Share

Bab 10

Author: Joana
"Kamu benar-benar tak tahu malu!"

Wajah Ares menggelap, dia mengangkat tangan dan hendak menampar Aurora. Namun, sebelum tangannya sempat mendarat, seseorang sudah lebih dulu menahannya.

Zayden muncul tepat waktu.

Dia sedikit menyipitkan mata. Belum sempat dia bicara, Ares sudah terlihat gentar, tetapi tetap bersikeras dan berkata, "Paman, kamu sendiri sudah dengar apa yang dia katakan tadi, bukan? Perempuan ini memiliki niat buruk terhadapmu. Jangan sampai kamu tertipu oleh wajahnya yang berpura-pura. Dia berhati busuk, dan baru saja keluar dari penjara hari ini!"

Belum pernah Ares semarah ini.

Begitu tahu Aurora akan bebas, dia langsung terpikir hal-hal buruk. Dia membayangkan Aurora akan terus menempelinya dengan dalih Kael, mencari alasan untuk mendekat.

Namun, dia sama sekali tak menyangka yang pertama Aurora dekati malah pamannya sendiri,

Zayden Ranjaya!

Pria yang seperti dewa.

Keluarga Anandara punya kedudukan tinggi, dan Ares dikenal sebagai pewaris keluarga, juga dikenal sebagai putra mahkota Jinara. Wajahnya rupawan, dari kecil sudah jadi pusat perhatian.

Dia tak takut siapa pun, kecuali satu orang, yaitu pamannya, Zayden.

Saat Elira memberitahunya bahwa setelah keluar dari rumah Keluarga Guntara, Aurora justru mencari Zayden, Ares awalnya tidak percaya. Namun, begitu dia datang dan melihatnya dengan mata kepala sendiri, ternyata itu memang benar!

Aurora benar-benar ada di sini!

Namun, hal yang paling tak bisa dia terima adalah kenapa pamannya mau menerima Aurora?

Apa yang sudah dilakukan Aurora sampai bisa membuat Zayden bersedia menampungnya?

Aurora dulunya adalah tunangannya. Paman pun tahu semua ini.

Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara sudah berteman dekat sejak zaman kakek, bahkan sudah menjodohkan mereka sejak kecil. Namun, setelah Elira diculik, Keluarga Guntara mengadopsi Aurora, dan sejak saat itu dia terus menempel pada Ares, memanggilnya Kak Ares.

Mereka tumbuh bersama, tetapi Ares tahu betul bahwa Aurora hanya anak angkat, seorang putri palsu.

Meskipun Aurora terus mengejarnya dengan muka tebal dan semua orang tahu dia tergila-gila pada Ares, Ares sendiri tak pernah mengakui status resmi apa pun untuknya. Sebab darah murni itu masih jadi penghalang.

Meski begitu, di mata keluarga dan orang-orang sekitar, Aurora sudah dianggap sebagai tunangannya. Bahkan Aurora sendiri pun mengira begitu.

Namun sekarang, perempuan yang dulu hanya fokus padanya, malah menatapnya seolah dia orang asing.

"Ares, apa salahku padamu?"

Aurora menarik napas dalam-dalam. Matanya memerah, dan menahan isak, "Kalau ini tentang Kael, serahkan hak asuhnya padaku. Dengan begitu kamu bisa menikah lagi tanpa beban."

Dia tahu Ares tidak suka Kael. Saat itu karena dia dipenjara, Ares pasti terpaksa menerima Kael.

Sekarang Ares bertunangan dengan Elira, dan Elira tentu tak mau menjadi ibu tiri Kael. Mungkin itu juga alasan mereka belum menikah.

"Kael itu anakku. Aku tidak akan menyerahkan hak asuhnya padamu. Lagi pula, dengan kondisimu sekarang, kamu mau bawa Kael hidup di jalanan? Atau kamu mau pakai dia untuk memeras uang dari Keluarga Anandara?"

Perkataan Ares sangat menyakitkan.

Aurora merasa napasnya terhenti, dan dadanya nyeri luar biasa.

Apakah di mata Ares, dia hanya wanita sebusuk itu?

Dia tidak pernah menginginkan sepeser pun dari Keluarga Anandara.

Saat masih di penjara, dia sempat berpikir untuk tidak mempertahankan Kael. Bagaimanapun, dia adalah mantan narapidana. Dia merasa tidak layak jadi seorang ibu, takut anaknya akan malu.

Akan tetapi, saat itu Shelly memberi tahu Ares menyuruhnya untuk mempertahankan anak itu.

