Share

Langit Kelam Mencekam

"Hwaaaaa ... hwaaa ... hwaaa!" 

Para penduduk Centurion Land yang berada di jalanan lari tunggang langgang menghindari kejaran para penyihir yang menaiki sapu terbang mereka. 

"Dziiingg!"

"Dziinggg!"

Suara lecutan dari mantra sihir yang menguarkan cahaya bak kilat terdengar mengerikan di sela-sela teriakan manusia yang kocar-kacir mencari tempat persembunyian.

"Raja Edward Forester tak ada lagi di negeri ini. Kalian harus mematuhi pemimpin baru kalian yaitu Jenderal Derrick Karpac!" teriak Madmavis, penyihir perempuan sakti yang menjadi tangan kanan Amaraca.

Dari atas kudanya, jenderal pengkhianat itu tertawa pongah melihat rakyat Centurion Land yang ada di jalanan kota Highmerciful berlutut tunduk menyembahnya. Jenderal Derrick pun berkata, "Mulai saat ini, aku akan menggantikan Raja Edward Forester. Dia sudah mati dan tak akan kembali. Tunduklah pada pemerintahanku maka kalian akan aman!"

Di sekeliling Jenderal Derrick Karpac dan pasukan prajurit militer Centurion Land, para penyihir pengikut Amaraca melayang di atas sapu terbang. Mereka memperhatikan ada tidaknya rakyat yang protes dan membelot dari titah Jenderal Derrick Karpac yang sebentar lagi akan naik tahta menggantikan raja sebelumnya.

"Kau pengkhianat laknat, Jenderal!" teriak seorang pria bertubuh kekar yang berdiri bangkit dari permukaan tanah. Dia menudingkan telunjuknya ke Jenderal Derrick Karpac dengan gagah berani.

Dengan tatapan keji Jenderal Derrick menjawab, "Walikota Jeremy Flint rupanya. Jangan coba-coba melawanku kalau kau masih ingin hidup!"

"Cuih ... aku tak akan tunduk pada pengkhianat yang menjadi pemuja iblis. Para penyihir itu akan meminta tumbal dari rakyat Centurion Land untuk upacara pemujaan setan. TIDAK!" teriak Walikota Jeremy Flint dengan lantang yang juga disetujui oleh penduduk kota Highmerciful.

"DIAM!" hardik Jenderal Derrick Karpac pada penduduk yang riuh bergumam dan berbisik satu sama lain.

"Madmavis, bunuh dia!" titah pria keji itu mengendikkan dagunya ke arah Walikota Jeremy Flint. 

Penyihir sakti itu mencabut tongkat sihirnya dan mengacungkannya ke tubuh Walikota Jeremy Flint sambil merapal mantera pembunuh yang mematikan. Cahaya merah kehitaman memancar dari tongkatnya.

Namun dari tempat persembunyiannya, Letnan Oliver Davis segera melompat ke punggung kudanya dan memacu Stonehard agar berderap maju ke tengah pertikaian dua kubu itu. Dia menyambar lengan Walikota Jeremy Flint agar naik ke belakangnya di atas pelana kuda.

"Hiyaaa!" serunya memacu Stonehard, kuda berbulu hitam legam itu meninggalkan alun-alun kota Highmerciful.

"Terima kasih, Sir. Kau menyelamatkan nyawaku baru saja!" ujar Walikota Jeremy Flint merasakan kelegaan luar biasa. Dia nyaris mati beberapa menit lalu.

Letnan Oliver Davis menghela napas panjang, dia pun masih merasa adrenalin bergejolak di tubuhnya karena melakukan tindakan heroik nekad tadi. "Kita harus bersembunyi sementara, mereka pasti memburu kita sekarang. Coba lihat ke belakang!" serunya melawan desau angin kencang yang menerpa dirinya di atas punggung Stonehard.

"Ohh God! Kau benar, Sir. Apa yang harus kita lakukan? Para penyihir itu mengejar kita!" teriak Walikota Jeremy Flint panik saat melihat para pengejar mereka.

Tanpa berkata apa pun, Letnan Oliver Davis bergegas masuk ke Hutan Timberwood. Di sana banyak tempat yang cocok untuk bersembunyi. Semak-semak tumbuhan liar begitu subur dan pepohonan tua berusia berabad-abad tak terjamah. 

Ursula yang memimpin pengejaran itu berhenti di tengah hutan dan berkata ke teman-teman penyihir lainnya, "Sialan, mereka cepat sekali menghilang. Kita kembali saja ke kota Highmerciful!"

Para penyihir lainnya segera berbalik arah mengikuti Ursula. Mereka tak mengetahui bahwa kedua pria itu bersembunyi dan mengamati segerombolan penyihir dengan sapu terbang tersebut dari balik semak-semak tinggi.

