Kini Aku Jadi Tantemu!

Kini Aku Jadi Tantemu!

By:  JoanaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
100Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aurora adalah putri palsu Keluarga Guntara, yang terpaksa menanggung kesalahan putri kandung mereka, Elira, dan menggantikannya dipenjara selama lima tahun. Setelah dibebaskan, keadaan berubah total. Mantan kekasihnya, pewaris keluarga terpandang dari Jinara, menjadi tunangan Elira. Nevan, putra Keluarga Guntara sangat takut dia akan merusak pernikahan Elira, sehingga dia menyalahkan dan menghina dia dengan berbagai cara, selalu memihak Elira. Sementara itu, putra yang selalu dia rindukan malah memanggil orang lain sebagai ibu dan telah tumbuh menjadi anak yang bermasalah. Di tengah kelelahan mental dan fisik Aurora, dia tanpa sengaja terlibat dengan sosok yang dihormati semua orang itu... Konon, bersandar pada pohon besar itu nyaman. Dia memberinya cinta yang tak terbatas, memberinya keberanian untuk merangkak kembali dari neraka paling gelap. Kemudian, selain statusnya sebagai Nyonya Ranjaya, dia juga bukan lagi Aurora. Dia memiliki suami yang sempurna, putra yang lucu, dan keluarga baru yang sangat mencintainya. Barulah kemudian dia perlahan memperbaiki luka fisik dan emosionalnya, dan melihat hidupnya makin membaik... "Aurora, maukah kamu kembali?" "Aku tidak akan... kembali lagi." Mantan kekasihnya dan Keluarga Guntara berlutut di depannya memohon maaf. Mereka sangat menyesal dan memintanya agar dia sudi menoleh walau hanya sekilas. Akan tetapi, semuanya sudah terlambat...

View More

Chapter 1

Bab 1

Di musim hujan badai, hujan deras mengguyur.

Gerbang Penjara Wanita Jinara perlahan terbuka.

Aurora Guntara, mengenakan kaus putih dan celana jins model usang, berjalan keluar dengan langkah goyah. Dia tidak membawa payung, membiarkan air hujan membasahi wajahnya yang polos tetapi tirus.

Dari mobil hitam di pinggir jalan, seorang pria bertubuh tinggi keluar. Dia membawa payung dan berjalan ke arah Aurora. Saat dia tiba di depannya, ekspresinya sedikit tertegun, "Sudah lima tahun, Aurora, kamu makin kurus."

"Ayo ikut aku pulang. Ibu sudah menyiapkan meja penuh makanan. Semua orang sedang menunggumu."

Baru kemudian Aurora perlahan mengangkat kepalanya, menatap pria di depannya, dan sudut bibirnya melengkung membentuk senyum mencela diri sendiri. "Tuan Nevan, tidak perlu kamu repot-repot."

"Keluarga Guntara bukan rumahku, aku tidak perlu kembali."

Dia mengatakan itu dengan tegas, berbalik dan hendak pergi, tetapi pria itu menarik lengannya dengan kuat. "Aurora, apa yang kamu lakukan! Kamu baru saja keluar dari penjara. Kamu bahkan belum lulus SMA. Tanpa perlindungan Keluarga Guntara, bagaimana kamu akan hidup?"

"Aku punya tangan dan kaki, dan aku juga ada belajar keterampilan di penjara."

Aurora menceritakan semuanya dengan suara datar, tanpa intonasi. Seolah-olah yang berbicara bukan manusia, melainkan robot tanpa perasaan.

Melihat sikap dinginnya, amarah Nevan memuncak. Dia membanting tangannya. "Baik! Aku tahu kamu menyimpan dendam pada kami. Tapi utangmu pada Elira belum lunas! Lagian kami sudah mengurus semuanya di penjara. Mereka tidak akan menyulitkanmu. Dan setelah kamu bebas, kami akan tetap menghidupimu. Apa itu masih belum cukup?"

"Apa utangku padanya?" Mata Aurora berkaca-kaca, tetapi hujan terlalu deras, sehingga sulit dibedakan antara air mata dan air hujan.

Dia adalah anak angkat Keluarga Guntara, seorang putri palsu, sedangkan putri asli adalah adik perempuannya yang bernama Elira.

Elira diculik oleh musuh keluarga saat kecil. Orang tua Keluarga Guntara yang sangat merindukan putri mereka mengadopsi dirinya dari panti asuhan. Kemudian, Elira ditemukan kembali. Karena dia telah mengalami banyak kesulitan di luar, orang tua Keluarga Guntara sangat memanjakannya.

