Liora Morrin seorang mahasiswa jurusan musik yang hobi membaca novel bergenre fantasi, kini berada di tempat yang bagaikan negeri dongeng. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang berjalan pulang ke kosnya setelah menyelesaikan kuliah malam. Dia sempat bertemu dengan sosok menyeramkan dan disinilah dia berakhir. Lalu apa-apaan desain kamar yang norak ini? Apa mereka sedang syuting film kerajaan abad pertengahan? Disaat dia belum benar-benar mencerna situasi dengan baik, pintu kamarnya diketuk. seorang lelaki tampan masuk, tidak... bahkan sangat tampan. Jangan-jangan.. dia masuk ke dunia novel seperti jalan cerita novel yang sering dibacanya?
Lihat lebih banyakHari itu berjalan seperti biasa bagi Liora, ke kampus, mengikuti kelas, istirahat di kantin kampus bersama teman-teman, bahkan presentasi di kelas dosen killer yang tatapannya seperti akan memancarkan sinar xray. Bahkan Liora sempat mampir ke toko buku favoritnya sebelum pulang.
Hari ini kelas malam selesai pukul delapan malam. "Masih ada waktu ke toko buku." gumam Liora. Buku yang Liora tunggu-tunggu sudah terbit. Seri kedua dari novel fantasy dengan tokoh utama pria seorang vampir dan tokoh utama wanita seorang putri duyung. Dua makhluk yang sangat berbeda itu melewtai jalan dan cobaan yang berliku sebelum akhirnya bersatu. Dan seri kedua ini menceritakan tentang anak mereka, seorang pangeran duyung berdarah vampir. Liora sudah tidak sabar untuk membaca buku itu, membayangkannya saja dia sudah bisa menebak jika buku kedua ini akan lebih kejam, lebih kelam, lebih menegangkan dari seri sebelumnya. Sepanjang perjalanan ke toko buku tak hentinya Liora tersenyum bahagia. Dia bahkan sudah berencana akan menghadiri acara jumpa penulis dua minggu lagi. Dia akan membawa buku itu dan meminta tanda tangan penulis favoritnya. Di toko buku dia langsung menuju rak buku fiksi fantasi. Buku yang dia inginkan masih ada, untunglah. Dia lanngsung mengambil dan membayarnya di kasir. "Haruskah aku beli cemilan untuk malam ini?" gumam Liora. "Hmm.... baiklaahh mari ke supermarket." Dia berjalan dengan riang ke supermarket sambil memeluk buku favoritnya, tanpa tahu apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian akan mengubah seluruh hidupnya. Dia memilih snack kesukaannya, sementara seseorang di sudut jalan sedang memperhatikannya dalam diam. Menunggu saat yang tepat. Liora berjalan dengan menenteng plastik berisi snack dan paper bag berisi buku. Dia melewati sebuah gang kecil, jalan pintas agar dia cepat sampai di kosnya. Tiba-tiba ada sebuah sosok yang menghadangnya, entah manusia atau bukan. Dia sangat tinggi dan seperti memiliki.... telinga di atas kepalanya. Liora ketakutan, namun tubuhnya seolah membeku dan bibirnya terkatup rapat. "Apa itu?! Apa yang harus kulakukan.. Tubuhku tidak bisa digerakkan, bagaimana ini..???" batin Liora. "Tidak.. dia mendekat.. kumohon.. siapapun.. apakah tidak ada seorang pun?" Sosok itu mendekat, tanpa bersuara. Suasana di gang tersebut memang gelap, namun Liora tahu.. walaupun dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas namun sorot mata itu sangat tajam dan menakutkan. "S-siapa kau??!!" "T-tunggu... J-jangan mendekat..." Namun sosok itu seolah tak menghiraukan perkataan Liora dan semakin mendekat. "M-maaf... A-aku tidak tau siapa kau, t-tapi aku minta maaf.... apakah kau punya dendam kepadaku? A-atau keluarga sialanku diam-diam memiliki hutang dan kau menagihnya padaku?" Tanpa menjawab, sosok itu menangkap dan membekap mulut Liora agar dia tidak berteriak. Liora meronta, berusaha melarikan diri. Tapi beberapa detik kemudian Liora merasa mengantuk. Entah apa yang dilakukannya. Dan di sinilah Liora terbangun. Di sebuah kamar dengan desain seperti kerajaan abad pertengahan. Seorang pria yang baru saja masuk ke kamarnya ini juga terlihat tidak biasa. Bukan.. lebih tepatnya aneh namun ada aura mengancam yang