Share

Benarkah Itu?

Author: Sky_Earth
last update Last Updated: 2021-08-16 12:49:09

Perlahan Angelo memindahkan kakinya dari kepala pemimpin preman itu. Merasakan kepalanya tak lagi diinjak oleh Angelo, pria itu hendak menarik nafas lega. Namun dengan cepat Angelo menarik kencang baju pria itu hingga terduduk.

"Aku butuh nama lengkapnya, sialan!" desis Angelo diwajah pemimpin preman itu.

Pria itu membelalak terkejut dengan tindakan tak terduga itu.

"Ce-Celeste! Celeste Ferrari! Itu nama orang yang mengirimku!" seru pria itu ketakutan.

Angelo menatap tajam pria itu dan cengkramannya di kerah baju pria itu semakin kencang membuat pemimpin preman itu tercekik dan mulai kehabisan nafas.

"Be-benar! Ak-aku tidak bohong! Celestelah yang mengirim kami un-untuk mengganggu pria itu!" 

Pemimpin preman itu berkata terburu-buru dengan leher semakin tercekik. Wajahnya semakin memerah akibat kurangnya suplai oksigen. Melihat hal itu, Angelo lalu melepaskan cengkramannya dengan kasar.

Pemimpin preman itu langsung mengusap lehernya dan menghirup udara dengan rakus.

"Aku percaya padamu, tapi. Jika kau membohongiku, kau akan mendapatkan balasannya," ucap Angelo yang berdiri menjulang dihadapannya.

"Ti-tidak, tuan. Aku mengatakan yang sebenarnya!" bela pria itu.

"Tentunya kau tahu, balasan yang kau dapat akan lebih dari ini jika kau membohongiku," ancam Angelo.

"Y-ya, tuan. Aku paham. Tolong lepaskan kami sekarang juga. Lihat? Anak buahku harus segera mendapat perawatan jika tidak mereka akan mati, tuan," rengek pemimpin preman itu.

"Baiklah. Kali ini kalian akan aku lepaskan. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi," putus Angelo.

"Te-te-terima kasih, tuan. Anda sungguh baik hati. Kami pergi sekarang!" 

Pemimpin preman itu lalu memanggil anak buahnya dan menyuruh mereka pergi dari sana. Sementara itu Angelo yang masih berdiri disana mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Carikan seorang wanita bernama Celeste Ferrari untukku."

Setelah itu Angelo menyimpan kembali ponselnya.

"Aku harus tahu siapa itu Celeste Ferrari dan apa hubungannya dengan tuan Juan," gumam Angelo.

Kemudian ia melihat jam ditangannya, lalu memanggil sebuah taxi yang lewat didepannya. Angelo segera masuk kedalam taxi.

"Ke rumah sakit pusat kota," ucapnya pada sang supir taxi.

Jalanan yang lengang membuat perjalanan Angelo kerumah sakit hanya membutuhkan waktu singkat. Angelo segera keluar dari taxi dan langsung disambut oleh dua orang anak buahnya yang menunggu dirinya dirumah sakit.

"Bagaimana keadaan tuan Juan?" tanya Angelo tanpa berhenti pada dua anak buahnya.

"Tuan Juan sudah menerima perawatan dengan baik dabn menurut dokter tidak ada luka yang serius. Namun tuan Juan tetap harus dirawat di rumah sakit sekitar 2 hari lagi."

Angelo menghela nafas panjang mendengar laporan dari anak buahnya itu. Ketiganya berhenti didepan lift. Menunggu lift datang.

"Dilantai berapa kamar tuan Juan?" tanya Angelo saat pintu lift terbuka.

"Di lantai 4 tuan. Apakah perlu kami sediakan pengawal didepan pintu kamar tuan Juan?" tanya salah satu anak buahnya.

"Kita lihat nanti, untuk sementara biarkan seperti ini dulu," jawab Angelo.

"Baik, tuan."

Pintu lift terbuka dan ketiganya segera masuk, salah satu anak buah Angelo memencet tombol angka 4 dan lift segera naik keatas.

Pintu lift kembali terbuka, mereka sudah sampai dilantai 4. Angelo melangkah keluar dan langsung menuju kamar Juan.

