Share

Bab 2

Author: Author Key
last update Huling Na-update: 2025-06-11 22:05:38

“Amira, kenapa harus di restoran ini? Apa tidak sebaiknya kita mencari restoran lain?”

Amira menggeleng kepalanya cepat, ia ingin mengenang masa lalu dengan Adrian. Restoran ini adalah salah satu tempat favorit mereka berdua, dan Amira ingin Adrian kembali mengingat kejadian masa lalu mereka berdua.

“Ini restoran favorit kita, aku dan kamu pernah makan disini.”

Adrian sedang duduk berhadapan dengan Amira di sebuah restoran tempat yang menjadi favorit mereka berdua, Adrian menerima ajakan Amira untuk makan siang bersama di restoran favorit mereka berdua. 

Mereka seperti mengenang masa lalu yang masih tersimpan rapi tanpa sepengetahuan Aisyah, baik Adrian atau Amira memang sengaja tidak memberitahukan hubungan mereka yang sempat terputus karena kepergian Amira yang begitu mendadak.

“Adrian, apa selama ini kamu masih memikirkan aku?”

Adrian menatap wajah Amira yang sedikit berubah, mantan kekasihnya itu terlihat semakin dewasa dan sangat cantik menurutnya. Ada getaran aneh yang terasa di hati Adrian saat ini, iya tidak bisa memungkiri bahwa sesungguhnya masih ada perasaan cinta dengan Amira. Namun, Adrian memikirkan Aisyah yang saat ini telah menjadi istrinya. 

“Aku sudah menjadi suami dari adikmu, aku nggak mungkin bisa menghianati kepercayaan Aisyah.”

Amira tertunduk lesu setelah mendengar pengakuan dari mulut Adrian tentang perasaannya, seandainya saja ia pulang lebih cepat mungkin saja saat ini Amira sudah menjadi istri Adrian bukan adiknya. Nasi telah menjadi bubur, kini Adrian telah menjadi adik iparnya. 

Sementara itu di tempat lain.

Ini, foto Mas Adrian dengan Kak Amira?”

Aisyah menatap sebuah foto yang baru didapatkannya dari pesan singkat seseorang yang tidak memberikan nama pengirimnya, sebuah foto suaminya dengan wanita lain yang sangat ia kenal siapa lagi kalau bukan Kakak kandungnya.

“Sepertinya mereka sangat akrab?” tanya Aisyah dalam hatinya. “Apa selama ini hanya aku yang tidak mengetahui jika mereka mempunyai hubungan spesial?”

Aisyah masih percaya dengan suaminya, ia sangat yakin jika Adrian tidak memiliki hubungan spesial dengan kakak kandungnya. Selama ini Aisyah tahu siapa pemilik hati seorang Adrian, dan ia yakin bahwa dirinyalah yang ada di dalam hati Adrian seorang.

“Aku tetap berpikir bahwa suamiku tidak memiliki hubungan spesial dengan Kak Amira, semua hanya kebetulan saja.”

***

Malam harinya 

Saat itu, ruangan hanya diterangi oleh cahaya bulan yang lembut. Aisyah dan Adrian berada di atas tempat tidur, saling memandang dengan mata yang penuh cinta. Mereka berdua terbungkus dalam kesunyian yang hangat, di mana hanya suara detak jantung dan nafas yang terdengar. Dengan lembut, Adrian mengusap wajah istri, menyentuh pipinya yang halus, dan membuat istri merasa sangat dicintai. Aisyah pun membalas sentuhan suaminya, menggenggam tangannya, dan menariknya lebih dekat. Mereka berdua terjalin dalam keintiman yang mendalam, di mana cinta dan kepercayaan menjadi satu.

“Ah, Mas Adrian.”

“Layani aku Aisyah, aku sedang ingin dilayani sama kamu.”

