Share

Bab 9

Author: Joana
Zayden melihat reaksi Elric, mengerutkan kening dan bertanya dengan dingin, "Kamu bilang kamu mau bantu dia mencari ibunya?"

Aurora tertegun sejenak, lalu mengangguk pelan.

"Ya, tadi Elric memanggil ibu, aku kira dia sedang merindukannya."

"Jangan sebut ibunya di depan dia lagi."

Zayden melangkah mendekat, lalu mengangkat Elric. Tatapannya tampak dalam dan tenang, tetapi jelas terlihat kebencian dan rasa muak tersembunyi di balik sorot matanya.

Aurora menyadari, ekspresi itu bukan ditujukan kepadanya, melainkan kepada ibu Elric.

Mantan istrinya.

Aurora langsung menebak, mungkinkah mantan istrinya telah mengkhianatinya?

Kalau bukan karena itu, mana mungkin Zayden bersikap seperti ini?

Akan tetapi, di dunia ini benar-benar ada wanita yang berani mengkhianati Zayden? Aurora sulit percaya.

Dengan status dan kedudukan Zayden, seharusnya banyak wanita yang berebut mendekatinya.

Tentu saja, dia tidak bisa menilai semua wanita sama. Mungkin mantan istrinya bukan pergi dengan sukarela. Kalau tidak, mana ada seorang ibu yang tega meninggalkan anaknya?

Aurora makin merasa iba pada Elric.

Tak ada yang lebih menyedihkan dari anak yang tak dicintai ibunya.

Mungkin karena latar belakang keluarganya yang seperti itu, Elric tumbuh menjadi anak yang berbeda.

"Maaf, aku tidak tahu keadaannya," kata Aurora meminta maaf kepada Zayden.

"Aku akan lebih berhati-hati ke depannya."

Namun begitu mengucapkan itu, Aurora mendadak terdiam.

Mungkin, ke depannya dia juga tidak akan punya kesempatan lagi untuk bertemu Elric.

Pikiran itu membuatnya sedikit murung. Akan tetapi, dia dan Elric memang tidak memiliki hubungan apa pun.

Kalau bukan karena pertemuan kebetulan ini, mereka pun tak akan punya hubungan apa pun.

"Untuk malam ini, menginaplah di sini. Aku sudah menyuruh orang mengantar uang tunai ke sini," ucap Zayden sambil menatapnya.

Aurora awalnya ingin menolak. Dia hanya mau mengambil uang lalu pergi. Akan tetapi, sekarang dia tak punya rumah.

Dia sudah tidak bisa pulang lagi ke Keluarga Guntara.

Kalau keluar malam-malam begini, dia harus keluar uang untuk sewa hotel juga.

Setelah berpikir sebentar, dia pun memberanikan diri menjawab, "Terima kasih."

Bisa menginap gratis semalam, Aurora merasa cukup berterima kasih pada Zayden.

Ternyata pria ini tidak sedingin dan sekejam yang digosipkan orang.

Namun, kemudian dia merasa malu sendiri.

Dia sudah menerima uang dalam jumlah besar, sekarang bahkan tinggal di rumahnya, makan dan tidur tanpa bayar.

Rasanya dia seperti wanita tak tahu malu.

Dengan tulus, Aurora berkata, "Tuan Zayden, aku tahu uang ini tidak seberapa bagi Anda. Tapi biar aku anggap ini sebagai pinjaman. Nanti aku akan berusaha mengembalikannya. Aku akan buat surat utang untuk Anda."

Zayden menaikkan alis sedikit.

"Itu tidak perlu."

"Seperti yang kamu bilang, uang itu memang tidak berarti bagiku. Anggap saja aku memberikannya kepadamu.

"Lagi pula, kamu sudah menyelesaikan tugas yang kuminta, dan itu adalah bayaran yang memang sudah kujanjikan."

"Tapi, kamu bisa membantuku satu hal lagi..."

Aurora langsung bertanya, "Apa itu?"

Dia sudah curiga, kenapa Zayden tiba-tiba begitu baik.

Jangan-jangan ada maksud tersembunyi?

Kalau dia diminta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral, dia tidak akan setuju.

Zayden mengangkat Elric dari pelukannya dan menyerahkannya pada Aurora.

"Malam ini, kamu temani dia tidur."

Aurora membelalakkan mata, lalu memastikan, "Tuan Zayden, Anda mau menyerahkan Elric padaku? Tapi aku belum pernah mengurus anak kecil..."

Meskipun Kael adalah anaknya, dan Zayden juga tahu hal itu, dia pasti menyadari selama lima tahun ini Aurora berada di penjara.

Dia bahkan tidak pernah merawat Kael.