"Angelo! Kau disini!" sapa Juan ramah.

"Bagaimana keadaanmu, tuan Juan?" tanya Angelo ramah seraya berjalan meghampiri ranjang Juan.

"Seperti yang kau lihat. Ini tak terlalu buruk dibandingkan yang sudah-sudah," jawab Juan malu-malu.

"Tapi sebenarnya aku tak perlu sampai harus dirawat seperti ini, Angelo. Aku sudah terbiasa dengan luka-luka ini," sambung Juan.

"Tuan, apakah anda tahu mengapa para preman itu selalu mengganggumu?" tanya Angelo.

Ia ingin tahu apakah Juan mengetahui sesuatu, mengapa sampai seorang Ferrari mengirimkan para preman untuk menghajarnya terus menerus.

"Entahlah. Aku juga bingung mengapa mereka selalu menggangguku," jawab Juan berbohong.

"Benarkah itu, tuan Juan?" tanya Angelo menyelidik.

"Benar. Tiba-tiba saja mereka sering mengejekku, menghajarku dan terakhir mereka membakar toko musik yang sangat berharga bagiku."

Mata Juan berkaca-kaca saat ia menceritakan toko musiknya. Rasa sedih masih terus datang jika ia teringat akan toko musik kesayangannya yang hangus terbakar.

Semua alat musik, partitur serta buku-buku lagu terbakar hangus. Tak ada lagi yang tersisa dalam kebakaran itu. Juan menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan kesedhannya dari Angelo.

Namun Angelo telah melihat kesedihan diwajah Juan. Tapi ia tak tahu harus memberi kata-kata penghiburan seperti apa. Ia tak pandai merangkai kalimat, namun jika menyangkut kekuatan Angelo adalah ahlinya.

"Sudahlah, tuan Juan. Yang lalu biarlah berlalu. Lagipula kau tak akan bisa mengelola toko musikmu lagi jika kau meneruskan bisnis papamu," ucap Angelo.

Setelah tertegun sebentar karena mendegar kalimat Angelo, akhirnya Juan membalas ucapan pria itu.

"Kau benar. Aku tak akan bisa membuka toko musik lagi jika meneruskan bisnis papaku. Jadi memang lebih baik toko itu musnah sekarang."

"Maafkan aku, tuan Juan. Bukan maksudku untuk berkata kasar padamu."

"Tak mengapa, Angelo. Kata-katamu benar adanya. Aku tak boleh berlarut-larut dengan kesedihan ini," ucap Juan seraya tersenyum tipis.

Angelo terdiam melihat senyum diwajah Juan. Dirinya merasa tak enak hati karena telah melukai perasaan pemuda didepannya ini.

"Oh Ya. Jika aku menerima tawaranmu untuk meneruskan bisnis papaku. Apakah kau akan mengabulkan semua permintaanku?" tanya Juan tiba-tiba.

"K-kau bersedia meneruskan bisnis Keluarga Maximo, tuan Juan?" tanya Angelo tak percaya.

"Yah, sebenarnya aku masih mempertimbangkannya. Karena ada beberapa hal yang harus kuselesaikan terlebih dahulu sebelum pergi dari sini," balas Juan ragu.

"Apa itu, tuan? Aku akan melakukan semua perintahmu!" seru Angelo bersemangat.

"Tidak sekarang, Angelo. Nanti. Nanti aku akan memberitahumu apa yang harus kau lakukan untukku," jawab Juan berahasia.

"Oh. Aku pikir kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu sekarang, tuan. Baiklah kalau begitu. Aku akan menunggu perintahmu," ucap Angelo tak mampu mneyembunyikan kekecewaannya.

"Aku ingin tidur, kau boleh pergi, Angelo," usir Juan seraya merebahkan badannya dikasur.

"Baik, tuan Juan. Beristirahtlah, jika kau membutuhkan sesuatu panggil saja aku kapanpun. Aku pamit dulu."

Angelopun berbalik dan melangkah menuju pintu, namun baru berapa langkah ia teringat sesuatu. Jadi ia berhenti dan berbalik.

"Tuan Juan, apakah anda mengenal wanita bernama Celeste Ferrari?"

