Share

Bab 30

Penulis: Aras
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-15 18:44:16

Fahira kembali ke rumah, meninggalkan Fadil sendirian di ruang kerjanya. Fadil menghela napas panjang, merosot di kursinya. Pikirannya masih dipenuhi kerumitan pernikahannya dan harapan tipis tentang bayi tabung yang baru saja diungkapkan Fahira. Ia memijat pelipisnya, berusaha mengusir segala beban.

Tak lama kemudian, pintu ruang kerjanya terbuka tanpa ketukan. Seorang pria tinggi dengan senyum lebar berdiri di ambang pintu, membawa sebuah ransel. Mata Fadil membulat kaget. Wajah itu... sangat familiar.

"Sabian?!" seru Fadil, tak percaya.

Sabian, sahabat lamanya saat SMA, yang sudah bertahun-tahun tinggal di Norwegia, kini berdiri di hadapannya. Ini adalah kejutan yang tak pernah ia duga.

Fadil segera bangkit dari kursinya, rasa lelah dan beban seketika lenyap digantikan oleh kegembiraan yang meluap. Ia melangkah cepat menghampiri Sabian, lalu memeluk erat sahabat lamanya itu. Sebuah pelukan hangat yang penuh kerinduan, melepaskan sejenak semua tekanan yang selama ini menghimpitnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 31

    Sore harinya, Sabian sudah menunggu di lobi kantor. Ia berdiri santai, sesekali melirik pintu masuk. Ketika Sabrina muncul, ia tersenyum kecil, namun senyumnya memudar melihat reaksi wanita itu. Sabrina hanya meliriknya sekilas, lalu berjalan cepat, seolah tak peduli dengan keberadaan Sabian yang jelas-jelas menunggunya. Sabian hanya bisa menghela napas, sebuah senyum kecut terukir di bibirnya.Ia tak membiarkan Sabrina pergi begitu saja. Dengan cepat, Sabian melangkah, menarik tangan Sabrina hingga ke mobilnya yang terparkir di depan."Kenapa sih?! Sakit tahu enggak?!" seru Sabrina, mencoba melepaskan tangannya, terkejut dengan tindakan Sabian yang tiba-tiba.Sabian tak melepaskan genggamannya. "Begitukah cara menyapa mantan?" tanyanya, suaranya sedikit terluka. "Bahkan kamu nggak menjawab pernyataan aku. Dan memblokir aku di semua sosmed atau chat. Kenapa?" Ada nada menuntut dalam pertanyaannya, campuran rasa penasaran dan kekecewaan lama.Sabrina menghela napas kasar. Ia menatap Sa

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 30

    Fahira kembali ke rumah, meninggalkan Fadil sendirian di ruang kerjanya. Fadil menghela napas panjang, merosot di kursinya. Pikirannya masih dipenuhi kerumitan pernikahannya dan harapan tipis tentang bayi tabung yang baru saja diungkapkan Fahira. Ia memijat pelipisnya, berusaha mengusir segala beban.Tak lama kemudian, pintu ruang kerjanya terbuka tanpa ketukan. Seorang pria tinggi dengan senyum lebar berdiri di ambang pintu, membawa sebuah ransel. Mata Fadil membulat kaget. Wajah itu... sangat familiar."Sabian?!" seru Fadil, tak percaya.Sabian, sahabat lamanya saat SMA, yang sudah bertahun-tahun tinggal di Norwegia, kini berdiri di hadapannya. Ini adalah kejutan yang tak pernah ia duga.Fadil segera bangkit dari kursinya, rasa lelah dan beban seketika lenyap digantikan oleh kegembiraan yang meluap. Ia melangkah cepat menghampiri Sabian, lalu memeluk erat sahabat lamanya itu. Sebuah pelukan hangat yang penuh kerinduan, melepaskan sejenak semua tekanan yang selama ini menghimpitnya.