terpancar. Pakaiannya seperti ilustrasi seorang pangeran dalam cerita yang pernah dia baca, dan wajahnya.... tampan. Bahkan sangat tampan. Dia menatap Liora beberapa saat lamanya tanpa berbicara apapun. "Javier..." panggilnya, entah kepada siapa. Seorang lelaki lain masuk dan menundukkan kepalanya kepada laki-laki tampan itu. "Ya Yang Mulia Pangeran.." "Tugaskan Lili di sini." "Baik Yang Mulia..." Pria itu berbalik dan hendak pergi meninggalkan kamar ini. "Seenaknya saja dia datang dan pergi tanpa memberi penjelasan apapun." batin Liora. "Tunggu.... hei kau!" panggil Liora Dia hanya berbalik dan tidak menjawab apapun. "Apakah kau akan pergi begitu saja? Bukankah seharusnya kau menjelaskan situasi tidak masuk akal ini padaku?" Dia menghela nafas.. "Kenapa kau tidak menjawab apapun? Sebenarnya dimana ini, dan siapa kau?! Kenapa aku ada disini? Bisakah kau membiarkanku pulang? Aku tidak tau kenapa kau menculikku, tapi aku sungguh tidak bernilai. Lihatlah.. wajahku biasa saja, makanku juga banyak. Kau sendiri yang akan rugi." ujar Liora "Pffftttt..... ekhem" Javier nyaris tertawa. "Kau akan tau nanti" Hanya itu yang dia ucapkan sebelum dia berlalu pergi. "Aaaargh dasar sial*n!!! Buat apa tampan jika menyebalkan! Apa gunanya wajah itu! Dari sekian banyak pertanyaanku dia hanya mengatakan satu kalimat?! Hahh!! Sopan sekali dia!" Dua pria yang masih berada tidak jauh dari kamar itu mendengar semuanya. Pendengaran mereka sangat tajam. Bahkan jika Liora hanya bergumam pun dari jarak sejauh itu mereka masih bisa mendengarnya. "Hahahhaa... haaa.. uuhukk.. Aduhh lucu sekali" Javier sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia sudah menahan diri sejak tadi. "Diamlah jika kau tak ingin kepalamu kupenggal sekarang juga." "Ekhem.. maaf Yang Mulia""Kenapa kau sudah pulang bocah!" Zevariel baru datang setelah menyelesaikan pekerjaannya."Kakk!" Mereka bersalaman dan berpelukan sebentar."Keluarga yang harmonis, antar kakak adik saja tidak saling memusuhi." batin Liora.Zevariel duduk di sebelah adiknya karena Liora duduk dengan Ratu."Apa pendidikanmu lancar?""Kakak serius menanyakan ini? Aku sangat bosan. Aku ingin cepat-cepat lulus. Huh! Mereka mengajarkan apa sih? Semuanya sangat mudah, memangnya aku anak kecil? Kak, apa standar pendidikan sekarang diturunkan?""Tidak, justru semakin ditingkatkan. Kepalamu saja yang tidak normal.""Aku anggap itu pujian, mau bagaimana lagi. Aku tidak juga tidak mengerti dengan kejeniusanku yang berlebihan ini.""Kau semakin sombong saja bocah!""Uugh... aku sudah bukan bocah kak!""Hei, tapi terlepas dari otakmu yang jenius. Apa kau masih gemetar saat menggenggam pedang?""Jangan meledekku! Huh, itu kan masa lalu. Tentu saja sekarang aku sudah bisa berpedang walaupun tidak sehebat kakak. Kak
Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden kesalahpahaman itu. Kini Liora sedang berada di taman sambil minum teh dengan Ratu. "Liora, kau belum bertemu dengan anakku yang satunya lagi kan?" Dia tidak kalah tampan dengan Zevariel. Anak-anakku itu semuanya memiliki rupa yang menawan, tapi sikapnya tidak ada yang beres." Ratu berkata sembari menerawang memikirkan anaknya, Beliau juga sesekali memijat kepalanya menandakan betapa pusingnya Beliau memiliki anak seperti mereka. "Tentu aja mereka rupawan, ibu juga sangat cantik." "Liora, kau tahu? Semenjak melahirkan anak-anakku baru kali ini aku mendengar pujian yang begitu tulus dari seorang anak. Anak perempuan memang yang terbaik, membesarkan anak laki-laki memang tidak ada gunanya." Rupanya istilah tidak ada gunanya membesarkan anak lelaki juga berlaku disini. Liora tertawa kecil. "Mereka pasti sangat menyayangi Ratu namun tidak mengerti cara untuk mengungkapkan rasa sayangnya." "Benar... oh Liora.. minggu depan aku memanggil desai