“Tapi, hari ini aku sangat lelah. Aku ingin istirahat saja,” ucap Aisyah pelan. Bukan Aisyah tidak ingin memberikan pelayanan kepada Adrian, akan tetapi ia masih memikirkan foto yang sudah ia lihat sebelumnya. Rasa cintanya kepada Adrian sedikit tergoyahkan dengan foto kebersamaan antara suami dan kakaknya.

Adrian menghela nafas panjang, nafsu birahinya sudah berada di ambang batas. Ia sudah menunggu sejak tadi momen intim mereka berdua, namun sepertinya ia harus kembali menelan pahit jika Aisyah sedang datang bulan.

“Ya, sudah. Aku keluar dulu, sepertinya aku butuh angin segar.”

Dengan langkah yang berat dan wajah yang murung, Adrian keluar dari kamarnya. Dia tidak menutup pintu dengan lembut, melainkan membiarkannya terbuka dengan suara yang keras. Adrian melangkah ke luar dengan perasaan kesal yang memuncak, meninggalkan suasana yang tegang di dalam kamar.

Saat Adrian berjalan keluar dari rumahnya, dia tidak sengaja bertemu dengan Amira mantan kekasihnya. Amira dengan membawa paper bag dengan senyuman manis.

“Amira, kamu di sini?”

“Ehm, aku kesini untuk bertemu dengan Aisyah. Ada yang ingin aku berikan kepada-”

“Amira, aku butuh sesuatu darimu. Apa kamu ingin memberikan untukku?”

Amira mengangguk kepalanya cepat, ia sudah menunggu momen manis dengan Adrian malam ini. Apapun ia akan lakukan agar hubungan mereka kembali harmonis sebelum bertemu dengan Aisyah.

“Katakan Adrian, aku akan memberikan apapun yang kamu mau-”

“Ikut aku sekarang juga,”jawab Adrian cepat.

Adrian mengajak Amira ke salah kamar yang berada di lantai 1, ia tidak lupa mengunci pintu agar Aisyah tidak mengetahui jika dirinya sedang bersama Amira di dalam kamar itu.

"Adrian, apa maksud semua ini? Kenapa kamu membawaku ke dalam kamar ini?"

Dengan suara yang berat dan mata yang memohon, dia berbicara kepada wanita itu dalam kesunyian malam. "Aku tahu ini tidak benar, tapi aku tidak bisa menahan diri lagi," katanya, suaranya terdengar bergetar. "Aku ingin merasakan kehangatanmu, merasakan sentuhanmu, merasakan cintamu."

Amira terlihat terkejut dan tidak nyaman, matanya terlihat takut dan ragu-ragu. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan tidak benar, tapi dia tidak bisa menolak keinginan Adrian. Sejujurnya, Amira pernah menginginkan Adrian menyentuh tubuhnya ketika mereka masih menjalin hubungan. Namun, Adrian selalu menolaknya dengan alasan Adrian akan melakukan hubungan intim dengan istrinya nanti.

Amira itu menarik napas dalam-dalam, matanya masih terlihat takut dan ragu-ragu. "Aku tidak bisa," katanya dengan suara yang lembut tapi tegas. "Aku tidak bisa melakukan hal yang tidak benar. Aku memiliki komitmen dan prinsip yang harus aku jaga." Dia berdiri dan menjauhkan diri dari pria itu, matanya masih terlihat sedih dan simpatik. "Aku paham bahwa kamu memiliki perasaan yang kuat, tapi aku tidak bisa memenuhi keinginanmu. Aku harap kamu bisa memahami." Wanita itu berpaling dan berjalan pergi, meninggalkan pria itu sendirian dengan perasaannya yang campur aduk.

Adrian mencekal lengan Amira kuat, lalu menariknya hingga jatuh diatas ranjang tempat tidur Amira. “Tolong, aku membutuhkanmu," kata Adrian, suaranya terdengar putus asa.

