Share

Bab. 3 Bikin Greget, Ah!

Bab. 3 Bikin Greget, Ah!

Malam yang dinantikan Aruna pun datang juga. Dengan perasaan yang bahagia, ia pun memandangi refleksi bayangan yang terbentuk di cermin datar yang ada di depannya. Sesekali ia menautkan bibirnya atas dan bawah. Agar lipstik merah yang baru saja dioleskan ke permukaan bibirnya itu bisa menempel dengan rata. Lagi-lagi ia pun tersenyum setelah melihat gambarnya yang terlihat sempurna. Ketika Aruna tengah asyik mematut diri di depan meja riasnya, seseorang tiba-tiba memencet bel pintu Apartemen mewah itu.

Ting. Tong.

Bunyi pintu Apartemen Aruna yang berhasil merebut perhatian pemiliknya. Aruna pun meletakkan lipstick yang ada di tangannya, lalu ia segera berlari mendekati pintu ruangan mewah itu. Tanpa membuang waktu lebih lama, Aruna segera membuka pintu itu. Sehingga menampakkan sosok Denada lengkap dengan wajah tengil. 

"Eh, elo. Gue kirain siapa?" ujar Aruna terdengar sedikit kecewa.

"Emang loe mikirnya siapa?" tanya Denada balik sambil berusaha menahan senyumnya. Alisnya pun ia naik-naikkan sebelah. Seakan bisa membaca apa yang sempat dipikirkan Aruna tadi.

"Ih, apaan sih. Udah ayo masuk!" ajak Aruna sambil menarik tangan sahabatnya itu, agar segera masuk ke dalam Apartemen pribadinya. Dengan senang hati Denada pun segera melakukan apa yang diinginkan teman karibnya itu. Sampai di dalam Denada segera meletakkan tas dan paper bag yang dibawanya ke atas sofa yang ada di ruang tamu Apartemen.

"Eh, tunggu. Kok loe pakai baju kayak gini sih?" ujar Denada sambil memperhatikan penampilan Aruna yang sebenarnya sudah terlihat cantik dengan dress biru langit selutut dan belahan dada yang sangat turun. Hingga menampakkan sebagian gunung kembarnya yang masih terlihat padat berisi.

"Emang, apa salahnya dengan dress gue? Gue pikir bagus kok? Gue suka?"

"Emang loe nggak baca dress code yang ada di kartu undangan?"

"Yah, gimana? Gue kan nggak dapet undangan kayak kalian," balas Aruna sambil cemberut. Denada pun tersenyum. Lalu ia mendekati Aruna.

Puk. Puk. Puk. Denada pun menepuk-nepuk pundak Aruna beberapa kali. 

"Aduh kasihan. Jangan nangis ya? Gue punya sesuatu untuk elo," kata Denada. Seakan ingin memberinya semangat. Namun, ucapan Denada yang terakhir tadi membuat Aruna langsung melepaskan pelukan sang teman akrab..

"Loe mau kasih gue apa?" tanya Aruna cepat. Denada pun tak menjawab, tapi senyum dan sorot matanya membuat Aruna langsung mengerutkan kening. Bingung.

"Sini ikut gue." Denada pun menarik tangan Aruna. Sampai di sofa yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Denada langsung meraih paper bag yang tadi ia bawa. "Nih, buat elo." Denada pun menyerahkan benda itu ke hadapan Aruna.

"Ini apaan?" tanya Aruna bingung. Sambil menggapai paper bag itu dari tangan Denada.

"Buka aja sendiri. Loe pasti suka," balas Denada sok misterius. Karena memang rasa penasaran Aruna sudah memuncak. Ia segera membuka paper bag itu. 

"Hah?! Ini apaan?" pekik Aruna sambil mengangkat kain yang ada di dalam bungkusan dari kertas itu. 

Denada pun tak menjawab. Ia hanya berdiri lalu membuka cardigan lengan panjang yang menempel di badannya. Saat cardigan itu melorot ke lantai raut wajah Aruna pun langsung terkejut. Lihat saja matanya yang hendak meloncat keluar serta bibirnya yang menganga lebar.

"Nggak. Enggak. Maksud loe dress codenya itu lingerie?" ucap Aruna dengan nada setengah tidak percaya.

"I… yup. Kenapa sih? Kok tegang gitu? Kan udah biasa juga. Tubuh sexi loe ditonton banyak orang. Iya, kan?"