Juan yang sudah memejamkan matanya spontan membukanya kembali saat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Angelo. Iapun bangkit dalam posisi duduk dan menatap Angelo penuh tanda tanya.

"Darimana kau tahu nama itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 144

    Juan dan Celeste tercengang menatap wanita yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Wanita yang dibawa oleh Angelo yang dikenal dingin dan anti perempuan."Angelo?" ucap Celeste bingung."Perkenalkan, namanya Fiorella. Maafkan jika aku telah lancang mengajaknya untuk tinggal disini tanpa memberitahu kalian berdua terlebih dahulu. Tapi, ada alasan mengapa aku melakukan hal ini, tuan Juan, nona Celeste," jelas Angelo."Aku Fiorella, senang berkenalan dengan anda berdua," ucap Fiorella gugup."Ada apa ini, Angelo? Tidak biasanya kau membawa wanita seperti ini?" tanya Juan blak-blakkan didepan Fiorella."Dia adalah wanita yang diceritakan oleh Davidde tadi pagi, tuan Juan," jelas Angelo.

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 143

    “A-apa maksudmu, Angelo? K-kau mengajakku tinggal bersamamu? Apakah tidak terlalu cepat? Kita berdua baru saja kenal,” ucap Fiorella dengan wajah merona merah karena malu.Menyadari kalau kalimat yang diucapkannya membuat Fiorella berpikiran macam-macam, Angelo cepat-cepat mengoreksinya dengan wajah sama merahnya dengan wanita itu.“Ah, ti-tidak! Maksudku bukan seperti itu! Maafkan aku jika ucapanku membuatmu berpikiran macam-macam!”“Maksudku, aku selama ini tinggal di hotel K bersama atasanku dan juga pacarnya. Mereka menyewa seluruh lantai, sehingga banyak kamar kosong. Jika kau mau, kau bisa mengisi salah satu kamar kosong di sana sampai kami menangkap pembunuh itu,” jelas Angelo cepat-cepat.“Oh, seperti itu,” ko

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 142

    Angelo melesat bagai peluru meninggalkan ruangan itu langsung masuk kedalam mobil tanpa memperdulikan Juan yang meneriakkan namanya. Saat ini yang ada dipikirannya hanya satu. Fiorella.Ciri-ciri yang diceritakan oleh Davidde sangat cocok dengan Fiorella. Apalagi wanita itu membawa sekeranjang bunga, seingatnya Fiorella pernah bercerita padanya kalau ia sering membawa pulang bunga-bunga yang mulai layu untuk dikeringkan di rumahnya.“Pantas saja, dia tak membuka tokonya hari ini. Dia pasti syok dan ketakutan dengan kejadian semalam,” gumam Angelo.Tak sabar untuk segera bertemu dengan wanita itu, Angelo bagai kerasukan menekan pedal gas dalam-dalam. Membawa mobil dengan kecepatan penuh. Hampir semua lalulintas dilewatinya tanpa perduli apakah sedang merah atau hijau. Yang ada dipikirannya sekarang adalah

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 141

    Pagi itu, Angelo kembali berjalan-jalan disekitar hotel hingga ke pasaraya yang letaknya tak jauh dari sana. Ia berniat mengenal Fiorella lebih jauh lagi. Setelah percakapan pertama keduanya, sudah sekitar 3 hari ia tak melihat wanita itu. Ia disibukkan dengan pembunuhan Domenico.Pagi ini sedikit senggang, sebelum mereka kembali ke markas Klan Maximo siang ini. Angelo menyempatkan menemui Fiorella untuk bercakap-cakap.Dengan bersemangat dan dada berdebar, Angelo berjalan menuju toko bunga Fiorella. Namun seketika ia mengernyit saat melihat toko wanita itu tutup. Tidak seperti biasanya, setahu Angelo Fiorella tidak pernah menutup tokonya.Dengan rasa penasaran ia lalu mendekati penjual tembikar yang letaknya persis di samping toko bunga Fiorella."Permisi, apa kau tahu

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 140

    Angelo segera memasukkan memory card tersebut kedalam saku jasnya. Setelah itu keduanya bergegas mengembalikan barang-barang tersebut pada petugas. Dengan tergesa-gesa keduanya kembali ke mobil dan segera pergi dari sana."Ini, tuan Juan," ucap Angelo sambil memberikan memory card yang disimpannya tadi."Haruskah aku lihat sekarang?" tanya Juan meminta pendapat Angelo."Mengapa tidak? Lebih cepat kita tahu isi memory card itu bukankah lebih baik? Siapa tahu disana ada petunjuk yang kita inginkan," balas Angelo ringan.

