Share

Bab 11

Author: Joana
Zayden tidak menanggapi ucapannya. Dia hanya memutar langkah, mengangkat Elric, lalu menaruhnya di atas ranjang. Suaranya tak lagi sedingin tadi, terdengar sedikit lembut, meski tetap serius.

"Kamu mau tidur sendiri, atau Ayah temani?"

Aurora merasa hatinya mencelos, sangat tidak nyaman.

Pasti gara-gara keributan barusan dengan Ares, Zayden jadi punya pikiran buruk tentangnya. Mungkin dia bahkan tidak percaya dengan penjelasan tadi, mengira dia punya niat tersembunyi. Karena itu, Zayden tidak membiarkannya lagi mengurus Elric.

Buktinya, dari pilihan yang dia berikan pada Elric, tidak ada dirinya.

Aurora merasa sangat canggung. Dia mulai berpikir, apakah nanti dia tetap akan diberi uang. Kalau dapat, dia bisa cari penginapan seadanya malam ini, lalu mulai cari tempat tinggal besok.

Akan tetapi, kalau Zayden memandangnya rendah dan tidak menepati janjinya, dia mungkin benar-benar harus hidup di jalanan.

Semua ini salahnya sendiri, karena tadi terlalu cepat bicara tanpa pikir panjang.

Namun, dia benar-benar marah. Dia benci Ares yang tidak percaya padanya. Mereka tumbuh besar bersama, seharusnya dia tahu seperti apa dirinya.

Kenapa Ares lebih memilih percaya Elira yang katanya tidak bersalah, dan menganggap dirinya yang bersalah?

Lebih parahnya lagi, Ares datang marah-marah karena mengira dia berniat menggoda Zayden. Makanya dia membalas dengan sebutan bibi tanpa pikir panjang.

Akhirnya malah menyinggung Zayden.

Elric duduk manis di atas ranjang, menunduk sambil memainkan jemarinya, Dia tidak menjawab pertanyaan Zayden, juga tidak menunjukkan reaksi apa pun.

Aurora merasa tidak pantas untuk tetap tinggal. Namun, sebelum pergi, dia ingin berpamitan pada Elric.

"Tuan Zayden, aku tidak mau ganggu kalian istirahat. Aku pamit dulu."

Dia melangkah ke samping ranjang dan kembali minta maaf, "Maaf sekali soal tadi. Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu. Aku sama sekali tidak ada maksud buruk."

"Elric, Kakak pergi ya. Dadah."

Aurora melambaikan tangan ke arah Elric. Namun, Zayden tidak menanggapi, dan Elric pun tidak bereaksi. Akhirnya dia hanya bisa menunduk malu, lalu berbalik menuju pintu. Saat ini, harga dirinya yang tersisa membuatnya memilih pergi.

Namun, baru melangkah beberapa langkah, suara lembut anak kecil terdengar.

"Tidak mau!"

Aurora hampir mengira dia salah dengar, karena suara Elric sangat kecil.

Akan tetapi, anak itu kembali berkata lebih keras, "Mau Kakak yang temani…"

Sekejap, mata Aurora berkaca-kaca. Hatinya seperti meleleh karena Elric.

Di saat semua orang tidak percaya padanya, meremehkannya, anak ini justru memilih dia dengan tegas.

Keyakinan yang selama ini dia cari, justru dia temukan dari seorang anak.

Zayden ikut menoleh dan melihat mata Aurora yang berair. Alisnya mengernyit, dan tenggorokannya tampak bergerak perlahan.

Ingatan samar-samar melintas di kepalanya…

Namun segera menghilang, tak bisa dipegang.

Lalu dia membuka mulut dan berkata pelan, "Kalau Elric butuh kamu, ya sudah, kamu tinggal."

Selesai bicara, dia berjalan mendekat, melewati Aurora tanpa menatap, lalu keluar dari kamar dan menutup pintu.

Suasana jadi hening. Aurora menghela napas lega. Dia hendak menuju Elric, tetapi pintu tiba-tiba terbuka lagi.

Zayden muncul lagi dan bertanya, "Kamu pakai ukuran baju berapa?"

Aurora tertegun, memandangnya bingung.

Dia tidak mengerti maksud pertanyaannya.

Zayden menatapnya dari atas ke bawah, tetapi tidak dengan cara yang aneh. Dia hanya berkata datar,

"Kamu masih pakai bajuku. Aku minta orang antar baju wanita buat kamu ya."

Aurora jadi makin canggung. Dia tertawa kecil, dan merasa malu.

Sempat terpikir aneh-aneh, tetapi cepat ditepis. Mana mungkin Zayden tertarik padanya.

"Tidak usah repot. Aku punya baju yang kupakai tadi. Pasti lagi dijemur, kan?" Aurora juga sadar baju yang dia kenakan ini milik Zayden.

Bajunya sendiri pasti basah kuyup karena kehujanan, dan setelah sadar tadi, dia juga tidak melihat baju itu. Mungkin sudah dijemur oleh pembantu yang membantunya ganti baju.

"Sudah dibuang."

Zayden menjawab singkat.

Aurora terdiam.

Dia panik. Itu satu-satunya baju yang dia punya.

Sekarang dia benar-benar jatuh miskin, bahkan tidak punya sehelai baju pun.

"Kalau begitu… terima kasih, Tuan Zayden. Ukuranku S," gumamnya sambil menggigit bibir.

Dia harus buang rasa malu dan terima bantuan Zayden. Besok dia tidak mungkin keluar rumah dengan tetap mengenakan piama pria ini.

"Hmm."

Zayden menjawab pelan lalu menutup pintu lagi.

Aurora pun berjalan ke Elric, duduk di sampingnya, dan mulai membacakan cerita. Untungnya di kamar ini ada tablet pintar, jadi dia bisa mencari cerita anak-anak. Kalau harus bercerita langsung, dia belum tentu bisa.

Setelah mendengarkan beberapa cerita, Elric mulai mengantuk. Aurora langsung membaringkannya dan menyelimuti tubuh mungil itu. Tidak lama, Elric pun tertidur pulas.

Aurora berencana mandi sebelum tidur menemani Elric. Akan tetapi, ketika masuk ke kamar mandi Elric, dia menemukan hanya ada bak mandi anak-anak. Tidak nyaman dipakai orang dewasa.

Dia pun teringat kamar tempat dia bangun tadi juga punya kamar mandi pribadi. Jadi dia keluar dengan pelan-pelan dan masuk ke kamar itu.

Karena satu-satunya baju yang dia punya hanyalah piama pria yang dia pakai, dia tidak ingin membasahinya. Maka dia melepasnya dulu di kamar, lalu mandi, dan setelah itu mengeringkan tubuhnya.

Namun, saat dia hendak mengenakan pakaian kembali…

Pintu kamar tiba-tiba terbuka.

Refleks, dia menoleh ke arah pintu.

Dan orang yang berdiri di sana adalah… Zayden.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status