Share

Bab 19

Author: Aras
last update Last Updated: 2025-05-18 00:09:44

Fadil kembali memasuki ruangan rawat inap Fahira. Ia sedikit terkejut mendapati Bu Nika sudah berada di sana, duduk di sisi ranjang sambil menggenggam tangan putrinya. Dengan sopan, Fadil menghampiri ibu mertuanya dan mencium tangannya. "Bunda, maaf Fadil nggak tahu kalau Bunda akan kemari. Tadi Fadil habis dari ruangan dokter. Bunda sama siapa ke sini?" tanyanya lembut.

"Tadi Fatah yang mengantar, Nak. Tapi Fatah sedang mencari buah untuk Fahira di kantin rumah sakit. Jadi..." Belum selesai Bu Nika berbicara, suara lantang Bu Rara tiba-tiba memotong, "Fahira tidak akan pernah bisa hamil lagi. Iya kan, Fadil?"

Seketika, suasana ruangan yang tadinya tenang kembali menegang. Fadil menoleh ke arah ibunya dengan tatapan tajam. "Astaghfirullah, Mama!" bentaknya tanpa sadar, merasa geram dengan ucapan ibunya yang begitu blak-blakan dan tidak memikirkan perasaan Fahira.

Fahira yang sedari tadi diam, menatap Fadil dengan wajah penuh harap namun juga ketakutan. Air mata kembali menggenangi pel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 40

    Fadil duduk di depan dokter, wajahnya tegang dan lelah. Kantung mata menghitam, dan ia terlihat jauh lebih tua dari usianya. Dokter menghela napas, menatap Fadil dengan sorot mata penuh simpati."Pak Fadil, kami sudah melakukan segala upaya medis," ujar dokter dengan suara pelan dan serius. "Namun, kondisi Bu Fahira... kami menemukan bahwa ada kerusakan otak yang sangat parah. Beliau saat ini dalam kondisi mati otak."Kata-kata "mati otak" menghantam Fadil. Meskipun ia sudah menduganya, mendengar konfirmasi langsung terasa seperti hukuman mati. Air mata yang selama ini ia tahan, kini mendesak keluar."Tidak ada harapan lagi, Dok?" tanya Fadil, suaranya tercekat.Dokter menggeleng pelan. "Secara medis, Pak, fungsi otaknya sudah tidak ada. Kami hanya bisa mempertahankan fungsi organ vitalnya dengan alat. Kami tahu ini sangat berat, tapi... kami menyarankan agar Bapak mengikhlaskan Bu Fahira."Dunia Fadil terasa runtuh. Ia menundukkan kepala, membiarkan air mata membanjiri pipinya. Mengi

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 39

    "Apapun yang terjadi, jangan salahin diri kamu sendiri ya, Sabrina, Istriku," ucap Fadil, suaranya parau namun tegas. Ada kekuatan baru dalam tatapannya. Ia tahu, di tengah semua kehancuran ini, ia harus menjadi sandaran. "Aku mencintai Fahira karena Allah. Dan aku akan berusaha menjalani amanah Fahira untuk menjagamu." Kata-kata Fadil meresap ke dalam hati Sabrina. Sebuah janji yang tak terduga, di tengah duka yang begitu mendalam. Sabrina menatapnya, bingung namun juga merasakan sedikit kehangatan di tengah kehancuran. Fadil kembali berdiri, menarik Sabrina agar bangkit. Ia memeluk Sabrina erat, sebuah pelukan yang bukan lagi penuh konflik, melainkan penuh dukungan dan kepedihan bersama. Di pelukan itu, keduanya berbagi duka atas kehilangan yang baru saja terjadi, dan kesiapan untuk menghadapi masa depan yang kini terasa begitu tak pasti. Hari-hari setelah tragedi itu terasa panjang dan berat. Rutinitas Fadil berubah drastis. Pagi-pagi sekali, ia akan berada di rumah sakit, duduk