Dia sama sekali bukan seorang ibu yang layak.

Aurora menggendong Elric, lalu menoleh untuk melihat reaksinya.

Dia khawatir Elric akan bereaksi seperti tadi. Kalau Elric sampai kehilangan kendali, dia pasti tidak bisa menanganinya.

Namun kali ini, Elric begitu tenang di pelukannya.

Bahkan, dia dengan manis menyandarkan kepala di bahunya, tanpa berkata apa pun dan tanpa menunjukkan penolakan.

Aurora takut Elric belum paham maksud Zayden, jadi dia bertanya pelan, "Elric, mau tidak malam ini tidur bersama Kakak? Kakak akan menceritakan dongeng untukmu, oke?"

Elric hanya menyandarkan pipi kecilnya di bahu Aurora, tidak menjawab.

Matanya cuma berkedip beberapa kali. Aurora tidak melihatnya, tapi Zayden melihat.

Zayden berkata, "Dia setuju. Malam ini, Elric aku serahkan padamu."

Setelah itu, dia langsung berbalik dan keluar.

Begitu pintu tertutup, Aurora tak bisa menahan diri untuk menggerutu dalam hati.

Zayden benar-benar terlalu tidak bertanggung jawab!

Anak kecil begitu saja diserahkan pada orang asing.

Dan yang lebih parah, dia ini mantan narapidana!

Zayden benar-benar terlalu percaya diri.

Untung saja dia ini orang baik.

Aurora menurunkan Elric, lalu berjongkok di depannya.

Dengan lembut dia bertanya, "Elric sudah mandi belum?"

Ini kamar anak-anak lengkap dengan kamar mandi. Jelas kamar Elric sendiri.

Kali ini Elric akhirnya bereaksi, menggeleng pelan untuk menjawab.

"Kalau begitu, Kakak temani Elric mandi dulu ya, lalu kita dengar cerita, dan kalau sudah mengantuk, kita tidur. Setuju?"

Aurora tetap sabar.

Untung juga Zayden takut repot dan menyerahkan Elric padanya.

Jadi dia bisa punya pengalaman merawat anak, dan kelak bisa lebih baik saat merawat Kael.

Elric berkedip beberapa kali. Aurora menebak dia setuju, jadi dia membawanya masuk ke kamar mandi, membantu menggosok gigi dan mencuci muka, lalu mengisi air di bathtub.

Elric tampak malu-malu, tak mau melepas bajunya.

Aurora tertawa pelan.

"Elric malu, ya? Kalau begitu Kakak tunggu di luar. Kamu bisa mandi sendiri?"

Elric mengangguk cepat.

Aurora mencoba suhu air di bathtub, lalu keluar dan membiarkan Elric mandi sendiri.

Tak lama, Elric keluar dengan pakaian bersih.

Aurora hanya bisa berpikir, 'Kenapa anak ini begitu penurut, begitu mandiri, padahal baru lima tahun?'

Dia memandangi Elric dengan tatapan penuh kasih sayang, mengangkat tubuh mungil itu dan hendak membaringkannya di tempat tidur untuk bercerita.

Namun belum sempat melakukan itu, pintu tiba-tiba terbuka lebar...

Siluet tinggi besar masuk ke kamar, dan saat Aurora melihat orang itu, wajahnya langsung berubah.

"Aurora, kamu benar-benar di sini!?"

Ares menatap Aurora tak percaya.

Dia melangkah cepat, lalu langsung merenggut Elric dari pelukannya.

"Apa yang kamu beri ke pamanku sampai dia sampai hati menyerahkan Elric ke wanita mantan narapidana seperti kamu!?"

Aurora pun terhuyung ke belakang, nyaris terjatuh.

Dia mengerutkan kening dalam-dalam, menatap pria di hadapannya, dan hatinya terasa sangat sakit.

Dia adalah orang yang sejak kecil dia ikuti ke mana-mana.

Namun lima tahun lalu, saat semua orang meragukannya, orang pertama yang tak percaya padanya adalah dia.

Dia malah bersikeras orang yang menyebabkan Selina melompat dari gedung hingga menjadi koma bukan Elira, tetapi dia.

Kalau saja bukan karena dia ayah dari Kael, seumur hidup pun Aurora tak ingin melihat wajahnya lagi.

"Kamu keluar dari penjara bukan untuk menemui Kael, malah datang ke sini dan ngurus Elric? Aurora, sebenarnya apa yang kamu rencanakan!?"

Kata-kata Ares penuh sindiran, seolah menuduh dia punya niat tersembunyi.

Aurora menyeringai dingin. "Kenapa? Kamu kira aku mau jadi bibi barumu?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status