Share

Bab 4

Penulis: Joana
"Ah!"

Elira pura-pura terhuyung beberapa langkah ke belakang, jatuh lemah di lantai, dan saat mendongak, matanya memerah. "Kak Aurora, aku tahu selama ini kamu banyak menderita karenaku. Kamu boleh memukul atau memakiku, aku tidak akan melawan..."

Aurora memandang sikap Elira itu dengan rasa jijik yang begitu kuat hingga hampir membuatnya mual.

Lima tahun lalu, dia sudah sangat paham siapa sebenarnya Elira dan tak akan pernah tertipu oleh aktingnya lagi.

Plak!

Tiba-tiba pipinya terasa panas terbakar. Aurora menutupi wajahnya sambil menatap Nevan yang memandangnya penuh kebencian. Kakak yang dulu selalu baik padanya kini malah menamparnya.

Namun Aurora tak merasa terhina, dia justru tertawa dingin, "Bagus, memang pantas jadi saudara kandung. Satu pura-pura baik, yang lain kejam tanpa ampun."

"Kamu!"

Wajah Nevan memerah menahan amarah, seolah akan meledak kapan saja.

Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depan pintu. Wajah Nevan berubah serius. Dengan sikap yang lebih tenang, dia segera membantu Elira berdiri, lalu menatap Aurora dan berkata, "Kael datang hari ini. Aku tak ingin bertengkar denganmu, jangan sampai kamu merusak citramu di depan anakmu."

Begitu mendengar nama Kael, wajah Aurora langsung melembut. Tak lama kemudian, dia melihat mobil itu berhenti, dan Ares keluar, berdiri tepat di hadapannya.

Pria itu masih seperti dulu yang penuh percaya diri, tapi dia tak lagi kekanak-kanakan seperti lima tahun lalu. Kini dia terlihat lebih matang dan stabil, tetapi tetap tampan dengan jiwa yang bebas.

"Lama tidak bertemu. Selamat atas kebebasanmu," katanya dengan suara yang tetap menyenangkan di telinga.

Aurora menggenggam tangannya kuat-kuat. Dada terasa sesak oleh rasa pahit dan kenangan lama yang membanjiri pikirannya, tak kunjung sirna.

Tenggorokannya seakan tertutup timah, sepatah kata pun tak bisa keluar.

Elira menatap mereka dengan tatapan beracun. Dia menggenggam tangan Nevan dan berkata dengan suara manja, "Kak, pergelangan kakiku sakit. Sepertinya terkilir waktu jatuh tadi."

"Aku gendong kamu ke dalam." Nevan hendak membungkuk, tetapi Elira malah menggeleng keras, tak mau digendong olehnya. Tatapannya justru tertuju panas-panas ke arah Ares.

Nevan langsung mengerti maksudnya dan berkata kepada Ares, "Ares, kamu sekarang tunangan Elira. Gendong dia ke dalam untuk istirahat."

Wajah Ares langsung berubah dingin, jelas-jelas tak rela.

Melihat ini wajah Elira hampir berubah pucat. Senyum yang dipaksakannya malah terlihat lebih buruk, seperti orang yang berusaha menahan muntah. "Sekarang berat badanku bertambah beberapa kilo. Sepertinya Kak Ares sudah tidak sanggup menggendongku. Semua ini salahku karena makin gendut…"

Aurora mengamati mereka bergantian. Apa mereka habis bertengkar? Tunangan malah canggung begini?

Mungkin karena bertemu dengan tatapan Aurora, Ares tiba-tiba berkata, "Tidak apa-apa, aku masih sanggup gendong."

Wajah Elira langsung berseri-seri.

Ares menekuk bibir, berjalan ke arahnya dan hendak membungkuk, tetapi suara anak kecil tiba-tiba terdengar,

"Hiya! Hiya! Terlalu lambat! Kudaku harus lari lebih kencang!"

Seorang anak laki-laki gemuk duduk di punggung seorang pelayan perempuan, mengayun tangan dan kakinya seolah sedang menunggang kuda. Sang pelayan merangkak dengan susah payah, wajahnya penuh rasa sakit. Sambil menangis, dia bertanya, "Tuan Muda Kael, kita masih harus berjalan sejauh apa lagi?"

Aurora terhenti sejenak, matanya terpaku pada Kael. Dengan langkah cepat, dia berlari mendekat dan menggenggam tangan Kael erat-erat, penuh perasaan. "Kael! Ini Ibu, Ibu sudah pulang!" ujarnya dengan suara bergetar.

Aurora memandangnya dengan tatapan serius. Namun, Kael sama sekali tidak mirip dengannya. Tubuhnya sangat gemuk, terlihat jelas kelebihan gizi, bahkan dagunya hampir bertumpuk tiga lapis.

Ini tidak bisa dibiarkan. Kegemukan seperti ini bisa membahayakan kesehatannya.

"Ibu?"

Kael memandangnya dengan mata penuh keterkejutan. "Ayah bilang, Ibu pergi ke luar negeri dan baru kembali setelah bertahun-tahun. Jadi, kamu benar-benar ibuku?"

"Ya, aku ibumu. Ibu sudah pulang, dan tidak akan meninggalkanmu lagi…" Air mata Aurora mengalir deras. Dia membungkuk, memeluk Kael dengan erat.