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 139

    Angelo kembali ke hotel dengan suasana hati yang lebih cerah. Pertemuannya dengan wanita pemilik toko bunga, Fiorella, sedikit mencerahkan hatinya yang cukup lama berkabut.Dengan bersenandung kecil, Angelo memasuki kamar hotelnya. Ia terus teringat akan Fiorella, dadanya berdebar kencang setiap kali ia teringat wanita itu. Apakah ia jatuh cinta lagi? Pada wanita yang sama namun sedikit berbeda? Angelo menggeleng, mengusir pikiran melantur itu."Apa yang kau pikirkan, Angelo? Dia bukan Carina, dia Fiorella. Walaupun wajah mereka sama, itu bukan dia. Carina mu tidak akan kembali, sadarlah," tegurnya pada dirinya sendiri.Walau begitu, Angelo tetap memikirkan Fiorella. Memikirkan wanita itu diluar dugaan memberikan ketenangan dalam hatinya.****

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 138

    Menuruti perintah Juan, Angelo segera mengumpulkan anak buah Klan Maximo kemudian memberi mereka perintah untuk menyelidiki Alonzo. Serta berpatroli minimal 3 orang, agar menghindari penyerangan yang tidak diinginkan.Sementara Domenico telah pergi meninggalkan hotel dengan mengemban tugas menyelidiki bosnya sendiri, Armando Ferrari.Juan masuk kedalam kamar hotelnya dengan semangat baru, wajahnya kini berseri-seri tidak lagi murung seperti beberapa hari lalu. Celeste yang tengah duduk santai sambil membaca majalah mode merasa senang melihat perubahan itu."Darimana kau sayang? Aku mencarimu dari tadi," tanya Celeste sambil menurunkan majalah yang dibacanya."Aku tadi habis bertemu Domenico, sayang," jawab Juan sambil mencium pipi Celeste.

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 137

    Ottavio masuk ke dalam lift hotel dengan Domenico mengekor di belakang. Ia memencet tombol 7 yang artinya mereka akan ke lantai 7, dimana semua kamar di lantai itu adalah milik Juan untuk sementara dirinya tinggal di hotel itu.Domenico mengikuti Ottavio dalam diam, hanya matanya yang memperhatikan sepanjang perjalanan menuju tempat bertemu Juan dan Angelo. Tibalah keduanya di lantai 7 dan Ottavio segera keluar lift terus berjalan menuju kamar bernomor 710 sesuai instruksi yang diberikan.TOK! TOK! TOK!Ottavio mengetuk pelan pintu kamar nomor 710. Tak butuh waktu lama pintu kamar terbuka dan muncullah sosok sempurna Angelo. Ottavio terdiam, terpesona sekaligus terintimidasi oleh kehadiran Angelo. Apalagi pria itu tepat berdiri dihadapannya.Dengan bibir gemetar, Ottavio

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 136

    Angelo berjalan dengan terburu-buru meninggalkan pasaraya. Wajahnya pucat dengan keringat tak berhenti mengalir."Apa ini? Perasaan apa ini?" batin Angelo tak mengerti."Mengapa aku tak punya keberanian untuk bertanya pada wanita itu," batin Angelo lagi.Kenangan masa lalu sekilas berkelebat di pelupuk mata Angelo. Senyum manisnya, tawa renyahnya, mata hijau teduhnya tak pernah Angelo lupakan sekalipun.Angelo memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Kenangan itu serta wanita yang dilihatnya di pasaraya tadi menyakitkan kepalanya.Angelo bergegas membuka pintu kamarnya lalu melempar dirinya ke atas tempat tidur. Ia memejamkan kedua matanya dengan sebelah tangan diatas kening.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status