Share

Benarkah Itu?

Perlahan Angelo memindahkan kakinya dari kepala pemimpin preman itu. Merasakan kepalanya tak lagi diinjak oleh Angelo, pria itu hendak menarik nafas lega. Namun dengan cepat Angelo menarik kencang baju pria itu hingga terduduk.

"Aku butuh nama lengkapnya, sialan!" desis Angelo diwajah pemimpin preman itu.

Pria itu membelalak terkejut dengan tindakan tak terduga itu.

"Ce-Celeste! Celeste Ferrari! Itu nama orang yang mengirimku!" seru pria itu ketakutan.

Angelo menatap tajam pria itu dan cengkramannya di kerah baju pria itu semakin kencang membuat pemimpin preman itu tercekik dan mulai kehabisan nafas.

"Be-benar! Ak-aku tidak bohong! Celestelah yang mengirim kami un-untuk mengganggu pria itu!" 

Pemimpin preman itu berkata terburu-buru dengan leher semakin tercekik. Wajahnya semakin memerah akibat kurangnya suplai oksigen. Melihat hal itu, Angelo lalu melepaskan cengkramannya dengan kasar.

Pemimpin preman itu langsung mengusap lehernya dan menghirup udara dengan rakus.

"Aku percaya padamu, tapi. Jika kau membohongiku, kau akan mendapatkan balasannya," ucap Angelo yang berdiri menjulang dihadapannya.

"Ti-tidak, tuan. Aku mengatakan yang sebenarnya!" bela pria itu.

"Tentunya kau tahu, balasan yang kau dapat akan lebih dari ini jika kau membohongiku," ancam Angelo.

"Y-ya, tuan. Aku paham. Tolong lepaskan kami sekarang juga. Lihat? Anak buahku harus segera mendapat perawatan jika tidak mereka akan mati, tuan," rengek pemimpin preman itu.

"Baiklah. Kali ini kalian akan aku lepaskan. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi," putus Angelo.

"Te-te-terima kasih, tuan. Anda sungguh baik hati. Kami pergi sekarang!" 

Pemimpin preman itu lalu memanggil anak buahnya dan menyuruh mereka pergi dari sana. Sementara itu Angelo yang masih berdiri disana mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Carikan seorang wanita bernama Celeste Ferrari untukku."

Setelah itu Angelo menyimpan kembali ponselnya.

"Aku harus tahu siapa itu Celeste Ferrari dan apa hubungannya dengan tuan Juan," gumam Angelo.

Kemudian ia melihat jam ditangannya, lalu memanggil sebuah taxi yang lewat didepannya. Angelo segera masuk kedalam taxi.

"Ke rumah sakit pusat kota," ucapnya pada sang supir taxi.

Jalanan yang lengang membuat perjalanan Angelo kerumah sakit hanya membutuhkan waktu singkat. Angelo segera keluar dari taxi dan langsung disambut oleh dua orang anak buahnya yang menunggu dirinya dirumah sakit.

"Bagaimana keadaan tuan Juan?" tanya Angelo tanpa berhenti pada dua anak buahnya.

"Tuan Juan sudah menerima perawatan dengan baik dabn menurut dokter tidak ada luka yang serius. Namun tuan Juan tetap harus dirawat di rumah sakit sekitar 2 hari lagi."

Angelo menghela nafas panjang mendengar laporan dari anak buahnya itu. Ketiganya berhenti didepan lift. Menunggu lift datang.

"Dilantai berapa kamar tuan Juan?" tanya Angelo saat pintu lift terbuka.

"Di lantai 4 tuan. Apakah perlu kami sediakan pengawal didepan pintu kamar tuan Juan?" tanya salah satu anak buahnya.

"Kita lihat nanti, untuk sementara biarkan seperti ini dulu," jawab Angelo.

"Baik, tuan."

Pintu lift terbuka dan ketiganya segera masuk, salah satu anak buah Angelo memencet tombol angka 4 dan lift segera naik keatas.

Pintu lift kembali terbuka, mereka sudah sampai dilantai 4. Angelo melangkah keluar dan langsung menuju kamar Juan.

"Angelo! Kau disini!" sapa Juan ramah.

"Bagaimana keadaanmu, tuan Juan?" tanya Angelo ramah seraya berjalan meghampiri ranjang Juan.