Aurora tidak pernah mengeluh sedikit pun tentang ini. Dia bisa diadopsi oleh Keluarga Guntara yang terhormat di Jinara saja, sudah seperti burung pipit yang berubah menjadi burung phoenix. Setelah Elira kembali, dia bahkan selalu memikirkan Elira, tetapi yang tidak dia duga adalah…

Elira memiliki sifat yang buruk. Dia terus-menerus menjebaknya dan memfitnahnya tanpa henti. Setiap kali membuat masalah di luar, Elira selalu menyalahkannya, dan Aurora selalu memilih diam dan menahannya.

Namun segalanya berubah ketika Elira menyebabkan kematian seseorang. Alih-alih menindak Elira, Keluarga Guntara justru meminta dirinya menanggung seluruh kesalahan.

"Bukan salahku Elira diculik oleh musuh Keluarga Guntara. Semua penderitaan yang dia alami selama bertahun-tahun juga bukan tanggung jawabku."

Aurora menarik napas dalam-dalam, tidak ingin berdebat lagi. Lima tahun lalu, dia sudah melihat semuanya dengan jelas. Dia hanyalah bidak catur di tangan Keluarga Guntara.

Bahkan mengadopsinya pun demi keuntungan. Mereka memilih dirinya yang berpenampilan terbaik di antara banyak gadis, sebagai persiapan untuk perjodohan keluarga di masa depan.

Saat kecil dia tidak menyadarinya, dia mengira dirinya sudah mendapatkan keluarga.

"Aku tahu kamu membenci kami karena meminta kamu menanggung kesalahan. Tapi, apa kamu tidak ingin bertemu Kael?"

Nevan mengubah nadanya, dan sikapnya menjadi lebih lembut. "Bagaimanapun, kamu adalah ibu kandung Kael, sekarang dia ada di Keluarga Guntara, dan Ares juga ada."

"Tentu saja, aku harus mengingatkanmu kalau tunangan Ares sekarang adalah Elira."

Aurora tiba-tiba terkejut. "Kael…"

Itu adalah putra yang dia lahirkan di penjara setelah sepuluh bulan mengandung. Akan tetapi, setelah lahir dia dibawa kembali ke Keluarga Anandara.

Sedangkan Ares, putra Keluarga Anandara, pewaris keluarga terpandang di Jinara yang terkenal adalah mantan tunangannya.

"Aku akan pergi sendiri ke Keluarga Guntara."

Aurora menggunakan kata "pergi", bukan "kembali".

Dia dengan dingin melirik mobil hitam yang familier itu. Dulu, Nevan, kakaknya, sering mengantar jemput dia ke sekolah dengan mobil itu. Namun, sekarang dia tidak ingin lagi duduk di mobil itu.

"Aku tidak mau naik mobilmu lagi," katanya datar, seolah-olah itu bukan urusannya.

"Aurora, kamu!" Nevan sangat marah, mengangkat tangan dan bersiap menamparnya.

Aurora mendongak, menunggu tamparan itu mendarat. Dia tidak akan melawan, menganggapnya sebagai balasan atas kebaikan Keluarga Guntara yang telah membesarkannya selama 14 tahun.

Dia diadopsi oleh Keluarga Guntara sejak usia empat tahun, dan masuk penjara pada usia delapan belas tahun, total empat belas tahun.

"Bagus sekali. Ini di pinggir kota, tak ada taksi, dan kamu bahkan tidak punya uang sepeser pun. Aku ingin lihat, bagaimana caranya kamu bisa pulang!"

Nevan sangat membenci sikap angkuh Aurora. Dia ingin gadis itu sadar, tanpa Keluarga Guntara, dirinya bukan siapa-siapa. Hanya dengan cara itu, Aurora akan kembali datang merendah dan bersikap manja seperti dulu.

Dia bahkan tidak meninggalkan payungnya, dan langsung pergi mengendarai mobilnya.

Melihat mobil hitam itu perlahan menghilang dari pandangannya, Aurora justru merasa lega. Entah mengapa, seolah ada beban berat yang terangkat dari tubuhnya. Meskipun seluruh tubuhnya basah kuyup dan menggigil kedinginan, rasanya tak sedingin hatinya lima tahun lalu, saat Keluarga Guntara memintanya menanggung kesalahan yang bukan miliknya.

Namun setelah berjalan terseok-seok cukup lama, barulah Aurora menyadari bahwa ucapan Nevan tidak salah.

Penjara itu terletak di lereng gunung, jauh dari pusat kota. Sepanjang jalan yang dilaluinya, tak ada satu pun mobil atau orang yang terlihat. Bagaimana dia bisa kembali ke kota? Bagaimana dia bisa pergi ke rumah Keluarga Guntara untuk bertemu Kael?

