Share

Bab 3

Author: Joana
Aurora terkejut dengan gerakannya dan buru-buru mendorongnya menjauh.

Pria ini dalam dan tak tertebak, tingkah lakunya aneh, dan mereka sama sekali tak punya hubungan apa pun. Kenapa dia begitu baik membawanya untuk didandani?

Jangan-jangan...

Tidak mungkin!

Aurora tidak berpikiran bagus tentang dirinya sendiri. Dia yakin Zayden sama sekali tidak mungkin tertarik padanya.

"Tuan Zayden, kamu sedang apa?"

Aurora menatapnya dengan waspada.

"Ada tahi lalat di tulang selangkamu," tatapan Zayden tertuju ke arah itu, lalu secara tidak sengaja menarik kerah bajunya.

Aurora reflek menunduk dan menjawab, "Ya, itu memang sudah sejak lahir."

Dia merasa aneh, tidak mengerti maksud Zayden.

"Aku kira itu kotoran."

Tatapan mata Zayden menggelap, dia menjelaskan dengan dingin, lalu berkata, "Temani Elric bermain sebentar."

"Aku?" Aurora tampak ragu. "Tapi, aku harus pergi ke Keluarga Guntara."

"Sepuluh menit, aku bayar kamu 200 juta." Nada pria itu tidak memberi ruang penolakan. "Kalau dalam sepuluh menit dia bisa bicara denganmu, bayarannya lima kali lipat, satu miliar."

"Apa?"

Aurora langsung bengong. Ini maksudnya apa?

Namun, Zayden tampaknya tidak sedang bercanda.

"Aku harus menemaninya bermain apa?" tanya Aurora.

"Terserah," Zayden mengangkat tangan dan menunjuk ke arah tertentu. "Dia ada di ruang istirahat."

"Baik."

Aurora mengangguk, tidak bertanya lagi. Sepuluh menit tidak akan membuang waktu terlalu lama, jadi dia pun pergi mencari Elric.

Kebetulan, usia Elric sepertinya tidak jauh dari Kael. Dia pikir bisa mencoba berinteraksi dulu dengan Elric, nanti dia akan tahu bagaimana cara bermain dengan Kael.

Lagi pula, dengan bayaran itu, dia bisa keluar dari rumah Keluarga Guntara dan menyewa tempat tinggal sendiri.

Aurora mendadak merasa sedikit bahagia.

Ryan berjaga di depan ruang istirahat. Melihat Aurora datang, dia segera menyambut, "Nona Aurora."

"Keadaan Tuan Muda sedikit khusus. Kalau dia tidak mau bicara, kamu jangan cemas. Itu hal yang biasa."

"Apa yang terjadi dengan Tuan Muda Elric?" tanya Aurora dengan raut bingung.

Ryan berkata pelan, "Tuan Muda mengidap autisme. Sejak kecil tidak suka berbicara. Bukan karena tidak bisa bicara, tapi karena tidak mau berkomunikasi. Jadi, saat di mobil tadi dia memanggilmu kakak, itu sudah sangat langka."

"Begitu ya…" Aurora mengangguk pelan, merenung.

Pantas saja Zayden memberinya tugas itu. Mungkin dia ingin tahu apakah dirinya bisa membuat Elric membuka mulut. Membawanya ke salon juga mungkin agar penampilannya lebih rapi, supaya tidak membuat Elric takut.

Aurora merasa iba pada anak itu. Dia berkata, "Aku akan menemani Tuan Muda Elric bermain sebentar. Tapi aku bukan dokter, mungkin aku tak bisa membuatnya bicara."

Dia membuka pintu dan masuk ke ruang istirahat. Elric tampak sedang duduk di lantai menyusun balok. Melihat Aurora masuk, dia bahkan tidak menoleh.

Apalagi bicara sepatah kata.

Aurora mendekat, lalu berjongkok di samping Elric. Dengan suara lembut, dia menyapa, "Hai Elric, kita kenalan dulu, ya? Nama Tante Aurora. Ditulisnya A-u-r-o-r-a, seperti cahaya yang lembut dan bersinar. Cantik tidak namanya?"

Sambil berbicara, dia menulis namanya di kertas dan menyerahkan pena pada Elric. "Bisakah kamu menulis namamu untuk Tante?"

Elric tetap menunduk menyusun balok, sama sekali tidak menanggapi.

Aurora memang merasa sedikit kecewa. Akan tetapi, mengingat kondisi Elric, dia tidak marah, justru makin merasa iba.

"Kakak."

Suara mungil itu tiba-tiba terdengar, terdengar mantap dan jelas.

Aurora tidak salah dengar. Dia memang memanggilnya kakak.

"Elric, kamu umur berapa? Aku sudah 23 tahun. Kamu pasti baru empat atau lima tahun, harusnya panggil tante."

Karena usianya sebaya dengan Kael, Aurora merasa tidak pantas dipanggil kakak.

"Kamu... beda sama tante," ucap Elric tiba-tiba, suaranya agak terbata. "Sudah lima tahun..."