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 38

    Setelah makan siang dan percakapan mendalam yang menghangatkan hati, Fahira dan Sabrina memutuskan untuk segera pulang. Tawa kecil masih sesekali terdengar saat mereka berjalan beriringan menuju seberang jalan, di mana mobil yang mereka pesan sudah menunggu.Keduanya berhenti di pinggir jalan, menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Sabrina membungkuk sejenak, membenarkan tali sepatu yang tiba-tiba terasa longgar. Fahira berdiri di sampingnya, melihat sekeliling, memastikan jalan aman.Saat lampu berubah hijau, Fahira melangkah lebih dulu, berniat menyeberang. Namun, dari kejauhan, sebuah mobil melaju kencang, menerobos lampu merah. Suara deru mesinnya memekakkan telinga."Mbak Fahira, awas!" teriak Sabrina, panik, pandangannya terarah pada mobil yang melesat bagai anak panah itu.Terlambat. Dalam sepersekian detik yang terasa abadi, mobil itu melaju tanpa kendali dan menabrak Fahira dengan keras. Tubuh Fahira terpental beberapa meter, lalu tergeletak tak berdaya di aspal. Darah mul

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 37

    Fadil menggenggam tangan Fahira dengan erat. Fahira menatap mata suaminya dengan lembut. "Mas, bagaimanapun Sabrina juga istrimu," ucap Fahira, suaranya dipenuhi ketulusan. "Aku minta maaf kalau aku sempat menginginkan kamu untuk mencintai Sabrina. Tapi aku mohon, Latifah juga butuh sosokmu, Mas. Aku yang sudah mengikhlaskan dia menjadi bagian keluarga ini. Sabrina juga perempuan yang baik."Fadil menundukkan kepalanya, air matanya menetes. Beban di dadanya sedikit terangkat oleh kemuliaan hati Fahira. Fahira tersenyum dan membelai pipi Fadil dengan lembut. "Kamu akan menjadi suami dan ayah yang baik untuk anakku dan anak Sabrina."Fadil mengangkat wajahnya dan menatap Fahira dengan serius. "Maksudmu?""Sabrina... hamil, Mas. Anaknya juga butuh sosok ayahnya. Sebelumnya, kamu pasti mencintainya kan, Mas? Jadi anak yang dikandungnya itu hasil cinta kalian, bukan?" tanya Fahira dengan mata berbinar.Fadil menghela napas dan tertunduk. Ia mengangguk menerima kenyataan. Fadil memeluk Fahi

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 36

    Minggu-minggu berlalu. Rutinitas baru telah terbentuk di rumah. Fadil dan Fahira bolak-balik ke Singapura untuk menjalani serangkaian prosedur IVF. Sementara itu, Sabrina menjalani hari-harinya dalam kesendirian, bekerja dari rumah, sesekali bertukar sapa singkat dengan Fahira, namun nyaris tak pernah berinteraksi dengan Fadil. Sikap dinginnya adalah perisai yang ia kenakan.Namun, sesuatu yang tak terduga mulai terjadi pada Fadil. Awalnya hanya samar, sebuah kerutan kecil di dahinya setiap kali ia melihat Sabrina yang acuh tak acuh. Kemudian, ia mulai merasa aneh saat Sabrina tidak lagi memandangnya. Hati Fadil, yang selama ini begitu teguh pada Fahira, mulai merasakan sedikit gejolak tak biasa. Ada perasaan... kehilangan? Kehilangan perhatian yang dulu ia abaikan. Rasa penasaran muncul, disusul dengan sedikit kekosongan saat Sabrina tak lagi mengganggunya. Fadil mulai menangkap dirinya sendiri melirik Sabrina diam-diam, bertanya-tanya apa yang sedang wanita itu lakukan. Perasaan ini

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 35

    Beberapa hari kemudian, Fadil dan Fahira kembali ke rumah. Mereka disambut suasana yang terasa lebih dingin dari biasanya. Di ruang tengah, Sabrina duduk membaca buku, tampak tenang, seolah tak ada yang terjadi. Ketika Fadil dan Fahira melangkah masuk, tatapan Sabrina sedikit terangkat. Ia melirik Fadil sekilas, namun enggan untuk menyapa. Wajahnya tetap datar, tanpa senyum atau sapaan hangat yang biasa ia paksakan. Ia hanya diam. Mata Sabrina kemudian beralih ke Fahira. Sebuah senyum kecil terukir di bibirnya, senyum tulus yang tidak mencapai matanya saat ia menatap Fadil. Ia bangkit dari duduknya. "Mbak Fahira," sapa Sabrina lembut, mendekati Fahira. "Bagaimana perjalanannya? Ada yang bisa Sabrina bantu?" Tanpa menunggu jawaban Fadil, Sabrina langsung mengambil alih koper Fahira yang tidak terlalu besar. Dengan perlahan dan hati-hati, ia membantu Fahira kembali ke kamarnya, menuntun istrinya itu seolah Fadil tidak ada di sana. Fadil hanya berdiri mematung di ruang tengah, meras

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status