"Seperti yang kau lihat. Ini tak terlalu buruk dibandingkan yang sudah-sudah," jawab Juan malu-malu.

"Tapi sebenarnya aku tak perlu sampai harus dirawat seperti ini, Angelo. Aku sudah terbiasa dengan luka-luka ini," sambung Juan.

"Tuan, apakah anda tahu mengapa para preman itu selalu mengganggumu?" tanya Angelo.

Ia ingin tahu apakah Juan mengetahui sesuatu, mengapa sampai seorang Ferrari mengirimkan para preman untuk menghajarnya terus menerus.

"Entahlah. Aku juga bingung mengapa mereka selalu menggangguku," jawab Juan berbohong.

"Benarkah itu, tuan Juan?" tanya Angelo menyelidik.

"Benar. Tiba-tiba saja mereka sering mengejekku, menghajarku dan terakhir mereka membakar toko musik yang sangat berharga bagiku."

Mata Juan berkaca-kaca saat ia menceritakan toko musiknya. Rasa sedih masih terus datang jika ia teringat akan toko musik kesayangannya yang hangus terbakar.

Semua alat musik, partitur serta buku-buku lagu terbakar hangus. Tak ada lagi yang tersisa dalam kebakaran itu. Juan menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan kesedhannya dari Angelo.

Namun Angelo telah melihat kesedihan diwajah Juan. Tapi ia tak tahu harus memberi kata-kata penghiburan seperti apa. Ia tak pandai merangkai kalimat, namun jika menyangkut kekuatan Angelo adalah ahlinya.

"Sudahlah, tuan Juan. Yang lalu biarlah berlalu. Lagipula kau tak akan bisa mengelola toko musikmu lagi jika kau meneruskan bisnis papamu," ucap Angelo.

Setelah tertegun sebentar karena mendegar kalimat Angelo, akhirnya Juan membalas ucapan pria itu.

"Kau benar. Aku tak akan bisa membuka toko musik lagi jika meneruskan bisnis papaku. Jadi memang lebih baik toko itu musnah sekarang."

"Maafkan aku, tuan Juan. Bukan maksudku untuk berkata kasar padamu."

"Tak mengapa, Angelo. Kata-katamu benar adanya. Aku tak boleh berlarut-larut dengan kesedihan ini," ucap Juan seraya tersenyum tipis.

Angelo terdiam melihat senyum diwajah Juan. Dirinya merasa tak enak hati karena telah melukai perasaan pemuda didepannya ini.

"Oh Ya. Jika aku menerima tawaranmu untuk meneruskan bisnis papaku. Apakah kau akan mengabulkan semua permintaanku?" tanya Juan tiba-tiba.

"K-kau bersedia meneruskan bisnis Keluarga Maximo, tuan Juan?" tanya Angelo tak percaya.

"Yah, sebenarnya aku masih mempertimbangkannya. Karena ada beberapa hal yang harus kuselesaikan terlebih dahulu sebelum pergi dari sini," balas Juan ragu.

"Apa itu, tuan? Aku akan melakukan semua perintahmu!" seru Angelo bersemangat.

"Tidak sekarang, Angelo. Nanti. Nanti aku akan memberitahumu apa yang harus kau lakukan untukku," jawab Juan berahasia.

"Oh. Aku pikir kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu sekarang, tuan. Baiklah kalau begitu. Aku akan menunggu perintahmu," ucap Angelo tak mampu mneyembunyikan kekecewaannya.

"Aku ingin tidur, kau boleh pergi, Angelo," usir Juan seraya merebahkan badannya dikasur.

"Baik, tuan Juan. Beristirahtlah, jika kau membutuhkan sesuatu panggil saja aku kapanpun. Aku pamit dulu."

Angelopun berbalik dan melangkah menuju pintu, namun baru berapa langkah ia teringat sesuatu. Jadi ia berhenti dan berbalik.

"Tuan Juan, apakah anda mengenal wanita bernama Celeste Ferrari?"

Juan yang sudah memejamkan matanya spontan membukanya kembali saat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Angelo. Iapun bangkit dalam posisi duduk dan menatap Angelo penuh tanda tanya.

"Darimana kau tahu nama itu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status