Share

Bab. 2 Tak Terduga

Author: Riska Karisha
last update Last Updated: 2021-01-16 12:47:13

Aruna menggantung baju-baju yang akan dicobanya ke tempat yang sudah disediakan. Kemudian ia pun membuka jaket jeansnya lalu selanjutnya ia memegang ujung tanktop yang melekat erat di tubuh indahnya untuk segera dilepaskan. Baru saja ujung itu sampai di atas gundukan kenyal di tubuh bagian depannya. Terlihat sebuah kejanggalan dari cermin besar di depannya. Ia menatap gerakan kelambu yang terlihat seperti ada yang menyenggolnya dari luar.

"Siapa ya?" gumamnya mengira-ira. Aruna pun langsung menghentikan gerakannya. Ia mengembalikan posisi tanktop berwarna hitam itu seperti semula.

Kemudian dengan jantung yang berdebar kencang. Ia berjalan pelan-pelan, nyaris tak bersuara ke arah kelambu itu. Dug. Dug. Dug. Jantungnya pun terasa ingin meloncat saat kedua tangannya dengan hati-hati menggenggam kelambu itu. 'Satu…. Dua….' Dia pun menghitung dalam hati. 'Tiga.' Hingga akhirnya….

Srek! Kelambu pun ia buka dan menampakkan sosok Denada ada di depannya.

"Yah, elo. Gue kira siapa?" ucap Aruna sambil bernafas lega.

"Emang loe pikir siapa?" tanya Denada balik dengan kening berkerut sempurna.

"Nggak. Enggak. Ya, udah yuk, ah! Kita pulang saja!" ajak Aruna tiba-tiba. Sambil meraih baju-baju yang tadi sempat ia gantung di ruang coba itu lalu mengembalikannya di gantungan yang dilewatinya.

"Eh. Eh. Eh. Tunggu gue!" balas Denada setengah berteriak. Sambil melakukan hal yang sama dengan baju-baju yang belum sempat dicobanya itu.

Dengan langkah tegap Aruna bergegas keluar dari pusat perbelanjaan itu. Ia tak lagi memperdulikan sahabatnya yang sedari tadi mengejarnya sambil mengomel tak jelas.

"Aruna, tunggu. Runa tunggu. Loe kenapa sih aneh banget deh," ujar Denada yang sama sekali tidak mendapat tanggapan dari Aruna.

Wanita yang tingginya seratus tujuh puluh enam sentimeter tersebut terus menggerakkan kaki jenjangnya ke depan. Rok span jeans yang hanya sepanjang jengkal orang dewasa itu pun tak mampu menutupi gerakan paha mulus Aruna yang bergoyang kesana-kemari. Belum lagi tanktop hitam yang ia pakai memiliki belahan dada yang cukup lebar. Sehingga mau tak mau sepasang daging kenyal Aruna yang masih ranum itu terlihat menari-nari dari sela-selanya. Walaupun, Aruna sudah menutupi tanktop itu dengan jaket jeans belel yang sedang jadi trend fashion saat itu.

Di sepanjang Aruna berjalan, puluhan pasang mata memperhatikannya. Mulai dari tatapan sinis para cewek yang iri, sampai mata jelalatan cowok-cowok mata keranjang yang tak mampu berkedip melihat kemulusan tubuh Aruna yang menggetarkan jiwa lelaki mereka. Aruna pun merasa risih juga dengan hal tersebut. Makanya ia melebarkan langkah agar cepat-cepat meninggalkan tempat ini. Hingga beberapa menit kemudian….

Bruk!

Aruna tak sengaja menabrak seseorang yang kebetulan tengah melintas di depannya. Sehingga semua barang belanjaannya pun berserakan.

"Sorry. Sorry. Sorry," ucap Aruna berulang sambil membenarkan letak kacamata hitamnya yang sedikit merosot. Ia pun segera berjongkok untuk membantu lelaki itu memunguti barang-barangnya.

"Iya, nggak papa. Lain kali hati-hati ya kalau…. Astaghfirullah hal 'adzim." Si lelaki pun langsung beristighfar saat tak sengaja melihat paha Aruna yang berjongkok di depannya.

