Share

Episode 3. Diculik Oleh Calon Mak Mertua

"Nona Serena?" Pria bertubuh tegap berwajah tegas yang sedari tadi memperhatikan Serena akhirnya menyapa gadis itu untuk memastikan dirinya tak salah mengenali gadis yang sedang dicari. Suaranya terdengar tegas dengan penampilannya yang serius.

Serena yang tenggelam dalam alunan musik dari Airpods di telinganya, tak menyadari seseorang menegurnya. Pria itu dengan cekatan mencabut benda mungil yang terpasang di telinga Serena, membuat gadis itu terkejut dan refleks memukul tangan yang mencoba mengganggunya. Namun sayangnya, pria itu memiliki otot yang kokoh.

"Auch!" Serena menahan sakit di tangannya yang baru saja menghantam sesuatu yang keras. "Siapa kau? Dan mau apa?!" tanyanya dengan berteriak keras. suaranya mencerminkan kombinasi antara ketakutan dan kebingungan.

"Apakah Anda bernama Serena?" tanya pria itu dengan tegas dan sorot mata tajam.

Serena memperhatikan penampilan pria yang mirip dengan petugas keamanan di klub Elysium itu, dia mengira pria itu adalah temannya Ewan. "Ya, benar."

Pria itu segera menghubungi seseorang dengan ponselnya setelah mendengar jawaban Serena. Kemudian, dia kembali fokus pada Serena, berdiri diam dan mengawasinya dengan intensitas yang membuat Serena merasa seolah sedang diperiksa.

"Mengapa kau terus menatapku?" tanya Serena, mulai jengah karena pria itu mengamatinya seperti kamera pengawas, membuatnya merasa seperti sedang diawasi dalam setiap gerakannya.

Pria itu mengabaikan pertanyaan Serena, tidak berniat melakukan percakapan yang tidak dibutuhkan. Tugasnya hanya memastikan gadis itu tidak pergi sebelum orang yang dihubunginya tadi datang. Dengan sikap yang dingin dan tanpa ekspresi, dia tetap setia pada misinya.

Mendapat pengabaian, Serena kembali mendengarkan musik dengan nyaman, mengesampingkan pria tidak dikenal yang terus mengamatinya. Dia mencoba menemukan ketenangan dalam alunan musik, berusaha melupakan kehadiran yang mengganggu di sekitarnya. Namun, ketenangan itu terputus tiba-tiba ketika dua orang pria muncul dan membawanya secara paksa.

"Hey, siapa kalian? Lepaskan aku! Tolong! Penculik! Perampok! Ewan!!" teriak Serena seraya berusaha melepaskan dirinya, namun seruannya tenggelam dalam kebisingan gemuruh musik yang memenuhi klub Elysium, seakan sebuah ombak suara yang hilang di samudera. Keputusasaan dan ketakutan mulai merasukinya saat dia merasa terjebak.

Meskipun orang orang melihat Serena yang berusaha memberontak, tak ada satupun dari mereka yang berniat menolong gadis itu. Mereka tidak ingin terlibat dengan urusan orang lain, memilih untuk tetap membiarkan kehidupan mereka berjalan tanpa gangguan.

Kedua pria tidak dikenal itu menyeret Serena keluar dari Elysium, dan memasukannya ke dalam sebuah mobil yang terpakir di pakiran basement yang sunyi itu dengan paksa.

Di dalam mobil, Serena terjebak di antara kedua pria tak dikenal yang memaksanya masuk. Suara mesin mobil menggema di ruang pakiran basement.

"Tolong!" Serena tetap berteriak meskipun mobil yang membawanya itu telah meninggalkan Gedung Elysium, membelah kota yang dihiasai lampu malam.

"Berhentilah berteriak Nona, nyonya Caroline ingin bertemu denganmu," kata sang supir yang duduk di balik kemudi sambil menatap Serena melalui kaca spion.

Nyonya Caroline? Mengapa dia menculikku? — batin Serena panik. Kebingungan melanda. Tidak mungkin dia telah ketahuan, mengingat dia belum mencuri apapun dari mansion keluarga Thornton.

Seharusnya dia mencari tahu tentang sisi gelap keluarga Thornton sebelum masuk ke mansion mereka. Jika akan berakhir seperti ini, dirinya akan berpikir ribuan kali untuk mencuri blue moon diamond yang mereka miliki.

Setelah perjalanan yang panjang, mobil itu berhenti di depan sebuah mansion megah. Pintu mobil terbuka, dan Serena diarahkan masuk ke dalam.

Caroline duduk dengan anggun di ruang tamu yang mewah, lengkap dengan perabotan yang mahal dan hiasan seni. Aura kekuatan dan keanggunannya terasa kuat di ruangan itu.

"Kita bertemu lagi," ucap Caroline, tersenyum dengan senyum yang dingin, mengirimkan desiran ketakutan pada Serena. Senyumannya, meskipun tampak anggun, menyimpan nuansa kekuasaan yang membuat Serena merinding. "Duduklah dengan nyaman," pintanya.