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 29

    Sabrina menatap Fadil, matanya berkaca-kaca. Ia ingin membela diri, mengatakan bahwa ini bukan keinginannya, bahwa ia juga menderita. Tapi kata-kata Fadil terlalu menyakitkan, dan ia tahu, penjelasannya tak akan mengubah apa pun. Ia hanya bisa menunduk, membiarkan air matanya jatuh tanpa suara. Tiba-tiba, pintu ruangan Fadil terbuka. Fahira muncul di ambang pintu, membawa kotak kue dan secangkir kopi. Ia tersenyum lembut, namun senyumnya memudar begitu melihat pemandangan di depannya: Sabrina yang duduk menunduk dengan bahu bergetar menahan tangis, dan Fadil yang berdiri dengan wajah dingin dan keras. Fahira menghela napas panjang, hatinya kembali teriris melihat kepedihan yang jelas terpancar di antara mereka. Fahira meletakkan kotak kue dan kopi di meja, lalu berjalan menghampiri mereka. Ia tak langsung berbicara pada Fadil, melainkan membungkukkan tubuhnya di samping Sabrina. Dengan lembut, Fahira mengusap punggung Sabrina, lalu membantunya bangkit. Jemari Fahira menyentuh pipi S

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 28

    Sabrina tiba di kantor dengan taksi, perasaan campur aduk setelah kejadian di hotel. Ia berjalan menyusuri lorong kantor, mencoba bersikap normal. Namun, ia bisa merasakan bisikan-bisikan dari karyawan lain, tatapan-tatapan penasaran yang mengikutinya. Ia tahu, kabar pernikahannya dengan Fadil pasti sudah menyebar, bahkan mungkin telah dilebih-lebihkan. Perasaan malu dan canggung menyelimutinya. Begitu ia tiba di kubikelnya, belum sempat ia meletakkan tas, sebuah bayangan familiar muncul di ambang pintu. Kamila, rekan kerjanya sekaligus teman dekatnya, masuk ke dalam kubikelnya. Wajah Kamila tampak tegang dan penuh pertanyaan. "Sabrina!" seru Kamila, tanpa basa-basi. "Ada apa ini? Gue dengar...lo menikah dengan pak Fadil? Beneran, Sab? Kapan? Kenapa mendadak sekali? Gue nggak di undang juga. Oh iya, gimana sama Mbak Fahira? Dia... dia baik-baik aja?" Rentetan pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Kamila, menuntut jawaban. Sabrina hanya bisa menghela napas, hatinya terasa s

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 27

    Pintu kamar mandi terbuka. Fadil keluar dengan ekspresi dingin yang tak terbantahkan. Ia berjalan ke arah sisi ranjang, mengambil jasnya. Sabrina masih meringkuk di sana, memandangnya dengan tatapan kosong. Tanpa menoleh atau berbalik badan, Fadil memakai jasnya. "Aku akan duluan ke kantor," ucapnya dingin. "Saya akan transfer kamu untuk pesan taksi." Ia berhenti sejenak, memejamkan mata, seolah mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. "Satu lagi, ini terakhir. Saya muak." Nada suaranya penuh keputusasaan dan penolakan yang tak tergoyahkan. Fadil berjalan keluar kamar. Ia menutup pintu dengan pelan, seolah tak ingin membuat suara. Langkahnya terasa lemas saat ia berjalan menyusuri koridor hotel yang sunyi menuju lift. Matanya berkaca-kaca, namun ia menahannya. Pikiran dan hatinya berantakan. Ia tidak mencintai Sabrina. Ia tidak suka dengan semua ini. Hatinya tercipta hanya untuk Fahira. Bahkan saat melakukan hal itu, ia membayangkan wajah Fahira. Fadil memencet tombol lift. Ia dia

  • Keturunan Untuk Suamiku   Bab 26

    Sabrina menahan perih di hatinya saat melangkah keluar rumah, membawa kotak bekal di satu tangan dan tas kerja di tangan lainnya. Ia melihat mobil Fadil sudah terparkir di halaman. Fadil sudah duduk di balik kemudi. Dengan langkah hati-hati, Sabrina berjalan menuju pintu penumpang depan, berniat untuk menuruti permintaan Fahira agar mereka berangkat bersama.Ia berdiri di samping pintu mobil yang masih tertutup rapat, menunggu. Namun, Fadil hanya meliriknya sinis dari balik kemudi. Raut wajahnya dingin dan tidak bersahabat. Tanpa bergerak untuk membuka pintu, Fadil justru menurunkan kaca mobil sisi penumpang."Kamu nggak punya tangan buat buka pintu?" tanya Fadil dengan nada ketus, suaranya menusuk pagi yang dingin.Sabrina menghela napas, rasa sakit menjalar di dadanya. Ia menunjukkan kedua tangannya yang penuh dengan kotak bekal dan tas kerjanya. Jelas sekali ia tidak bisa membuka pintu.Melihat itu, Fadil mengusap wajahnya dengan kesal. Sebuah gerutuan kecil lolos dari bibirnya. Ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status