Waktu itu, dia sangat tersentuh. Dia pikir Ares masih peduli padanya. Namun, siapa sangka, tak lama kemudian Ares malah bertunangan dengan Elira.

"Itu masalah kalian berdua, jangan ribut di rumahku."

Tiba-tiba, suara laki-laki yang dingin dan dalam terdengar. Ada wibawa yang sulit dilawan dalam suaranya. Itu suara Zayden.

Wajah Ares langsung berubah, lalu dia segera meminta maaf. "Maaf, Paman. Aku telah merusak suasana. Aku akan segera membawanya pergi, agar Aurora tidak mencemari tempatmu."

Selesai bicara, dia menarik pergelangan tangan Aurora dan bersiap menyeretnya keluar, tetapi lagi-lagi dihentikan.

Dia menyaksikan sendiri pamannya, Zayden, menarik tangan Aurora dari genggamannya. Tak lama kemudian, Zayden membuka mulut dan berbicara dengan suara dingin, "Dia harus tinggal malam ini."

"Paman…"

Mata Ares terbelalak tak percaya. Dia menatap Zayden penuh emosi. "Jangan tertipu olehnya!"

"Elric butuh dia. Malam ini dia hanya akan menemani Elric tidur."

Zayden berkata ringan, lalu menoleh ke arah Aurora dan bertanya, "Kamu mau pergi bersamanya atau tetap tinggal? Pilih sendiri."

Tanpa ragu, Aurora menjawab, "Tuan Zayden, aku sudah janji untuk menemani Elric. Aku tentu akan menepati janji itu."

"Bagus."

Zayden mengangguk puas, lalu menoleh pada Ares. "Kamu boleh pergi sekarang."

Wajah Ares semakin gelap. Dia berdiri kaku tanpa bergerak sedikit pun.

"Apa perlu aku telepon ibumu?"

Zayden kembali bicara.

Baru setelah itu Ares bereaksi. "Paman, jangan! Aku pergi sekarang."

Dia pun berbalik dan pergi dengan enggan.

Namun sebelum keluar dari pintu, dia masih sempat melempar kalimat penuh emosi. "Aurora, jangan lupa kamu masih punya anak kandung! Besok datang ke rumah Keluarga Anandara dan temui aku!"

Setelah itu, dia pergi tanpa menoleh lagi.

Aurora menunduk, berdiri kaku di tempat dengan tubuh yang terasa membeku.

Meskipun kisahnya dengan Ares sudah berakhir dan kini Ares bertunangan dengan Elira, dia masih merasa ada satu hal yang mengikat mereka, yaitu Kael. Demi anak itu, dia berharap hubungan mereka bisa tetap harmonis, setidaknya sebagai teman. Semua dia lakukan demi kebahagiaan dan kestabilan emosional Kael.

Akan tetapi, lihatlah sekarang. Baru saja keluar dari penjara hari ini, sudah berantakan seperti ini dengan Ares. Bagaimana mungkin mereka bisa rukun di masa depan?

Mungkin satu-satunya jalan adalah mendapatkan hak asuh atas Kael.

Namun…

Itu bukan jalan yang mudah.

Pertama, Kael sangat menolak dirinya. Bahkan merasa jijik karena dia tidak punya uang.

Kalau ingin Kael memilihnya secara sukarela, maka dia harus punya uang!

Kael sebenarnya tidak salah. Dia sudah terbiasa hidup mewah. Bagaimana mungkin bisa tahan hidup susah?

Dia tidak boleh menyalahkan Kael. Kalau dirinya saja tidak mampu menghidupi diri sendiri, bagaimana bisa menghidupi Kael?

Jadi, kalau ingin Kael menerima dirinya, dia harus punya uang. Dia harus bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Kael, jangan sampai Kael hidup sengsara.

"Tadi yang kamu ucapkan, kuanggap tidak pernah terjadi. Tapi jangan ulangi lagi."

Tiba-tiba Zayden berbalik menatapnya. Tatapannya dingin seperti es, penuh peringatan.

Aurora terkejut, buru-buru menjelaskan, "Maaf, Tuan Zayden. Itu hanya ucapan emosi. Aku tidak akan bicara sembarangan lagi."

Dia tahu yang dimaksud Zayden adalah ucapannya pada Ares soal ingin jadi bibinya.

"Anda tenang saja. Aku sama sekali tidak berniat menggoda Anda." Aurora bicara dengan sungguh-sungguh. "Karena aku sudah janji untuk menjaga Elric malam ini, aku pasti akan menepatinya. Besok pagi, setelah Elric bangun, aku akan pergi."

"Aku tidak akan mengganggu Anda lagi…"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status