"Kenapa? Gue ngelakuin kesalahan?" tanya Aruna bingung. Lelaki itu pun tak langsung menjawab. Ia segera beranjak. Lalu merogoh salah satu paper bag yang ada di tangannya.

"Pakai ini untuk menutupi auratmu!" ujar ai lelaki sambil menyerahkan sebuah bungkusan kepada Aruna. Aruna pun kaget dengan tindakan si lelaki, tapi ia segera menggapai benda yang terlihat seperti kain itu. "Saya permisi. Assalamualaikum," lanjutnya kemudian pergi. Meninggalkan Aruna yang masih terdiam di tempatnya sambil memandangi bungkusan di tangannya.

"Woi!" kata Denada sambil menepuk pundak Aruna. Jelas saja Aruna langsung terlonjak kaget.

"Ih. Apaan sih loe? Ngagetin gue aja deh kerjaannya," protes Aruna mengomel.

"Hehe. Lagian elo gue panggil-panggil dari tadi juga. Nggak nyaut-nyaut. Oh, ya. Yang tadi siapa? Fans elo ya? Boleh liat nggak dia kasih apaan?" cerocos Denada sambil menaikkan sebelah alisnya. Aruna pun menoleh ke arah teman akrabnya itu.

"Wuuu. Dasar tukang kepo!" balas Aruna sambil memukul Denada dengan benda itu. "Udah, yuk! Pulang!" Aruna pun merangkul pundak Denada lalu menyeretnya pergi dari tempat itu.

"Eh. Eh. Tapi elo belum jawab pertanyaan gue tadi."

"Udah. Kapan-kapan gue ceritain sama elo."

****

Di sebuah ruangan berukuran lima kali delapan meter. Andreas menatap gambar-gambar sexy Aruna dengan gaya yang semakin menggairahkan. Senyumnya pun mengembang mengingat tingkat penjualan tabloid berisi semua informasi tentang dunia orang dewasa itu semakin melejit akhir-akhir ini.

'Nggak salah juga gue ngorbitin Aruna jadi top model Amazing Adult. Heh. Ternyata dia bisa meningkatkan penjualan melebihi ekspektasi gue,' ujar Andreas dalam hati.

Tok. Tok. Tok. Tiba-tiba pintu ruangannya pun diketuk dari luar. Perhatian Andreas pun segera berpindah. Ia sudah bisa menebak siapa gerangan yang sudah berani mengusik ketentraman ruang kerjanya itu. Segera majalah yang sedari tadi dipegangnya ia lempar ke atas meja.

"Masuk!" ucapnya sambil membenarkan posisi duduknya.

Cekrek! Bunyi decitan pintu ruang kerja Andreas yang dibuka dengan pelan-pelan.

"Selamat siang, Mas Andreas. Ehms…. Mas Andreas manggil gue?" kata Aruna dengan malu-malu. Sebenarnya ia memang memiliki perasaan lebih pada atasannya itu. Apalagi setelah semua perhatian yang Andreas berikan. Aruna benar-benar klepek-klepek rasanya. Namun, tentunya ia tak berani bertingkah lebih. Sebab, dia sadar diri jika umur karirnya di tempat ini masih seumur jagung.

"Oh, iya Aruna. Silahkan masuk!" Aruna pun langsung menuruti titah sang fotografer ganteng itu. "Silahkan duduk!" lanjut Andreas saat Aruna sudah berada di depannya.

"Terima kasih," sahut Aruna lirih. Sambil menurunkan tubuhnya hingga menyentuh kursi di belakangnya.

"Jadi, begini. Besok malam gue mau mengadakan acara spesial di hotel Bintang."

"Oh, iya. Gue juga sudah dengar kalau Mas Andreas sekarang ulang tahun ke tiga puluh sembilan ya. Selamat ya Mas," sela Aruna sambil mengulurkan tangannya pada Andreas. Lelaki berlesung pipit itu pun tersenyum manis.

"Iya, terima kasih," timpalnya sambil membalas uluran tangan halus Aruna. "Untuk sebab itu…. Gue sudah mengundang semua rekan kerja gue semua.... Kecuali kamu," lanjut Andreas yang membuat Aruna langsung menundukkan kepalanya. Menutupi senyum kecutnya yang tak ingin dilihat oleh Andreas.