Namun dia segera sadar Kael masih duduk di punggung pelayan. Dengan cepat, dia berusaha mengangkat Kael turun, tapi Kael terlalu berat. Dia benar-benar tak mampu mengangkatnya. Akhirnya, dia berkata lembut, "Kael, turun dulu ya. Biar Bibi Ayu istirahat."

"Tidak! Aku belum selesai main!" Kael mengguncang tubuh Ayu dengan kuat, menarik kerah bajunya seperti menarik tali kekang kuda.

Wajah Ayu menegang karena rasa sakit, napasnya pun mulai tersengal.

"Kael! Kamu tidak boleh seperti ini! Cepat turun!" seru Aurora dengan tak percaya. Dia tak menyangka Kael bisa tumbuh menjadi anak manja yang begitu kejam.

"Tidak mau!" Wajah bulat Kael yang penuh pipi tembam itu tampak keras kepala, tak peduli larangan Aurora. Dia terus menunggang Ayu sambil berteriak, "Hiya! Hiya! Hiya!"

Ayu hampir pingsan karena kesulitan bernapas. Aurora panik dan segera menarik Kael turun. Namun, karena terburu-buru, tarikan Aurora terlalu kuat sehingga Kael terjatuh dari punggung Ayu.

"Ah! Sakit! Sakit sekali!"

Kael pun berguling-guling di lantai. "Ibu jahat! Ibu jahat! Ibu mau bunuh aku! Ayah! Tolong aku!"

Kael melambai-lambaikan tangannya minta tolong pada Ares.

Aurora hendak menolongnya, tetapi Kael malah menendang kakinya, tepat di bagian yang pernah patah dulu. Aurora terhuyung, lalu jatuh terduduk dengan wajah kesakitan.

Ares bergegas menghampiri, menarik Kael dan membersihkan debu di bajunya. Tatapannya tajam dan marah kepada Aurora. "Kael itu anak kandungmu! Begitukah cara kamu jadi seorang ibu?"

Dia kira setelah Aurora kembali, dia bisa merawat Kael dengan baik. Namun, kenyataannya tidak seperti itu.

Bukan hanya tidak bisa membuat Kael senang, malah membuat Kael makin membencinya.

"Ares, selama ini kamu sebenarnya mendidik Kael atau tidak? Lihat jadi anak seperti apa dia sekarang?" Aurora menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tenang.

Namun Ares hanya mendengus dingin. "Siapa suruh kamu melahirkannya tanpa izin dariku?"

"Baiklah. Kalau begitu, kalau kamu tidak mau mengakui Kael, aku akan membawa dan membesarkannya sendiri." Aurora menatap Ares tanpa sedikit pun rasa sayang seorang ayah. Mungkin selama ini, Ares memang tak pernah benar-benar membimbing Kael, melainkan hanya membiarkannya tanpa arah.

Sekarang Kael telah dimanjakan oleh Keluarga Anandara hingga menjadi seperti ini, Aurora tak sudi membiarkannya terus tinggal di sana.

"Kamu mau membesarkan Kael sendiri? Aurora, kamu pikir kamu punya kemampuan apa? Mau kasih dia makan bubur tiap hari?" Ares marah besar.

Selama ini, demi menyelamatkan status Kael agar tidak dicap anak haram, dia rela mengakuinya dan membawanya ke Keluarga Anandara. Keluarga Anandara pun membesarkannya dengan sepenuh hati. Itu sudah termasuk sangat berbaik hati. Kapan mereka pernah mengecewakan Aurora?

Akan tetapi, sekarang, Aurora bukannya berterima kasih, malah balik menyalahkan?

"Aku bisa membesarkan Kael, meski aku tak mampu memberinya hidup yang mewah. Tapi aku tak rela melihatnya semakin hancur seperti sekarang." Aurora berkata dengan tenang, lalu menggenggam tangan Kael pelan. "Kael, ayo ikut Ibu pulang, ya?"

"Tidak mau!"

Kael menarik tangannya dan mendorong Aurora dengan jijik. "Aku tidak mau ikut kamu! Keluargaku kaya raya, kamu punya apa? Kamu tidak punya uang! Aku tidak mau mengakuimu sebagai ibuku!"

Aurora merasa dadanya seperti dihantam batu besar.

Dia lebih rela kalau Kael menolaknya karena tidak ada ikatan batin, daripada mendengar alasan seperti ini.

Materialistis, sombong, dan tidak berperasaan.

"Kael... kenapa kamu bisa jadi seperti ini..." Aurora menangis sejadi-jadinya.

Kael mendorong Aurora dan lari ke dalam rumah.

Elira nyaris tertawa melihat pemandangan itu. Namun, dia buru-buru menutup mulutnya dan memasang wajah seolah terkejut, "Astaga! Kael tidak biasanya begini, mungkin karena pertama kali ketemu ibunya jadi terlalu emosional?"

"Sifat itu diturunkan. Kael jadi begini karena punya ibu seperti dia!" Ares berkata keras dan tajam, menatap Aurora dengan mata menusuk. "Kalau tahu begini, dulu aku tidak akan membiarkanmu melahirkan Kael!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status