Adrian mencium bibir Amira cepat, ia lalu menjatuhkan tubuh Amira ke atas ranjang dengan gerakan yang belum pernah Amira rasakan. Adrian mengurung tubuh Amira dengan kedua tangannya, hingga Amira tidak bisa berkutik sedikitpun.

"Adrian, lepas. Aku nggak bisa melakukan ini kepadamu, aku nggak mau kalau Aisyah tahu apa yang kamu lakukan kepadaku-"

Adrian menyobek pakaian Amira, membukanya secara paksa dan membuangnya jauh entah kemana. Tidak hanya itu saja, Adrian bahkan mengikat kedua tangan Amira dengan tangannya hingga Amira tidak bisa bergerak.

"Ah, Adrian. Apa yang kamu lakukan?"

"Aku butuh kamu malam ini, Aisyah nggak bisa membantuku. Dan, hanya kamu yang bisa membantuku."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 18

    Revan menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Aisyah, senja sudah merayap, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu yang menawan. Aisyah keluar mobil dengan hati-hati dan ia tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Revan. "Terima kasih banyak ya, Pak Revan. Maaf jadi merepotin," kata Aisyah tulus, tersenyum. Revan membalas senyum itu. "Santai aja, Aisyah. Memang itu sudah kewajiban aku untuk menjaga mu," jawab Revan. Aisyah mengangguk. "Maksudnya?""Maksudnya-" Beberapa saat mereka hanya saling pandang, menikmati keheningan yang nyaman di antara mereka. Angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai rambut Aisyah, membuat Revan tanpa sadar tertegun sesaat. "Kalau gitu, aku masuk dulu ya," ujar Aisyah memecah keheningan, sedikit canggung. "Oke," jawab Revan. Ia menunggu hingga Aisyah melangkah masuk ke halaman rumahnya dan melambaikan tangan kecil sebelum akhirnya Aisyah menghilang di balik pintu. Revan lalu mengenakan helmnya kembali, menyalakan mesin mo

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 17.

    Aisyah menutup matanya erat, mencoba menahan emosi yang bergejolak. "Aku tidak bisa. Aku... aku tidak siap untuk ini, Adrian," ucapnya, suaranya bergetar. Adrian menatapnya lekat, matanya dipenuhi campuran kekecewaan dan kebingungan. "Tidak siap untuk apa, Aisyah? Untuk bicara? Untuk melanjutkan kisah kita dulu?" Nada suaranya sarat dengan kepedihan yang tak bisa disembunyikan. Aisyah menggelengkan kepala, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Bukan itu. Aku, aku tidak bisa menghadapi lagi semua kenangan itu. Ini terlalu menyakitkan, Adrian." Ia akhirnya mengucapkan alasan yang selama ini ia pendam, sebuah kebenaran yang pahit. Kenangan masa lalu mereka, yang berakhir dengan luka, adalah tembok tebal yang ia bangun. Sebelum Adrian sempat membalas, sebuah suara familiar memecah ketegangan di antara mereka. "Aisyah? Akhirnya aku menemukanmu!" Aisyah tersentak, ia menoleh ke arah sumber suara, dan jantungnya kembali berdesir, kali ini karena kejutan. Berdiri tidak jauh d

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 16

    Di antara keramaian lobi gedung pertemuan yang mewah, Aisyah merasa jantungnya berdebar kencang, bukan karena kegembiraan, melainkan karena kecemasan. Matanya terus menyapu setiap sudut ruangan, mencari celah untuk menghindar. Ia tahu Adrian ada di sini, dan pertemuan dengannya adalah hal terakhir yang ia inginkan. "Astaga," gumamnya pelan saat melihat punggung Adrian di dekat meja registrasi, sedang berbicara dengan seseorang. Aisyah segera memutar badan, berpura-pura tertarik pada pajangan bunga di dekat pilar. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan degup jantungnya. Pikirannya kalut, ia harus mencapai lift tanpa terlihat. Aisyah menyusun rencana cepat berpura-pura menelepon, berjalan cepat tapi tidak tergesa-gesa, dan menunduk seolah sibuk dengan ponselnya. Ini adalah taktik lamanya, dan sering kali berhasil. Saat Adrian bergerak sedikit ke kiri, Aisyah melihat peluang. Ia melangkahkan kaki, menyusup di antara sekelompok tamu yang sedang tertawa. Aroma kopi yang k