"Iy… iya. Gue pun merasa heran karena itu. Gue pikir Mas Andreas sudah lupa sama gue," ujar Aruna. Lalu ia menggigit bibir bawah. Andreas pun kembali tersenyum.

"Iya. Gue memang sengaja nggak mengundang elo," kata Andreas mantap. Aruna pun langsung mengangkat kepalanya. Tak percaya dengan apa yang barusan didengar telinganya.

"Tapi kenapa, Mas? Apa gue melakukan kesalahan?" tanya Aruna cepat.

"Nggak. Nggak. Nggak dong. Bukan karena itu. Tapi, karena…. Kedatangan loe adalah hadiah buat gue. Jadi, mana mungkin gue undang hadiah gue ke acara ulang tahun gue sendiri. Siapa tau dia nggak mau dateng lagi," jawab Andreas yang langsung membuat Aruna tersipu malu. Aruna pun kembali menundukkan kepalanya dengan malu-malu. Menyembunyikan pipinya yang kini merona. "Jadi? Gimana? Loe mau dateng?" tanya Andreas pelan. Aruna pun langsung mengangguk dengan cepat. Tanda setuju.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 28 Es Rujak Krim

    Aruna celingukan di luar pagar rumah Al sambil menenteng plastik hitam besar berisi sampah. Ia sedang mencari tempat sampah tapi tak kunjung menemukannya."Aduh. Dimana gue harus buang sampah-sampah ini? Masak sih kawasan elit begini nggak ada tempat pembuangan sampahnya," gumam Aruna sambil terus celingukan ke area sekitar rumah Al. Ia begitu fokus dengan benda-benda di depannya. Sehingga Aruna tak sadar jika ada seorang wanita seusianya sedang mengawasi Aruna dari belakang."Sedang cari apa, Mbak?" tanya si wanita itu sambil menepuk pundak Aruna. Tentu saja gadis cantik itu langsung terlonjak kaget sambil memutar tubuhnya."Eh, ini saya mau cari tong sampah, Mbak? Tapi, nggak ketemu-ketemu. Kira-kira dimana ya biasanya kalau mau buang sampah?" tanya Aruna apda wanita itu."Oh, buang sampah toh. Itu ada di belakang komplek ini, Mbak. Nggak jauh kok dari sini. Tapi, kalau mau bareng saya aja. Saya juga ada sampah yang mau dibuang," tawar wanita ya

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 27 Bekal Spesial Untuk Al

    Al berjalan mantap keluar dari rumah sambil menatap layar ponselnya. Menuju sebuah mobil yang siap mengantarkan lelaki berpenampilan ala eksekutif muda itu ke tempat ia memulai karir. Al memencet smart key di tangannya yang lain. Sehingga mobil itu bergoyang dan mengeluarkan suara 'pip-pip' dibarengi dengan keempat lampu mobil yang berkedip secara bersamaan.Al segera masuk ke dalam mobil. Duduk di jok kemudinya. Namun, saat ia hendak menghidupkan mobil itu. Tak sengaja matanya menangkap sebuah paper bag ukuran sedang berada di luar kaca mobilnya. "Apaan tuh?" gumam Al sambil mengerutkan keningnya. Ia membuka kaca jendela di sampingnya. Lalu menjulurkan tangannya keluar untuk meraih benda itu. Al menarik secarik kertas yang tergantung di pegangan tangan benda itu."Sebagai ucapan terima kasih atas pertolongan Pak Al tadi. Aku sudah siapkan makanan spesial yang enak dimakan nanti siang. Asri," gumam Al membaca isi kertas itu. Kedua ujung bibir Al pun terangkat. "Mbak Asri. Udah siapin