"Sayang... Tunggu sebentar dii sini, aku akan melihat apa yang terjadi." Liora menahan tangan Zevariel. "Sebentar saja sayangku.. apa sekarang kau tidak mau berpisah denganku walaupun sekejap?" "Tolong kurangi sikap dramatismu itu. Huh!" "Zevariel... Jangan terlalu marah..." "Bagaimana bisa aku tidak marah jika waktu berhargaku denganmu diganggu seperti ini?" Liora kemudian memeluk Zevariel. "Aku tahu kau pasti sangat marah, tapi jangan terlalu tersulut. Jangan sampai kau kehilangan kesadaranmu seperti kemarin." ucap Liora sembari mengeratkan pelukannya. (Ahh... rupanya Liora mengingat tragedi makan malam itu...) Zevariel tersenyum usil. "Kalau begitu kau tinggal menyadarkanku lagi kan?" "Tapi kau bisa saja melukai orang terdekatmu! kemarin saja kau hampir membunuh Javier. Hiks.." Zevariel mengepalkan tangannya. "Kenapa kau tiba-tiba menangis? Apa kau sebegitu khawatirnya aku melukai Javier?" "Aku mengkhawatirkanmu dasar bodoh!!" "Bagaimana jika mau menyesal setelah sadar
Kejadian itu tidak luput dari pandangan seluruh kesatria yang sedang berlatih di sana. Awalnya mereka menoleh saat mendengar Zevariel tertawa terbahak-bahak. Mereka baru pertama kali melihatnya. "Pangeran benar-benar tertawa? Pangeran yang itu?" ucap salah satu kesatria "Sepertinya kita berhalusinasi karena kelelahan." "Benar. Uugh aku merinding..." Begitulah perbincangan diantara mereka, sampai mereka menyaksikan Liora membalas Zevariel dengan serangan langsung. Mereka langsung syok sekaligus khawatir. "Astaga... kasihan sekali nona itu..." "Padahal beliau nona yang cantik dan baik hati..." "Bagaimana ini sepertinya Pangeran sangat marah." "Haruskah kita membela nona itu?" "Kau mau mati?" "Benar, jangan gila..." Zevariel menoleh, membuat mereka semua terdiam. Dia kemudian menggendong Liora dan berteleport ke kamarnya. Kepergian Zevariel dan Liora menimbulkan gosip lain. "Apa sekarang nona itu sedang dihukum oleh Pangeran?" "Sepertinya begitu..." "Kira-kira Pangeran aka
Mereka asyik bersenda gurau sampai tidak menyadari kehadiran Zevariel. Ernest yang pertama kali menyadari itu langsung terdiam. Leon yang tidak paham dengan situasinya sekarang terus saja mengoceh. "Kau hanya beruntung saat itu Ernest, jika tidak...." Leon seketika terdiam, dia merasakan aura membunuh di belakangnya. Dan benar saja ketika dia menoleh Zevariel sudah berdiri di sana. "Salam Yang Mulia..." sapa Leon, Ernest dan Lili serempak. "Salam..." Liora juga memberi salam kepada Zevariel. "Kenapa kau tidak bilang jika mau ke sini? Tempat ini terlalu berbahaya untukmu." (Apalagi mata para kesatria sial*n itu yang berani menatapmu. Ingin kucongk*l saja rasanya.) lanjut Zevariel dalam hatinya. "Tapi Yang Mulia, bukankah ini tempat yang paling aman karena banyak kesatria kerajaan di sini?" Zevariel mengernyit, baru saja dia memanggil Ernest dan Leon dengan akrab. Dan sekarang dia bersikap formal padanya. "Leon, Ernest, lari 100 putaran sekarang!!" "Baik Yang Mulia..." jawab k
Sudah satu bulan sejak Liora tinggal di istana kerajaan Velmoria. Setiap hari dia makan malam bersama Zevariel dan sesekali minum teh dengan Ratu Seraphine. Dia juga sudah mengetahui seluk beluk istana itu karena setiap hari berjalan-jalan di sekitar istana ditemani Lili dan Ernest. Kini Liora sudah mulai menikmati kehidupannya di kerajaan Velmoria. Sebagai seorang mahasiswa yang dulu hidup sendiri, selain itu dia juga bekerja sambilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, Liora juga memiliki hobi membaca buku dan untuk membeli semua buku-buku itu juga membutuhkan biaya. Tapi di sini semuanya sudah tersedia, dia bisa bersantai sesuka hatinya. Seperti yang dilakukannya sekarang. "Hhoooaaaaammmmm...." "Hmmm.... jam berapa ini? Sepertinya sudah agak siang." "Uuugggh... semenjak di sini aku hanya makan dan tidur. Yah... kapan lagi bisa begini.. Hehe.." "Aku malas banguunn.... Hmmm..." Liora hampir memejamkan matanya lagi saat seseorang mengetuk pintunya. Tokk.. t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen