, ternyata bukan orang tua kandungku. Sesuatu yang sangat tidak terduga ini, baru saja terjadi padaku. Aku terduduk di tepi ranjang dengan tubuh lunglai, menggenggam pelat giok itu dengan tangan gemetar. Keringat dingin mengucur di dahi. Rasa terkejut ini membuatku tidak tahu harus bereaksi seperti apa tentang hal ini. Ibu yang kusayangi waktu kecil dan kubenci setelah dewasa itu …, ternyata bukanlah ibu yang melahirkanku. Ayah yang dengan ringan melayangkan kepalan tangannya ke arahku ternyata sama sekali bukan ayahku. Aku menggeleng pelan. Kenapa? Kenapa harus aku yang mengalami semua hal mengejutkan ini? Kenapa aku harus mengetahuinya setelah mereka semua mati? Dan ayahku berada di mana? Siapa namanya? Aku menekuk lutut dan memeluk diriku sendiri, aku menangis meski rasanya sangat ingin menahannya. "Nyonya Muda." Chunhua mengetuk pintu. "Apakah Anda baik-baik saja? Saya khawatir karena mendengar suara orang menangis ….
Saat aku melebarkan peta istana dan meletakkan kotak itu di sampingnya, aku sudah tahu kalau dugaanku tentang ini benar. Kunci untuk membuka ini adalah menghafal jalur-jalur di dalam istana. Setiap rute, setiap sambungan mekanisme, setiap pola rumit, bisa dipecahkan hanya dengan membaca peta istana. Jalur gerbang utama menuju Istana Kaisar, hingga kolam teratai besar di tengah komplek Kediaman Pangeran, dan Taman Bunga di Istana Permaisuri, semuanya berada di atas kotak ini. Aku hanya perlu menggeser tuas-tuas kecil ini sesuai aturan yang ada. Aku yakin cara ini adalah benar. Napasku tertahan karena sangat fokus menyelesaikannya. Suara 'klik' pelan terdengar ketika salah satu tuas telah mencapai ujungnya. Aku menggeser tuas yang lain, membelokkannya ke kiri maupun kanan sesuai rute yang kupercayai benar. "Nyonya Muda, apakah Anda yakin dengan ini?" Chunhua yang masih berdiri di sebelahku, bertanya dengan nada tak yakin. "Aku yakin, Chunhua. Benda ini berada di istana selama ratu







