共有

Bab 92 : Sesuatu Sudah Berubah

作者: Xiao Chuhe
last update 最終更新日: 2025-07-11 22:02:10

Aku menahan napas, memejamkan mata, tidak bisa lagi bersikap biasa saja saat Ye Qingyu berada sedekat ini denganku.

Waktu itu, waktu pertama kali melakukan 'itu' dengannya, aku seperti berada dalam keadaan mabuk. Ah, Jiang Xinxin bilang arak pernikahan memang sangat kuat dan seperti mengandung obat perangsang.

Jadi aku tidak tahu apakah diriku malu atau justru agresif pada saat itu.

Tapi kali ini …. Aku bahkan tidak berani menatap matanya!

Bibir kami mulai bersentuhan. Ye Qingyu mendekatkan tubuhnya, hingga kami sepenuhnya saling memeluk dengan erat.

Baiklah, aku rasa, aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak pernah sekali pun keberatan saat tubuhku disentuh Ye Qingyu.

Perasaan apa ini namanya?

Tok! Tok!

"Nyonya Muda, apakah Anda sudah tidur? Saya membawa air hangat untuk mencuci kaki."

Aku membulatkan mata, segera mendorong tubuh Ye Qingyu hingga menghantam pintu.

"Nyonya Muda?!" suara Chunhua di luar terdengar panik.

Aku menyeka bibirku. Segera membalik badan. Ast
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 102 : Lidah yang Tajam dan Wajah Seribu Ekspresi

    "Betul," sahut Bibi Chun dengan suara cukup lantang. "Resep khusus dari dapur Istana Dinasti Dayu. Dikirim langsung sebagai bentuk penghormatan untuk Nyonya Muda Ye."Terdengar gumaman tak percaya dari berbagai sudut ruangan. Semua mata kini padaku.Aku tersenyum hangat. "Semuanya berkat Ayah dan Ibu Mertua yang sangat menyayangiku, sehingga sempat memberikan hadiah yang sangat bagus ini untuk tamu-tamuku." "Padahal beliau baru kembali dari inspeksi di perbatasan. Saya sungguh mengucapkan terima kasih yang berkali-kali lipat untuk Ayah dan Ibu Mertua saya." Aku membungkuk di depan Nyonya Besar Ye yang selalu berdiri di dekatku. "Tidak perlu formalitas seperti itu, Nak. Ibu membantumu karena kamu sudah banyak membantu Ayah dan Ibu. Nasihat untukmu di tahun yang baru ini, tetaplah menjadi istri yang berbakti pada suami, dan menjadi menantu yang menghormati orang tua suami."Aku mengangguk senang. "Terima kasih atas kebaikan hati Ibu Mertua."Bisik-bisik kembali terdengar. "Padahal sel

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 101 : Menyulut Api

    Ketika matanya kembali bertemu dengan mataku, seberkas cemooh muncul dari sorot matanya, begitu cepat, hanya satu detik, tapi cukup untuk membuatku ingin menertawakannya keras-keras di hadapan semua orang."Sepertinya Kakak sudah tidak bisa menjawab lagi, ya …," ucap Chuanyan lembut, tapi nadanya mengiris. "Tapi mari melupakan dendan masa lalu. Sudah lama kita tidak bertemu dalam suasana bahagia, kan?"Aku tersenyum sopan. "Tentu. Rasanya seperti mimpi bisa menyambutmu …, dengan posisi yang terbalik."Chuanyan memiringkan kepala. "Maksudmu?""Aku yang berdiri di atas pelaminan," jawabku ringan. "Dan kau yang menjadi tamu undangan."Senyumnya menegang sesaat, tapi ia segera terkekeh pelan. "Tentu saja. Dan aku harap kau menikmatinya, karena tidak semua mimpi indah berlangsung lama."Sungguh, jika bukan karena aturan etiket, aku ingin melemparkan bunga giok dari meja persembahan ke wajahnya.Aku memperhatikan Chuanyan yang berjalan ringan di atas permadani merah dengan sikap yang dibuat

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 100 : Malam Perayaan Tahun Baru

