Share

BAB 19

Penulis: Wendy081104
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 09:23:33

Edward berdiri di tepi ranjang, dada bidangnya naik-turun dengan napas berat, sementara sorot matanya tak pernah lepas dari tubuh mungil Ophelia yang kini meringkuk di tengah ranjang. Rambutnya berantakan, bibirnya bengkak, leher dan bahunya penuh bekas merah yang Edward tinggalkan dengan sengaja, bukti bahwa Ophelia adalah miliknya.

Bibir Edward melengkung tipis, senyum puas bercampur gelap. “Begitu cantik…” suaranya serak rendah, nyaris seperti erangan yang tertahan. “Bahkan saat menangis pun, kamu tetap mempesona di mata saya, Amor.”

Ophelia memalingkan wajahnya, air mata masih menetes, tubuhnya masih bergetar antara marah dan takut. Namun Edward bisa melihat dengan jelas, dari cara dadanya naik turun, dari caranya memeluk tubuhnya sendiri, bahwa setiap sentuhannya tadi masih tertinggal di kulit dan ingatan perempuan itu.

Dengan tenang, Edward mengambil selimut hitam tebal di sisi ranjang. Perlahan, ia menariknya, menutupi tubuh Ophelia. Gerakannya penuh kontras, setelah begitu kas
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • King of Trouble   BAB 25

    Edward menurunkan Ophelia perlahan, hingga kedua kaki perempuan itu menyentuh lantai marmer yang dingin. Tangannya masih menahan pinggang Ophelia, seakan takut perempuan itu akan kabur bahkan dalam sekejap. Suasana kamar hanya diterangi cahaya lampu temaram, membuat bayangan tubuh mereka menempel di dinding. Napas Edward berat, teratur namun sarat tekanan. Sedangkan Ophelia masih bisa merasakan dingin dari danau menempel di kulitnya, kontras dengan panas yang terpancar dari tubuh pria itu.“Kenapa kamu selalu membuat saya seperti ini, Ophelia?” suara Edward dalam, parau, seolah penuh frustasi.Ophelia menunduk, tangannya mengepal di sisi gaun tipis yang ia kenakan. “Aku hanya ingin sedikit ruang untuk bernapas.”Edward mendekat, dagunya menunduk tepat di samping wajah Ophelia. Tangannya naik ke rahang halus itu, menahannya agar Ophelia menatap matanya. Sorot biru yang dingin kini terbakar, bercampur dengan obsesi yang liar.“Ruang untuk bernapas?” Edward terkekeh pelan, getir. “Saya b

  • King of Trouble   BAB 24

    Terhitung sudah enam hari Ophelia tidak pernah masuk ke kampus lagi. Edward bahkan menyita ponsel, ipad dan laptop Ophelia, tidak membiarkan perempuan itu memegang benda elektronik lainnya. Satu-satunya hal yang bisa di lakukan Ophelia adalah menghabiskan waktunya di perpustakaan pribadi pria itu. Setidaknya Ophelia tidak jenuh karena terkurung di mansion ini seperti tahanan sel.Seperti sekarang, setelah Alura membuat keributan besar hari itu, dan berakhir pergi dari mansion ini, Ophelia menghabiskan waktunya di perpustakaan Edward. Entah sudah berapa banyak buku yang ia baca. Ophelia tidak tahu, bahwa dunia di luar sana sedang membicarakan dirinya.Rak-rak buku menjulang tinggi, berlapis kayu mahoni gelap, aroma kertas tua bercampur dengan wangi tembakau samar yang masih melekat di udara. Ophelia duduk bersila di sofa empuk dengan buku tebal di pangkuannya. Matanya menelusuri setiap halaman, tapi pikirannya melayang ke banyak arah.“Aku bosan.” batin Ophelia, sambil menutup buku di

  • King of Trouble   BAB 23

    “LEPASKAN! KALIAN TAHU SIAPA AKU?” Alura berdiri dengan angkuh tepat di depan pintu kediaman Edward, sikapnya yang kasar itu membuat kepala pelayan harus turun tangan.“Anda butuh sesuatu, nona Addison?” tanya kepala pelayan sopan.”Kamu masih tanya padaku? Aku ingin masuk ke dalam dan bertemu dengan perempuan itu.” bentak Alura, ia menatap kepala pelayan penuh benci.Alura melangkah masuk dengan kasar, mendorong kepala pelayan yang mencoba menghalangi. Tumit stiletto-nya menghentak lantai marmer, bergema di ruang tamu besar itu. Wajahnya dingin, namun matanya penuh api kemarahan. “Ophelia!” panggilnya lantang, suaranya nyaris seperti racun.Ophelia yang kebetulan akan turun untuk membawa nampan sarapan yang di bawakan Yana tadi, berhenti tepat di tangga menuju lantai satu yang langsung terhubung dengan ruang tamu, karena mendengar suara kakak perempuannya. Bukan suara yang sopan, melainkan teriakan penuh benci yang terpendam. Menarik napasnya pelan, Ophelia menuruni tangga perlahan.