Serena bak pesakit, duduk dengan patuh. Dia mencoba membaca ekspresi wajah Caroline untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah berhasil kabur dengan tenang, akhirnya dia diseret kembali ke mansion Thornton.

"Aku tidak peduli tentang asal usulmu, atau kau yang hanya teman kencan satu malam putraku. Tapi kau mungkin membawa keturunanku di dalam rahimmu," ucap Caroline tanpa basa-basi.

"Apa maksud, Nyonya?" tanya Serena dengan wajah penuh kebingungan.

"Kau harus tinggal di sini, hingga melahirkan. Jika kau tidak hamil, aku akan melepaskanmu," lanjut Caroline dengan suara tegas dan berwibawa.

Serena merasa lega karena menyadari bahwa penculikan ini tidak terkait dengan dirinya yang ketahuan sebagai pencuri. Namun, situasinya juga tidak baik.

Hanya dengan pandangan, Caroline memberi perintah kepada Victoria dan Lillian, dua orang pelayan yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan.

Kedua pelayan itu segera membawa Serena dengan paksa menuju sebuah kamar.

"Kau berhasil menggoda tuan Eoghan, Serena," bisik Lilian di tengah perjalanan menuju kamar yang disediakan khusus untuk mengurung Serena.

Serena melirik Lillian yang mengapit lengan kanannya, "Aku tidak menggodanya, Lili!" Elak Serena. Baginya, dirinya adalah seorang pencuri, bukan wanita yang menjual pesona tubuh.

Victoria yang mengapit lengan kiri Serena menghela napas. "Aku benar benar iri denganmu," katanya, dia mengira Serena benar benar masuk sebagai pelayan seperti mereka dan menggoda tuan mereka, Eoghan.

Dia berpikir teman sesama pelayannya itu baru sebulan bekerja di mansion Thornton, tapi sudah berani tidur dengan putra mahkota Thornton.

"Sudah kubilang, ini semua salah paham!" teriak Serena dengan frustrasi.

Namun, kedua pelayan itu tetap mengabaikan pembelaan Serena dan memasukkannya ke dalam kamar, mengunci pintu, dan mengurung Serena di dalamnya.

Mengapa semua orang melihatnya seperti itu? mengapa tidak sebaliknya, Eoghan yang menggoda dirinya?

Hidup memang tidak adil untuk orang-orang yang tidak memiliki apapun seperti Serena.

***

Sementara itu, di sudut lain Kota Menhanttam. Eoghan yang tengah sibuk di kantornya mendapat informasi dari orang kepercayaannya, Daniel, bahwa ibunya menculik Serena karena mengira dirinya telah tidur dengan gadis itu.

Pria itu menghentikan pekerjaannya sejenak dan tersenyum, merespons dengan tawa. Mentertawakan hal kesalapahaman konyol yang sengaja dibuatnya. Dia tidak pernah menyentuh wanita dalam keadaan mabuk.

"Serena Owen," desisnya sembari mengingat pertama kali dirinya melihat gadis itu.

Kecantikan Serena yang diterpa sinar matahari yang menerobos dari jendela, saat tengah serius membersihkan salah satu porselen di mansion keluarganya, menarik perhatian Eoghan. Dengan sinar matahari yang menggaris tipis rambutnya dan membuatnya tampak seperti karakter dari lukisan klasik, Serena memancarkan pesona yang sulit diabaikan.

Eoghan jarang pulang ke mansion itu karena lebih suka tinggal di apartemen yang dekat dengan kantornya. Namun, sejak kehadiran Serena sebagai pelayan baru, hampir setiap hari dia pulang ke mansion keluarganya.

Meski tidak bertemu secara langsung, Eoghan mengamati dari kejauhan gerak-gerik Serena yang begitu mencurigakan. Gadis itu sering terlihat mengamati setiap sudut dan seluk-beluk bangunan mansionnya.

Karena begitu mencurigakan, Eoghan menduga Serena adalah kiriman seseorang yang ingin memata-matai keluarga Thornton. Oleh karena itu, dia mencari tahu lebih banyak tentang Serena.

Dia mengetahui bahwa Serena berasal dari panti asuhan, memiliki latar belakang pendidikan yang baik, dan pernah bekerja sebagai kurator. Namun, sekarang tidak tercatat sebagai pekerja di mana pun.

Namun pagi itu, dia hanya ingin bermain-main dengan Serena. Tetapi harga dirinya terluka oleh respon yang diberikan Serena. Gadis itu terbangun di atas tempat tidur kamar pribadinya, menatapnya tajam dengan pandangan jijik.

Dia adalah Eoghan Thornton, dengan sejuta pesonanya, ternyata dikalahkan oleh sebuah porselen tua yang dibelinya di Cina. Kejadian ini membuatnya terguncang.

Eoghan tidak bisa menerima kenyataan pahit itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status