    Malam Perayaan.Musik petik bersenandung lembut di udara yang mulai dipenuhi wangi lilin bunga persik. Langit Beizhou menjingga, dan aula utama kediaman Jenderal Ye telah bersolek sepenuhnya, lampion-lampion merah digantung rendah, taburan bunga liar menghiasi pilar, serta hiasan emas dan hijau giok menyelubungi meja persembahan di pusat aula.Aku berdiri di sisi aula dengan gaun merah yang menonjolkan keanggunan khas seorang Nyonya Muda, menyambut para tamu yang akan berdatangan dengan iringan suara petasan dan denting lonceng kecil di setiap sudut."Pesta ini terlihat lebih megah dari semua pesta yang pernah digelar di Beizhou," komentar Bibi Chun lirih di sampingku.Aku hanya tersenyum. "Aku tidak ingin mengecewakan siapa pun malam ini.""Ini pertama kalinya Kediaman Jenderal Ye mengadakan perayaan yang semeriah ini. Saya senang sekali dengan kehadiran Nyonya Muda." Bibi Chun tak habis-habisnya memujiku, aku jadi hanya bisa tersenyum canggung menanggapinya. Dan tepat saat itu, su

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 99 : Kehangatan Keluarga

    Dua belas jam sebelum perjamuan.Langit Beizhou masih diselimuti embun pagi ketika aroma wangi dupa merah muda perlahan memenuhi halaman depan kediaman Jenderal Ye. Pelayan-pelayan tampak sibuk menyiapkan penyambutan sederhana—bunga plum digantung di depan aula utama, dan teko-teko teh baru dipanaskan di dapur barat.Aku sudah berdiri di depan pintu aula utama sejak matahari mulai naik. Gaun sederhanaku bergoyang pelan tertiup angin, dan Chunhua membenarkan selendang tipisku sambil berbisik, "Nyonya Muda terlihat sangat anggun hari ini."Aku tersenyum, gugup. Ini pertama kalinya aku akan menyambut langsung Ibu dan Ayah Mertua setelah resmi menjadi bagian keluarga ini."Apakah aku terlalu mencolok?" tanyaku pada Ye Qingyu yang berdiri tak jauh dariku, dengan jubah hitamnya yang rapi dan rambut diikat tinggi."Sedikit," sahutnya pelan, "tapi Ibu pasti suka. Beliau suka warna merah marun. Kau tampak seperti menantu teladan."Aku mencibir kecil, "Kau bisa memuji lebih manis lagi, Tuan Mu

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 98 : Sebagai Suami

    "Ye Qingyu?"Napasnya masih sedikit memburu. Dahinya basah oleh peluh tipis, seperti baru saja berlari mengejarku sejak aku meninggalkannya di Lianci. "Apa yang sedang kau lakukan?" suaranya rendah, tapi nadanya tegas. Matanya menatap tajam ke arah papan nama di atas pintu rumah bordil, lalu kembali ke mataku. "Kau tahu tempat macam apa ini, Zhou Jingxi?"Aku membuka mulut. Tapi tidak ada suara yang keluar."Aku—""Aku tak butuh alasan sekarang." Suaranya melunak, namun nada khawatirnya tidak bisa disembunyikan. "Lihatlah dirimu. Lari malam-malam hanya untuk mengejar sesuatu yang bahkan belum kau pastikan."Aku menunduk, tapi genggamanku pada lengan bajunya menguat."Aku mencium aroma tinta buatanku, Ye Qingyu. Tinta dafnah yang kupakai untuk menulis surat itu." Suaraku nyaris berbisik. "Orang itu, yang lewat di Lianci …, dia membawanya aroma tinta yang seharusnya hanya aku yang memilikinya. Aromanya mengarah ke sini."Ye Qingyu menatapku lama, tatapannya sulit ditebak. Campuran bing

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 97 : Pria Beraroma Dafnah di Lianci

    Malam itu, suara ledakan beruntun mulai menggema di langit. Satu per satu kembang api bermekaran dalam kelopak cahaya yang mengembang seperti bunga musim semi, menyiram langit Kota Beizhou dengan warna merah muda, emas, dan biru safir.Warga yang menyaksikannya berseru senang, aku mendongakkan kepala dan tersenyum lebar. Ternyata langit Beizhou bisa menjadi seindah ini ….Sepanjang hidup, aku tidak pernah keluar untuk menyaksikan pertunjukan kembang api di festival mana pun. Ah, bahkan tahun baru pun, biasanya aku hanya bergaul dengan pelayan yang membakar kambing guling di halaman belakang kediaman. Ye Qingyu tiba-tiba menarik pergelangan tanganku, membawaku melewati keramaian yang menyesaki jalan utama, menuju sebuah jembatan setinggi lantai dua yang membentang di atas jalanan Kota, beberapa jembatan menghubungkan antara lantai dua bangunan dengan bangunan di seberangnya. Di Beizhou, jembatan ini dikenal dengan nama Lianci, penghubung antar-bangunan tua yang dibangun rapat, menjad

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status