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 26 Pak Al yang Baik Hati

    Keesokan harinya Aruna menatap baju-baju yang dibelikan Al kemarin. Ternyata isi kantong belanjaan yang dibawa Al dari dalam toko baju itu berisi beberapa baju daster lain untuk Aruna."Huh. Panas banget sih pakai baju ginian. Mana harus pakai kerudung lagi," gerutu Aruna dengan kesal. "Tapi, tenang Aruna. Tenang. Ingat! Ini cuma sementara. Loe akan segera pergi dari sini kalau semuanya sudah aman. Loe harus bertahan. Daripada loe tertangkap lagi sama Andreas yang gila duit itu." Ia kembali mengingatkan dirinya sendiri. "Tapi, sumpah sih ini baju bikin ribet. Seharian make aja. Entah berapa kali gue harus megangin ujungnya biar nggak kena air ataupun debu," tambahnya masih menggerutu. Tiba-tiba sebuah ide brilian melintasi pikirannya. "Aha! Gue punya ide!"Aruna mencari gunting di dapur. Tempat ia meletakkannya kemarin. Setelah itu ia kembali ke kamar untuk memotong bagian lengan dan bawahnya hingga sebatas lutut."Nah! Kalau gini kan lebih enak dipakai. Lagian yang dipermasalahkan san

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 25 Dikira Pengantin Baru 

    "Pak Al!" panggil Aruna yang membuat Al langsung balik badan. Setelah lelaki itu menoleh. Matanya pun langsung terpaku dengan pemandangan di depannya. Aruna terlihat menawan meskipun hanya memakai daster rumahan lengan panjang yang cukup longgar di badannya. Kulit putihnya tampak semakin terang dipadu dengan warna coklat dari kain batik itu. Dan yang membuatnya tak bisa berkedip sedetikpun, adalah jilbab senada yang menutupi kepala Aruna. Benda itu menampilkan kecantikan yang nyata pada wajah gadis itu. Ini memang rekomendasi dari pelayan toko. Ia menyarankan Aruna untuk memakai jilbab karena mendengar cerita Aruna yang bingung dengan sikap aneh Al."Astaghfirullah hal'adzim," gumam Al sambil memutar tubuhnya lagi. Ia merasa berdosa karena sudah terpesona dengan kecantikan wanita yang hanya berstatus sebagai pembantunya itu. Aruna bingung dengan reaksi Al."Pak Al tidak suka ya? Atau saya ganti baju saya lagi aja?" tanyanya bingung. "Jangan-jangan. Jangan. Pakai itu saja. Baju itu… t

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 24 Ke Pasar Bareng

    Mulai hari ini Aruna sudah resmi menjadi ART di rumah Al. Makanya pagi-pagi sekali ia sudah bangun. Sebenarnya dia tipe anak yang rajin dulu saat di kampung. Dulu ia sering membantu ibunya bersih-bersih dan juga masak. Jadi, dia tak begitu kaget dengan kegiatan itu sekarang. Hanya saja, Aruna masih merasa kebingungan. Sebab, ia tak menemukan peralatan yang biasa dipakainya saat ini. Saat Aruna hendak masak. Ia tak menemukan satu alat masak pun, sedang saat ia hendak bersih-bersih. Ia juga tidak menemukan sapu atau kemoceng dimanapun. Padahal, kini ia sudah mencari di kolong-kolong. Berpikir jika mungkin benda-benda itu terjatuh di sana."Mbak Asri. Sedang apa?" tanya Al heran yang ternyata sudah berdiri di belakang Aruna.Dug!"Aw!" pekik Aruna yang kaget dan langsung membentur kolong meja makan. "Aduh," rintih Aruna sambil keluar dari kolong itu dan mengelus ujung kepalanya."Astaghfirullah hal'adzim," gumam Al sembari balik badan seketika. Sebab, kaos yang digunakan Aruna begitu ke

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 23 Menjadi ART

    "Ini rumah saya, Mbak. Semoga Mbak Asri bisa betah tinggal di rumah saya," ujar Al sambil membukakan pintu rumahnya lebar-lebar.Aruna yang berjalan di belakang Al pun mengikuti gerakan Al untuk masuk ke dalam rumah itu. Ia pun langsung mengedarkan pandangan setelah kakinya melangkah masuk. Rumah ini tak semewah Apartemennya memang, tapi entah kenapa baru masuk saja hatinya merasa adem. 'Apa mungkin karena cat dindingnya yang berwarna putih bersih ya?' batin Aruna bingung. Ia pun terus melangkahkan kakinya sambil menatap keindahan tata ruangan ini yang benar-benar menakjubkan. Mulai dari hiasan bergambar ka'bah dan tulisan kaligrafi, rak buku kekinian yang menjadi pembatas dengan ruangan lain serta penataan sofa berwarna abu-abu yang terlihat sangat kontras dengan warna dinding rumah itu."Mbak," panggil Al yang langsung membuyarkan lamunan Aruna."Iy… iya," balas Aruna terbata. Sambil mengalihkan perhatiannya ke arah sosok Al yang sudah berada di ambang pintu ruang berikutnya."Mari i

