Share

Bab 5

Author: Joana
"Ada apa ini?"

Mira Dewanta, Nyonya Guntara, mendengar suara lalu keluar, melihat Ares dan Aurora berdiri bersama, lalu langsung buru-buru mendekat dan berdiri di antara mereka.

Dia menghadap Aurora, meraih tangan Aurora dengan penuh kasih sayang. Lalu berkata penuh perhatian, "Aurora, kamu sudah menderita banyak, Ibu sangat merindukanmu."

"Sekarang kita sudah berkumpul lagi sebagai ibu dan anak, kelak jangan sampai terpisah lagi."

Mira hendak memeluk Aurora, tetapi Aurora menghindar dan hanya menyapa dingin, "Tante Mira."

"Kamu... kamu memanggilku apa?"

"Aku bukan anak kandungmu, jadi lebih baik kamu tetap aku panggil Tante Mira." Aurora berkata dengan dingin dan acuh tak acuh.

"Kamu masih menyalahkan Ibu, ya?" Mira tanpa sadar melirik Ares. Ada beberapa hal yang tak bisa dia katakan di depan Ares. Dia menarik tangan Aurora dan berjalan menuju ruang tamu. "Yang penting sudah pulang rumah. Ibu hari ini sudah masak makanan favoritmu."

Hidung Aurora sedikit perih.

Kadang dia memang tak tahu apakah dia benar-benar pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.

Mungkin sebelum Elira kembali, Mira memang memperlakukannya seperti anak sendiri.

Awalnya Aurora ingin segera pergi setelah melihat Kael, tetapi karena Mira bilang sudah memasak makanan favoritnya, hatinya jadi luluh dan dia memutuskan tinggal.

Setelah semua duduk, Mira membawa sepiring ikan asam pedas yang mengepul, dan tersenyum pada Aurora. "Aurora akhirnya pulang, ini ikan asam pedas favorit yang Ibu buat."

"Aurora, makan banyak ya, habiskan semuanya. Kalau suka, Ibu bisa masak tiap hari!"

Aurora menatap hidangan ikan asam pedas yang hangat itu, hatinya perlahan-lahan menjadi dingin, benar-benar dingin.

Orang yang sebenarnya suka makan hidangan ini bukan dia, tetapi Elira.

Sementara dirinya, alergi daging ikan. Dulu saat satu keluarga makan ini, dia hanya bisa makan sayurannya saja.

Makanan favoritnya adalah daging asam manis yang dibuat Mira, tetapi Elira tidak suka, jadi dia jarang makan. Setelah itu, dia masuk penjara.

Saat Aurora termenung, Kael sudah berdiri di kursi, meraih potongan ikan. Aurora mau menegur, tetapi Ares sudah lebih dulu berkata, "Duduk!"

Hanya satu kata itu saja, sudah membuat Kael tahu aturan dan tidak berani bergerak seenaknya lagi.

Aurora baru sadar, anak ini suka mengintimidasi yang lemah dan takut pada yang kuat. Itu membuatnya sangat sedih.

Bagaimana anaknya bisa berubah sampai seperti ini?

Bagaimanapun, dia harus berusaha agar Kael tidak terus tinggal di Keluarga Anandara. Kalau tidak, Kael akan makin liar, jadi anak nakal tanpa aturan.

"Sejak Kak Aurora masuk penjara, Ibu sampai sakit karena marah. Tubuhnya sudah lama tidak sehat, sekarang sudah jarang masak. Tapi sekarang Kakak sudah keluar dari penjara. Ibu sampai masak sendiri. Ibu benar-benar sayang Kak Aurora."

Elira dengan santai bicara sambil menatap Aurora, "Aurora, Ibu selalu memikirkanmu. Waktu kamu di penjara Ibu kirim makanan, tapi kamu tidak mau ketemu, membuatnya merasa bersalah dan stres sampai sakit. Nanti makan banyak ikan ya, jangan buat Ibu kecewa! Kalau Ibu senang, tubuhnya juga akan lebih sehat."

Aurora melihat senyum penuh kemenangan di wajah Elira.

Mira memberi isyarat mata pada Elira dan berkata dengan serius, "Elira, jangan banyak bicara, kakakmu baru saja kembali, biarkan dia tenang dulu."

Lalu Mira berdiri, mengambil beberapa potong ikan, meletakkannya di piring Aurora. "Aurora, makanlah lebih banyak. Makanan di penjara tidak enak. Lihat kamu jadi kurus sekali."

Aurora tidak bicara dan tidak memegang sendok.

