Share

Meet 2

****

Sedangkan itu, di lain tempat Rendi mengistirahatkan dirinya untuk menanangkan pikiran juga badannya yang terasa lemas.

"Aku harus mencarinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya." Dengan senyuman dan menyesap secangkir kopi yang sejak tadi menemani dirinya.

Matanya teralihkan pada suara pintu diketuk "iya masuk." Jawabnya agar suara yang ditimbulkan dapat berhenti.

"Maaf menggangu waktunya Pak, di luar ada yang menanyakan Bapak dan ingin bertemu." Ucap salah satu karyawan disana.

"Siapa?"

"Namanya Aldi dia bilang dia teman bapak."

"Iya betul, suruh dia masuk."

Tak lama karyawan itu pergi dan menampilkan sosok laki-laki yang bernama Aldi melangkah masuk dan duduk di kursi yang ada di depan Rendi, hanya sebuah meja besar yang menjadi pembatas diantara keduanya.

"Hey Ren kemana aja nih, dari tadi di telpon ga diangkat."

"Ada urusan apa?" terdengar dingin dan to the point karena jujur saja perasaan Rendi saat ini sangat kesal dan sebenarnya tidka ingin berbicara dengan siapapun.

"Santai dong sensi amat sih, ada kerjaan nih kira-kira ada waktu ga buat jadi pemateri di acara seminar yang di bikin organisasi tempatku, gimana ?" tawarnya antusias berharap Rendi menerima tawaran itu.

"Tentang?"

"Fotografi, setidaknya Rendi tau tentang dunia fotografi."

"Oke deh sambil belajar, kapan ?"

"Nanti di hubungin lagi oke. Kalau gitu terimakasih banget ya, aku buru-buru nih duluan ya Ren." Ucap Aldi dengan melangkahkan kakinya keluar. 

Aldi adalah salah satu teman Rendi yang cukup dekat dalam urusan bakti sosial ataupun kegiatan lainnya. Bukan hal yang aneh jika Aldi datang hanya ketika butuh bantuan saja, karena memang kenyataan sebenarnya begitu. Tapi Rendi tidak mau ambil pusing dan baginya itu tidak pernah merugikan untuk dirinya sendiri.

"Ya sama-sama."

****

Setelah beberapa hari kemudian mereka berdua tidak di pertemukan lagi, baik dalam hal saling mencari satu sama lain yang niat awalnya memang seperti itu, atau menunggu takdir untuk di pertemukan dengan tidak sengaja.

Hari ini Nadhirah harus pergi ke restorannya karena tidak mungkin ia hanya bermalas malasan setiap harinya, meskipun dengan diam di rumah pun semua kebutuhannya sudah terpenuhi dan pekerjaannya sudah ada yang menangani, tapi Nadhirah bukanlah orang yang seperti itu. Dia akan tetap bekerja dan mencari hal-hal baru di luar sana, yaa jika di pikir-pikir sebagai pelepas penat mungkin.

Nadhirah mulai menaiki mobilnya dan membelah jalanan kota Bandung dengan iringan musik yang meangalun di mobilnya sebagai pemecah suasana sepi di dalam mobil yang hanya ada dirinya yang sedang menyetir. Seketika mobilnya ia parkirkan di pinggir jalan dan melihat ada banner besar yang terpampang mengenai acara seminar. Tunggu dulu jangan salah paham, Nadhirah tidak tertarik dengan informasinya atau apa yang akan di bicarakan dalam seminar tersebut meskipun ia senang dengan hal-hal baru yang mungkin saja bias ia pelajari, tapi yapp dia lebih tertarik dengan pematerinya. Siapa lagi kalau bukan laki-laki yang beberapa hari ini Nadhirah cari.

"Wah kita bertemu lagi ternyata. Kita lihat apa yang akan kamu katakan." Monolognya di dalam mobil dan melajukan kembali mobilnya.

****

"Dalam hal fotografi mengabadikan momen adalah hal yang paling penting karena kita semua tahu bahwa waktu itu tidak akan pernah bisa di ulang. Bagiku foto itu memberikan kenangan tersendiri. Caraku bagaimana melihat dunia dan emosi yang kurasakan saat memotretnya merupakan hal yang ingin aku ekspresikan. Saat aku memotret orang, alam ataupun hewan yang aku lihat lewat lensa, aku ingin sekali menunjukkannya pada semua orang bahwa itu bukan hanya sekedar foto tapi hal nyata sumber kekuatan bagiku. Hal yang kurasakan saat ini masih ada dalam diriku dan aku masih merasakannya." Jelas pemateri panjang lebar yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rendi.

Nadhirah terdiam dan memperhatikan dengan seksama bagaimana laki-laki yang pertama kali ia temui itu memaparkan tentang fotografi. Nadhirah semakin terhanyut dalam susasana dan terus memperhatikan laki-laki tersebut, sepertinya Nadhirah mulai tertarik dengan laki-laki ini.

Laki laki itu menyadari kehadiran Nadhirah dalam seminarnya, raut wajahnya berubah menjadi emosi seolah-olah ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ada wanita yang menurutnya sangat kejam di dunia ini, meskipun ia baru bertemu Nadhirah hanya sekali setelah belasan tahun tidak bertemu, tapi pertemuan pertamanya sangat sulit untuk dilupakan. Rendi tidak tahu reaksi seperti apa yang akan Nadhira tunjukkan meskipun rencananya ini adalah hal bodoh yang mungkin akan menyakiti hati Nadhirah. Tapi tidak ada salahnya jika mencoba, untuk mengetes dan menentukan tindakan apa yang akan ia lakukan untuk bisa mendekati Nadhira. Bukan begitu ?