"Iy… iya juga sih. Cuma…." Aruna pun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sedang ekspresi wajahnya benar-benar tak enak dilihat. Sungguh, mungkin jika di dalam ruangan pemotretan ia sudah mulai merasa terbiasa untuk mempertontonkan kemolekan badannya, tapi kalau di depan umum. Kayaknya entar dulu deh. 'Lagian tamu undangan ulang tahun Andreas pasti banyak deh. Aduh, gue kok jadi gugup gini ya,' ucap Aruna dalam hati.

"Udah. Nggak usah banyak mikir. Ini lingerie hadiah dari Andreas lho. Dia ingin loe pakai ini kesana," kata Denada yang langsung membuyarkan lamunan Aruna.

"Tap…. Tapi, Den…."

"Udah. Udah. Sana pakai. Santai saja. Semua orang yang dateng juga pakai pakaian kayak gini kok. Jadi loe nggak sendirian. Oke?"

"Oke deh," balas Aruna dengan nada yang tak bersemangat.

"Nah gitu dong."

****

Di Rooftop hotel Bintang, perayaan ulang tahun Andreas digelar dengan megah, walaupun perayaan itu dirayakan dengan cukup tertutup. Maklumlah, jika semua orang tahu bagaimana para tamu undangan yang datang. Ternyata tak hanya terlihat cantik tapi juga sangat seksi dan menggoda iman. Tentu akan menimbulkan masalah tersendiri nantinya. Makanya, Andreas niat banget membooking seluruh lantai dua belas itu demi kelancaran acaranya malam itu. 

Ia pun memesan berbagai jenis wine dengan harga selangit sebagai salah satu jamuan yang sudah disediakan. Di samping berbagai hidangan lezat dengan bandrol tak kalah mahal. Seperti salad, cheeseburger, chocolate cake dan masih banyak lagi.

Di antara sinar lampu taman yang berjajar menghiasi sekeliling kolam renang. Andreas berdiri di samping salah satu meja yang berisi berbagai jenis makanan. Ia pun terlihat asyik mengobrol dengan salah satu klien bisnisnya. Sedang seorang waitress cantik berdandan ala pelayan nakal dengan baju yang sangat ketat dan minim. Terlihat wara-wiri sambil membawa nampan di tangannya. Tanpa segan ia pun mendatangi satu per satu tamu yang sudah datang. Lalu menuang wine yang ada di atas nampan itu ke gelas mereka.

"Mau tambah minumannya, Bos?" tanya si waitress dengan nada yang dibuat genit.

"Boleh," balas Andreas sambil menyodorkan gelas yang sudah kosong di tangannya. Si waitress pun langsung mengangkat botol wine jenis Cabernet Sauvignon. Kemudian menuangnya ke dalam gelas.

"Tuan, mau tambah juga?" tanya si waitress pada lawan ngobrol Andreas.

"Terima kasih. Nanti saya panggil kamu jika saya butuh," balas lelaki setengah baya yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah masuk kepala lima itu.

"Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu," kata si waitress kemudian berlalu. Lelaki paruh baya itu pun terus memandangi langkah si cewek waitress yang semakin menjauh. Matanya tak berkedip menatap paha mulus wanita itu yang bergerak kesana-kemari seakan melambai-lambai minta dibelai.

Andreas pun tersenyum licik melihat lelaki mata keranjang di depannya. Ia tahu betul apa yang sedang ia pikirkan otak mesum yang selalu gila wanita cantik nan bahenol itu.

"Gimana Om? Jadikan investasi di Amazing Adult?" tanya Andreas yang langsung membuyarkan bayangan nakal lelaki itu.

"Oh…. Iya. Iya. Ehms…. Tapi saya masih penasaran dengan wanita yang kamu bilang tadi malam. Apa dia sudah datang?" tanya lelaki yang dipanggil Om oleh Andreas itu cepat-cepat.

"Sebentar lagi dia juga datang," balas Andreas sambil tersenyum penuh kemenangan. Dan setelah menyelesaikan perkataannya. Tak sengaja mata Andreas menangkap sosok wanita yang sedari tadi ditunggunya. "Nah, Om. Itu dia datang," ucap Andreas sambil menggerakkan dagunya untuk menunjuk ke belakang lelaki yang tiga puluh tahun lebih tua darinya itu. Jelas saja lelaki itu segera membalikkan badannya dengan cepat. Dan ketika kedua matanya memandang sosok wanita yang baru saja keluar dari lift matanya pun langsung melotot sempurna.

"Wow. Legit banget!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status