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 22 Andreas Kelabakan

    Sudah satu setengah hari ini Aruna belum sadarkan diri. Matanya masih saja terpejam dengan beberapa bagian tubuh yang tertutup perban. Dia memang tidak memiliki luka dalam yang cukup serius, tapi menurut dokter Aruna sudah mengalami dehidrasi akut dan tenaganya ngedrop."Kenapa bisa begitu, Dok?" tanya Al saat Dokter menjelaskan tentang hal tersebut beberapa saat yang lalu."Saya juga kurang tau pasti. Hanya saja, sepertinya dia baru saja berlari cukup lama. Tapi, dia juga belum minum sama sekali. Jadi, sebagian besar cairan di tubuhnya itu sudah dikeluarkan lewat air keringat dan juga dibakar untuk menghasilkan tenaga. Makanya, sekarang dia sedang dalam proses recovery energy," jelas Dokter yang menangani Aruna."Oh, begitu ya, Dok. Pantas saja saat itu dia tiba-tiba muncul di depan mobil saya. Sepertinya dia sedang dikejar seseorang pada saat itu," ujar Al menyimpulkan. Dokter itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali."Mungkin saja seperti itu. Tapi, untuk lebih jelasnya

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 21 Dari Kandang Macan Ketemu Singa

    Aruna pun terus berlari sekuat yang ia bisa. Sungguh, ia baru saja keluar dari kandang macan. Dan dia tidak ingin masuk ke dalam kandang singa. 'Apalagi singanya nggak hanya satu. Bisa habis badan gue digilir mereka,' ujar Aruna sambil terus berlari."Woi!!! Tunggu!!! Jangan kabur!!! Woi!!! Woi!!!" teriak kedua orang itu saling bersautan.Aruna pun berusaha semakin mempercepat laju lariannya. Walaupun sebenarnya ritme lariannya tetap sama. Maklumlah, dia belum makan sejak tadi siang. Sebab, dia pikir malam ini dia akan dinner romantis lalu asyik-asyik sama Andreas. Bukannya dijual pada lelaki yang tidak ia kenal dan begitu bernafsu ingin segera menggagahinya.Hosh. Hosh. Hosh. Nafas Aruna pun semakin tersengal-sengal. Rasanya pasokan oksigen dalam rongga paru-parunya sudah semakin menipis. Engsel di lututnya pun sudah terasa pegal dan ingin segera beristirahat. Untung saja ia memakai sandal jepit murahan yang ia bawa dari kampung juga. Coba kalau dia masih pakai high heels seperti tadi

  • Kisah Cinta Pembantu Sexy   Bab. 20 Memilih Kabur

    Aruna pun berlari dari tempat itu. Namun, tanpa sengaja ia menjatuhkan kalung pemberian Andreas kemarin. 'Brengsek. Biadap. Andreas keterlaluan. Bisa-bisanya dia cuma memanfaatkan gue untuk kesenangannya pribadi. Sialan. Dia memang sialan. Denada juga. Tega-teganya dia melakukan ini di belakang gue. Hiks…. Hiks…. Gue benci mereka semua. Gue benci,"' ujar Aruna dalam hati. Ia pun terus menyumpahi Andreas sambil terus berlari sekencang yang ia bisa. Air matanya pun mengalir deras. Seiring langkah kakinya yang dibuat selebar yang ia bisa, agar segera pergi dari tempat ini.Tak lama kemudian Aruna pun sampai di depan mobilnya yang tadi sempat mogok. Tanpa membuang waktu. Aruna pun masuk ke dalam mobil itu, lalu ia segera menghidupkan mesin mobil. Dan dengan ajaib. Mobil pun menyala. Tanpa pikir panjang Aruna pun menekan pedal gas dan segera melajukan mobil itu keluar area komplek perumahan mewah ini.Sepuluh menit berlalu, Aruna pun sudah sampai di Apartemennya. Ia pun langsung menuju kama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status