  • King of Trouble   BAB 22

    Tatapan Edward yang awalnya dipenuhi obsesi perlahan berubah dingin dalam satu detik. Matanya menyipit tajam, seperti singa yang baru menemukan tanda cakaran di tubuh mangsanya. Jemarinya terulur, menyentuh kulit pucat Ophelia yang tersingkap karena resleting terbuka. “Apa ini?” suaranya rendah, nyaris seperti geraman.Sentuhan dingin itu membuat Ophelia tersentak. Ia buru-buru menghindar, tubuhnya gemetar kecil. Gaun hitamnya hampir jatuh, terpaksa ia menahan dengan kedua tangan, menutupi dirinya sekenanya. Napasnya memburu, wajahnya pucat. Edward tetap diam, namun sorot matanya tak beranjak dari bekas luka itu, panjang, membentang di sepanjang punggung halus yang seharusnya sempurna. Bekas luka itu tidak mungkin diabaikan.“Ophelia…” suara Edward merendah, tapi tidak ada lagi nada menggoda. Hanya ada dingin dan tajam. “Siapa yang melakukannya?”Ophelia menggeleng cepat, matanya bergetar. “Bukan urusanmu.” Ophelia menggigit bibirnya pelan, ia lengah. Seharusnya ia tidak membiarkan pr

  • King of Trouble   BAB 21

    Mobil melaju tenang di jalanan kota yang masih ramai dengan lampu malam, tapi di dalam mobil itu, atmosfer benar-benar berbeda. Sunyi. Ophelia bersandar ke jendela, kepalanya setengah menunduk, tangannya memeluk lutut yang sudah ia naikkan ke kursi. Gaun hitamnya masih melekat, namun terasa berat. Edward duduk di sampingnya, tenang, tangan kirinya bersandar santai di sandaran kursi.Edward menoleh pelan, memperhatikan cara Ophelia meringkuk di kursi, seolah ingin menghilang dari dunia. Bibirnya melengkung samar, bukan senyum manis, melainkan sesuatu yang lebih dalam—lebih berbahaya. Ia menggeser tubuh sedikit, condong ke arah Ophelia. Suara rendahnya memecah keheningan, serak, tapi penuh perintah.“Turunkan kakimu, Amor.”Ophelia menoleh cepat, kaget. “A… apa?”Edward menyipitkan mata, jemari panjangnya bergerak ringan, menepuk pahanya sendiri. “Ke sini.”Ophelia membeku, jantungnya berdetak kacau. “Ada Noah di depan.” ungkap Ophelia, setengah panik.”Biarkan dia.” Edward menyela data

  • King of Trouble   BAB 20

    Mobil yang membawa Edward dan Ophelia, berbelok masuk ke kediaman utama keluarga Dolton, yang berada tepat di pusat kota. Ophelia mendengar dari Noah, bahwa hari ini adalah ulangtahun pernikahan pasangan Dolton. Ophelia menarik napas sepelan mungkin, saat mobil mereka berhenti tepat di depan pintu kediaman utama Dolton. Di dalam mobil, Ophelia sudah mendengar alunan musik orkestra klasik, piano dan biola berpadu indah.Pintu mobil dibuka oleh Noah, dan udara dingin bercampur wangi mawar segar dari taman menyergap masuk. Edward keluar lebih dulu, jas hitamnya berkilau halus, tubuh tegapnya membuat semua mata tamu yang menunggu di tangga segera beralih padanya. Namun, yang membuat kerumunan benar-benar terdiam adalah ketika Edward menoleh, lalu mengulurkan tangan dengan penuh kuasa. Dari dalam mobil, Ophelia muncul. Gaun hitam berpotongan tinggi itu melekat sempurna di tubuh mungilnya, membuat setiap langkah tampak bagai tarian terlarang. Rambutnya tergerai lembut, kulit pucatnya kontra

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status