Lima tahun dia terputus dari dunia luar, waktu yang cukup lama untuk mengubah siapa pun.

Dulu, Aurora adalah gadis yang percaya diri dan penuh semangat. Kini, dia hanya bayangan dirinya yang dulu, letih, terengah, dan penuh luka.

Di balik jeruji, bukan perlakuan istimewa yang dia terima, seperti yang Nevan katakan. Yang ada, dia menjalani kehidupan layaknya di neraka.

Andai bukan karena Kael, mungkin dia sudah lama tiada.

Hanya karena memikirkan Kael, dia terus bertahan. Meski tubuhnya nyaris tak sanggup lagi melangkah. Dengan sisa tenaga, dia menuruni gunung perlahan. Langit mulai menggelap, tetapi belum ada satu pun kendaraan yang melintas.

Bahkan untuk sekadar menumpang pun, dia tak punya kesempatan.

Penyakit-penyakit yang dideritanya sejak di penjara terus menyiksa tubuhnya. Kini, tubuhnya diguyur hujan, menggigil dan lemah. Setiap langkah terasa seperti menginjak jarum. Nafasnya memburu, napas dan lelah berpacu bersama dingin yang menusuk. Keringat dan air hujan bercampur jadi satu, tapi Aurora terus berjalan.

Di saat seperti ini, dia bahkan sempat menyesal. Hanya demi harga diri yang tak seberapa, dia menolak menumpang mobil Nevan.

Tepat saat itu, seberkas cahaya menyinari jalan. Aurora melihat sebuah mobil melintas. Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari ke depan dan merentangkan tangan, mencoba menghentikannya.

Ciiit!

Mobil itu tak sempat menghindar. Rem diinjak mendadak, berhenti hanya beberapa inci dari tabrakan.

Aurora terjatuh ke tanah karena kaget.

"Tuan Zayden, Tuan Muda tidak apa-apa?"

Ryan Susanto buru-buru menoleh ke belakang, memeriksa kondisi dua penumpang di kursi belakang.

Zayden hanya melirik ke luar jendela sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. Tatapannya jatuh pada wajah bocah kecil di pelukannya. Anak itu tanpa ekspresi, matanya kosong sambil terus memainkan kereta mainan di tangannya.

"Turun dan lihat," perintahnya.

Ryan mengangguk, segera turun dari mobil, lalu bergegas membantu Aurora yang tergeletak di tanah.

Tubuh Aurora sudah lemah. Setelah jatuh tadi, dia nyaris tak bisa berdiri. Saat Ryan mencoba membantunya, tubuhnya goyah.

Ryan mengernyit curiga, mengira Aurora sedang berpura-pura. Dengan nada kesal, dia berkata, "Kalau mau menipu, bukan begini caranya. Kamu tahu tidak siapa yang duduk di mobil itu? Saranku, cepat pergi sebelum kamu benar-benar celaka."

Aurora menatapnya penuh harap, lalu memegang erat lengannya. seolah sedang meraih satu-satunya harapan yang tersisa.

"Apa kalian akan kembali ke kota? Bisa... bisa beri aku tumpangan?" tanyanya lirih.

Ryan hampir tersentak mundur. "Apa wanita ini gila?"

Tenaga Aurora sudah nyaris habis. Seluruh tubuhnya terasa bergantian dingin dan panas, menggigil tak terkendali. Dia jatuh berlutut, memohon dengan suara lemah, "Tolong… tolong. Kamu cukup antarkan aku ke Jalan Damai saja…"

Meminta belas kasihan dengan cara paling merendahkan diri bukanlah hal asing bagi Aurora.

Bertahun-tahun dia melakukannya dengan wajah tanpa ekspresi, karena wajah dan harga diri, semuanya telah lama dia tanggalkan.

Ryan, pria yang dimintainya tolong, tampak jelas terganggu. Dia menghela napas panjang, frustrasi.

Aurora memang wanita, karena itu dia ragu untuk menendangnya atau sekadar mendorongnya pergi. Dilema menyelimuti ekspresinya.

Tiba-tiba, suara pintu mobil di belakang mereka terbuka.

Yang pertama terlihat adalah payung hitam yang terbuka, disusul sepatu kulit hitam yang berkilau. Lalu perlahan, sepasang kaki panjang melangkah keluar, mengenakan celana jas yang terpotong rapi, buatan tangan.

Zayden berjalan mendekat dengan langkah tenang sambil memegang payung. Tatapannya jatuh lurus pada kepala Aurora yang tertunduk. Dengan suara rendah dan berat, dia berkata,

"Angkat kepalamu."

Aurora mendongak. Saat tatapan mereka bertemu, matanya menyipit tajam, terkejut dan tak percaya.

Ternyata dia…
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status