Walikota Jeremy Flint menghela napas lega, dia lalu bertanya, "Kita belum berkenalan, aku Jeremy!"

"Aku Oliver Davis, nampaknya kita berada di kubu yang sama. Aku tak ingin diperintah oleh pengkhianat itu juga. Jenderal Derrick bekerja sama dengan gerombolan Amaraca untuk naik tahta, sungguh memalukan!" ujar letnan muda berusia awal dua puluh tahun itu dengan ekspresi jijik.

"Persoalannya, apa benar Raja Edward Forester telah tewas seperti kata mereka? Lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang, hanya berdua saja?" sahut Jeremy merasa risau dengan situasi yang serba sulit ini.

Mereka berdua sama-sama duduk terdiam di atas tanah di tengah hutan memikirkan langkah selanjutnya. 

Sementara itu di tengah alun-alun kota Highmerciful terjadi peristiwa penting. Jenderal Derrick Karpac menerima pelantikan sebagai raja baru Centurion Land dari Cardinal Peter Kremlin. 

"Dan sekarang demi nama Tuhan Pencipta Langit dan Bumi, aku Cardinal Peter Kremlin mengangkatmu, Derrick Karpac sebagai raja yang sah atas Kerajaan Centurion Land di hadapan segenap rakyat dan orang-orang suci!" tutur pemimpin agama tertinggi di Centurion Land tersebut sambil menumpangkan pedang di atas kepala dan bahu Jenderal Derrick Karpac yang berlutut di tanah.

Beberapa pria dan wanita yang menyaksikan pelantikan raja baru Centurion Land tidak setuju atas pengkhianatan keji terhadap raja sebelumnya yang dibiarkan dan justru ditahbiskan sebagai raja baru oleh sang cardinal. Namun, mereka tetap menahan diri untuk mempersiapkan kudeta di waktu berikutnya.

"Hidup Raja Derrick!" seru para penyihir kompak.

"Hidup! Panjang umur bagi raja!" sahut para prajurit militer yang dipimpin Letnan Lucatoni Vargas. 

Seringai puas atas jabatan terhormatnya yang baru menghiasi wajah Raja Derrick Karpac. Dia mengenakan mahkota emas bertatah batu Amethys dan Saphire yang telah dipersiapkannya jauh hari secara diam-diam. Di hadapannya segenap rakyat dan pasukan militer bersujud menyembah dirinya.

"Wahai rakyatku, aku berjanji akan membuat negeri ini aman dan makmur!" tuturnya dengan nada congkak dan mata berkilat tamak. 

Seusai acara pelantikan raja yang baru, rombongan itu pun kembali ke istana. Palazzo Vrindavan berganti penghuni. Raja Edward Forester tak lagi duduk di tahta kebesarannya dan kini ditempati singgasananya oleh Raja Derrick Karpac.

"HA-HA-HA. Akhirnya setelah menunggu lama, tahta ini jatuh ke tanganku juga!" Tawa Raja Derrick bergema di ruang parlemen megah yang kosong. 

Hanya beberapa pengikut setia Raja Derrick yang berada di hadapannya. Sisa pejabat penting kerajaan melarikan diri dan memutuskan untuk bergerilya melawan kubu pemerintah yang baru.

"Ohh ... jadi Perdana Menteri Andres Wilbur memilih untuk tidak memihakku? Jenderal Lucatoni Vargas, perintahkan kepada pasukan prajurit untuk menyeret semua pejabat tinggi kerajaan dan keluarga bangsawan yang menolak hadir di pesta perayaan pelantikan raja baru nanti malam. Besok siang kita akan adakan eksekusi massal di alun-alun kota Highmerciful untuk para pembelot!" titah Raja Derrick dengan tiran. 

"Tentu, Your Majesty. Saya akan laksanakan perintah Anda segera!" jawab Jenderal Lucatoni Vargas tanpa membantah sedikit pun. 

Undangan pesta segera dibuat dan dikirimkan ke semua kediaman pejabat tinggi Kerajaan Centurion Land. Tak terkecuali Perdana Menteri Andres Wilbur yang menolak menghadap raja yang baru di Istana Palazzo Vrindavan siang ini.

Pria berusia empat puluh tahun dengan sebagian rambutnya yang telah beruban itu menggenggam surat undangan pesta. Dia menatap langit kelam di Centurion Land dari jendela ruang kerja kediamannya. "Raja Edward Forester belum mati. Lapisan kristal perisai pelindung di angkasa itu buktinya. Di manakah Yang Mulia sekarang?" ujarnya seraya menghela napas berat. 

Perdana Menteri Andres Wilbur pun duduk lalu menulis di meja kerjanya beberapa surat untuk para ksatria yang akan dikirim dengan burung hantu pengantar surat di mana pun mereka berada. Tugas mereka adalah menemukan dan membawa Raja Edward Forester kembali ke Istana Palazzo Vrindavan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status