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 15

    Dentuman musik mengalun lembut di ballroom mewah hotel bintang lima itu, berpadu dengan riuhnya tawa dan obrolan para tamu. Aroma sedap hidangan prasmanan dan semerbak bunga sedap malam mengisi setiap sudut ruangan. Aisyah, dengan gaun batiknya yang elegan, menyesap minumannya perlahan sambil sesekali membalas sapaan kenalan. Ini adalah pernikahan sahabatnya, dan ia berusaha menikmati setiap momen, meski hatinya terasa sedikit kosong belakangan ini. Saat sedang asyik memperhatikan dekorasi pelaminan, pandangannya tak sengaja berpapasan dengan seseorang di seberang ruangan. Seketika, waktu terasa melambat. Sosok tinggi tegap itu, dengan setelan jas hitam yang membalut tubuhnya sempurna, memancarkan aura familiar yang langsung menusuk relung hati Aisyah. Jantung Aisyah berdesir hebat, ia mencoba mengalihkan pandangan, berpura-pura tertarik pada pajangan di dekatnya, namun ia tahu Adrian juga menyadari kehadirannya. Sejak perpisahan mereka bertahun-tahun lalu, Aisyah tak pernah benar

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 14

    Aisyah melangkah keluar dari lobi kantornya, matanya langsung menyipit karena silau matahari Jakarta yang terik. Ia mempercepat langkah, ingin segera mencapai halte bus terdekat. Pikirannya sudah melayang ke daftar belanjaan di rumah dan siaran berita malam nanti. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Di seberang jalan, tepat di depan kafe langganannya, berdiri sesosok yang terlalu familiar. Adrian. Mantan suaminya. Jantung Aisyah serasa diremas. Ia merasa seolah semua pasang mata di jalanan itu tertuju padanya, meskipun ia tahu itu hanya perasaannya saja. Adrian sedang berbicara dengan seseorang, punggungnya menghadap ke arah Aisyah, tapi entah kenapa Aisyah yakin Adrian bisa merasakan keberadaannya. Seketika, insting pertamanya adalah berbalik arah, pura-pura ada sesuatu yang tertinggal di kantor. Tapi itu akan terlalu mencolok. Ia mencoba menenangkan napasnya. "Oke, Aisyah, kau bisa. Ini cuma Adrian," bisiknya pada diri sendiri, meskipun suaranya bergetar. Ia melirik ke sekel

  • Ketika Tuan CEO Memintaku Kembali    Bab 13.

    Lima tahun kemudian. Setelah lima tahun berlalu, Aisyah kini berdiri tegak, seorang single parent yang tangguh dengan seorang putri cantik di sisinya. Bertahun-tahun yang lalu, badai kehidupan sempat merenggut sebagian dari dirinya, namun kini, awan kelabu itu telah sirna. Aisyah telah move on, melangkah jauh dari bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Kini, bukan lagi kesedihan yang memenuhi relung hatinya, melainkan kobaran semangat yang membara. Dengan senyum optimis dan mata yang berbinar penuh tekad, Aisyah siap menulis babak baru dalam hidupnya. Ia ingin kembali beraksi, bukan sekadar bertahan hidup, melainkan menjadi seorang business woman yang sukses. Impian ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga demi masa depan cerah sang buah hati yang selalu menjadi sumber kekuatannya. Aisyah siap membuktikan bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, dan setiap tantangan adalah kesempatan untuk bangkit lebih kuat. "Semangat, semoga hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status