"Seperti halnya objek yang di foto adalah seseorang, itu memiliki refresentasi tersendiri untuk siapapun yang melihatnya." Sambungnya

Laki laki itu kemudian mengambil kamera dan memotret Nadhirah yang sedang duduk ditengah audience. Dan menampilkan hasil fotonya ke layar persentasi

"Sebagai contoh ini adalah foto potrait dimana objek utamanya adalah manusia, menurut temen-temen semuanya satu kata yang dapat menggambarkan foto tersebut."

"Cantik."

"Mandiri."

"Berwibawa."

"Pintar."

"Baik."

Semua jawaban yang audience sampaikan adalah hal positif mengenai Nadhirah tidak ada hal negatif karena hanya merefresentasikan hanya dari satu sudut pandang yaitu wajahnya dan bagaimana hasil foto yang Rendi ambil.

"Ya terimakasih atas jawaban teman-temen semuanya, bisa kita dengar bahwa setiap orang memiliki refresentasi yang berbeda saat melihat suatu foto. Lalu bagaimana jika saya mengatakan bahwa dia adalah wanita yang jahat, berhati dingin, tidak memiliki perasaan, egois." Sambungnya dengan intonasi tinggi sembari melihat wajah Nadhirah.

Nadhirah yang mendengar dan memperhatikannya hanya tersenyum sinis tanpa berkata sepatah katapun.

"Bagaimana menurut teman-temen semuanya? Apakah tidak masalah?" tanyanya pada audience.

"Menurut saya tentu tidak masalah karena itu adalah refresentasi orang yang memiliki perbedaan pendapat, tapi bukankah itu harus dilandaskan dengan fakta karena kita tidak bisa mengatakan hal negatif sepenuhnya terhadap sebuah foto. Pertanyaan saya bagaimana jika orang dalam sebuah foto tidak bisa menerima dan fotografer pasti rugi dengan komentar tersebut." Jawab  seorang audience.

"Ya betul sekali jawaban yang sangat tepat dan pertanyaan yang sangat bagus. Betul sekali bahwa kita harus melihat fakta terlebih dahulu, jangan mengomentari hanya karena kita tidak suka dengan objek yang ada dalam foto tersebut."

"Seperti salah satu foto ini kita sudah banyak mengenal bahwa dia adalah seorang narapidana berdasarkan fakta bahwa beliau telah berkorupsi uang negara sebesar 1 milyar, meskipun dalam foto tersebut ia tampak memperlihatkan kesederhanaanya, tapi karena fakta yang telah diketahui orang banyak bahwa dia adalah seorang koruptor tentu saja kata yang akan menggambarkan dalam objek foto tersebut berupa kata- kata negatif." Pungkasnya

"Saya ingin mengucapkan permohonan maaf kepada Mba cantik karena saya yakin kata-kata yang saya lontarkan sebagai refresentasi dari foto Mba tidak sama sekali mencerminkan diri Mba, bukan begitu?" tanya Rendi dengan nada menantang.

Nadhirah hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata. Justru Nadhirah semakin tertarik dengan karakter dari laki-laki ini dan ingin mencari tahu semua mengenai Rendi ini.

Tidak lama setelah itu seminar yang berlangsung selama dua jam lamanya telah selesai. Nadhirah pergi begitu saja tanpa merasa sakit hati atau mengahampiri Rendi untuk memarahinya karena tidak terima dengan kata-katanya.

Lain halnya dengan Rendi, setelah seminar ia berlalu keluar untuk mencari Nadhirah, Rendi berlari menuju parkiran untuk mengejar Nadhirah, namun nihil langkahnya kurang cepat dan Nadhirah sudah lebih dulu pergi dengan mobilnya meninggalkan tempat dan pastinya Rendi yang mematung dengan Nafas kasar.

Jangan pikir bahwa Nadhirah tidak mengetahui jika Rendi mengejarnya, tentu saja ia tahu dan sengaja menghindar, tunggu, bukan sengaja menghindar tapi lebih tepatnya ia menguji rasa penasarannya terhadap Rendi.

"Cih dasar munafik, kurasa kamu benar-benar menarik. Kuharap kita bertemu lagi, aku ingin tahu kalimat apa lagi yang akan keluar dari mulut manis itu." Monolognya diiringi dengan senyuman meremehkan dengan tangan yang bertengger di atas setir mobil.

Sedangkan di satu tempat Rendi frustasi mengacak surainya dan berlutut menyesali perbuatannya.

"Sial, kenapa aku harus bicara seperti itu, bukankah aku sudah janji pada diriku sendiri untuk selalu berada disisinya dan menjaganya, ahh bukan tapi justru aku harus mengembalikan dia seperti sedia kala. Tapi apa yang baru saja aku lakukan malah menyakiti perasaannya, dasar  bodoh." Monolognya diiringi helaan nafas kasar tanda penyesalan.

"Kuharap kita bertemu lagi. kita lihat apa yang akan terjadi." Sambungnya dengan berlalu meninggalkan parkiran dan kembali masuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status