Aurora terpaku. Dia tidak salah dengar, 'kan?

Elric tidak seperti yang Ryan bilang. Dia jelas bisa bicara.

"Elric lucu sekali. Mulai sekarang panggil aku Kakak, ya." Aurora tersenyum. Naluri keibuannya muncul begitu saja. Dia pun tak tahan untuk mengelus kepala Elric dengan lembut.

Namun, Elric langsung memeluk kepalanya, menjerit, "Aaaah!"

"Maaf, Elric, kenapa? Kakak hanya ingin mengelusmu." Aurora terkejut dengan reaksinya.

Elric tampak ketakutan, tubuhnya menggigil, sangat tidak tenang.

Aurora tak kuasa menahan diri. Dia langsung memeluk Elric erat, menepuk-nepuk punggung mungilnya untuk menenangkan. "Tenang, Elric. Kakak di sini, dan Kakak akan selalu melindungimu."

Bocah itu terus gemetar, membuat Aurora bertanya-tanya, jangan-jangan Zayden suka main tangan pada Elric?

Kelihatannya Elric seperti punya trauma akibat kekerasan.

Perlahan-lahan, setelah ditenangkan oleh Aurora, Elric mulai mereda. Dia bergumam pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri, "Tidak apa-apa… Tidak usah takut…"

Zayden melangkah masuk ke ruangan, dan langsung terpaku saat melihat Elric memeluk Aurora. Tatapannya seketika berubah tajam, dan raut wajahnya yang tampan sempat menunjukkan keterkejutan.

"Elric."

Dia memanggil dengan suara dalam dan berat.

Aurora menoleh dan melihat Zayden. Dia buru-buru melepaskan Elric. Bocah itu berdiri dan berjalan pelan ke arah pria itu.

Zayden menunduk, mengangkat Elric, lalu menatap Aurora dengan tajam. "Waktu sepuluh menit sudah habis. Aku antarkan kamu kembali ke Keluarga Guntara."

"Terima kasih."

Aurora berdiri dan mengikutinya.

Mobil Maybach berhenti di depan gerbang Keluarga Guntara.

Nevan masih setia menunggu di sana. Begitu melihat pelat nomor mobil yang sudah dikenalnya, dia langsung tersadar, itu mobil yang ditunggu. Tak lama kemudian, Aurora pun turun dari mobil.

Ekspresinya langsung kaku. Dia melangkah cepat. "Aurora, kenapa kamu bisa…"

Yang membuatnya lebih terkejut, Aurora kini bukan lagi gadis kusut seperti orang yang baru kehujanan, tetapi tampil elegan dan menawan, mengenakan pakaian mahal.

Nevan melirik ke dalam mobil. Begitu melihat siapa yang ada di dalam, raut wajahnya langsung berubah rumit. Pria itu bukan orang sembarangan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Aurora baru saja keluar dari penjara, mana mungkin dia punya hubungan apa pun dengan Zayden?

"Tuan Nevan, lama tidak bertemu."

"Tadi kebetulan ketemu adikmu di jalan, jadi sekalian aja aku antarkan pulang," ucap Zayden santai sambil menurunkan jendela mobil dan menyandarkan tangannya di lutut.

"Terima kasih, Tuan Zayden." Nevan mengernyit, lalu melirik Aurora dari ujung kepala sampai kaki. "Tuan sudah sangat baik membelikan pakaian untuk Aurora. Biar aku ganti biayanya."

"Tidak perlu. Aku pamit dulu."

"Jalankan mobilnya," ucap Zayden singkat pada Ryan, saat jendela perlahan tertutup.

Mobil Maybach itu melaju kencang, bahkan tak memberi Nevan waktu untuk sekadar mengucapkan selamat tinggal.

Nevan langsung membentak Aurora, suaranya penuh emosi. "Jelaskan, Aurora! Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Zayden bisa sebaik itu sampai memberimu pakaian? Kamu sudah melakukan apa sampai dia bisa bersikap seperti itu?"

Aurora awalnya ingin menjelaskan, tetapi melihat Nevan langsung menuduh tanpa berusaha mencari tahu dulu kebenarannya, dia memilih diam.

Bayangan kejadian-kejadian lama muncul di benaknya. Apa pun yang terjadi antara dia dan Elira, sang kakak selalu membela Elira tanpa tahu kenyataannya.

"Kak, Aurora baru pulang, kenapa harus dimarahi?"

Tiba-tiba, suara manja terdengar. Aurora pun melihat Elira berjalan anggun mendekat dengan gaun mewah.

Namun, begitu melihat Aurora yang kini tampil memukau, jauh dari kesan gadis lusuh seperti dulu, tatapan Elira sempat diliputi rasa iri. Akan tetapi, hanya sekejap. Dia segera tersenyum manis dan berkata, "Aurora, akhirnya kamu pulang juga. Aku rindu sekali padamu!"

Sambil berbicara, Elira menggenggam lengan Aurora dengan hangat.

Namun Aurora segera menepisnya dengan dingin. "Jangan sentuh aku, menjijikkan," ucapnya tajam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status