Nevan dan Ares tampak agak canggung, saling berpandangan, tak ada yang bicara duluan.

Akhirnya Nevan berdiri, menukar piring kosongnya dengan piring Aurora. "Ibu, Aurora alergi daging ikan."

Aurora hanya memandang dingin ke arahnya tanpa sedikit pun rasa terima kasih.

Nevan merasa kesal, tetapi dia menahannya dan tetap bersikap tenang.

"Apa?"

Mira memang tidak sengaja, wajahnya langsung canggung. "Aku ingat Aurora paling suka..."

"Elira yang paling suka ikan asam pedas." Nevan menjelaskan.

Mira pun terdiam tanpa kata.

Suasana seketika jadi sangat tegang.

"Semua salahku. Aku salah ingat kesukaan Aurora dan Elira. Aurora paling suka daging asam manis, aku akan buatkan lagi untuk Aurora."

Mira langsung berdiri, tetapi Aurora menahannya. "Tidak usah."

"Kalian makan saja, aku ada urusan."

Aurora berdiri dan hendak pergi, tapi Nevan buru-buru mengejarnya dan menarik lengannya. "Aurora, Ibu sudah bilang akan membuatkannya lagi. Kamu mau apa lagi, sih? Kamarmu sudah dirapikan. Tinggallah di keluarga Guntara. Kalau ada yang kurang, tinggal bilang. Apa menurutmu kami akan memperlakukanmu dengan buruk?"

"Ini bukan rumahku, aku tak perlu tinggal di sini." Aurora berusaha tenang, lalu berpaling dan mendekati Ares.

Semua orang di Keluarga Guntara menatap mereka. Nevan kira Aurora mau berebut Ares dengan Elira, lalu bergegas mengejar hendak menariknya pergi, tetapi Aurora bertanya, "Hei, Ares, kamu punya uang tunai 400 ribu?"

Panggilan itu membuat Ares mengernyit. Suasana seketika menjadi tegang. Dia membalas dengan nada dingin, "Aku punya, ada apa?"

"Pinjamkan padaku."

Aurora mengulurkan tangan meminta.

Kael langsung teriak, "Ibu, kamu miskin sekali! Aku tidak mau kamu jadi ibuku! Bisa-bisanya 400 ribu saja tidak ada! Astaga!"

Ares melirik Kael, memberi isyarat agar diam, lalu menjelaskan dengan nada ramah untuk membela Aurora. "Ibumu baru pulang dari luar negeri. Dia bawa uang asing, tapi nggak punya uang lokal."

Dia selama ini menyembunyikan fakta Aurora pernah di penjara dari Kael. Dia takut Kael tahu dan itu akan berpengaruh buruk pada Kael.

Ares mengeluarkan empat lembar uang merah dari dompet, memberikan ke tangan Aurora. "Tidak usah dikembalikan."

"Uang luar negeri itu seperti apa? Aku mau lihat!" Kael berlari mendekat sambil berseru, "Cepat tunjukkan, Aurora!"

"Ibu ada urusan hari ini. Besok saja aku tunjukkan uang luar negerinya ke Kael," kata Aurora dengan sedikit malu, tetapi berusaha tetap tenang.

Dia tidak bohong.

Dia butuh 400 ribu itu untuk naik taksi cari Zayden. Hari ini Zayden janji bayar upahnya tetapi belum dikasih. Setelah dapat, dia bisa ajak Kael main.

Aurora menggenggam erat uang 400 ribu itu, menatap Mira, berusaha menahan sedih yang sudah lama terpendam, lalu mengucapkan perpisahan.

"Bu, ini panggilan terakhirku untukmu. Lima tahun terakhir aku anggap sebagai balas budi atas semua yang kalian berikan. Tapi mulai hari ini, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jalan kita berbeda, hidup kita pun tak sama. Aku bukan lagi bagian dari Keluarga Guntara."

Setelah itu dia berbalik dan segera menghilang dari pandangan semua orang.

Ares menatap ke arah pintu keluar, lalu mengernyit. "Maksudnya apa dia bilang begitu?"

Elira tampak cemas. Dia menggenggam lengan pria itu dengan lemah sambil memelas. "Ares, begitu Kak Aurora keluar dari penjara, kamu langsung terlihat sangat peduli padanya. Apa kamu masih memikirkannya? Kalau begitu... aku akan mundur saja, biar kalian punya kesempatan..."

"Jangan omong sembarangan." Ares memotong, "Selina sekarang masih koma, belum sadar, wanita sejahat Aurora tidak pantas jadi Nyonya Anandara!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status