Angelo melesat bagai peluru meninggalkan ruangan itu langsung masuk kedalam mobil tanpa memperdulikan Juan yang meneriakkan namanya. Saat ini yang ada dipikirannya hanya satu. Fiorella.
Ciri-ciri yang diceritakan oleh Davidde sangat cocok dengan Fiorella. Apalagi wanita itu membawa sekeranjang bunga, seingatnya Fiorella pernah bercerita padanya kalau ia sering membawa pulang bunga-bunga yang mulai layu untuk dikeringkan di rumahnya.
“Pantas saja, dia tak membuka tokonya hari ini. Dia pasti syok dan ketakutan dengan kejadian semalam,” gumam Angelo.
Tak sabar untuk segera bertemu dengan wanita itu, Angelo bagai kerasukan menekan pedal gas dalam-dalam. Membawa mobil dengan kecepatan penuh. Hampir semua lalulintas dilewatinya tanpa perduli apakah sedang merah atau hijau. Yang ada dipikirannya sekarang adalah
“A-apa maksudmu, Angelo? K-kau mengajakku tinggal bersamamu? Apakah tidak terlalu cepat? Kita berdua baru saja kenal,” ucap Fiorella dengan wajah merona merah karena malu.Menyadari kalau kalimat yang diucapkannya membuat Fiorella berpikiran macam-macam, Angelo cepat-cepat mengoreksinya dengan wajah sama merahnya dengan wanita itu.“Ah, ti-tidak! Maksudku bukan seperti itu! Maafkan aku jika ucapanku membuatmu berpikiran macam-macam!”“Maksudku, aku selama ini tinggal di hotel K bersama atasanku dan juga pacarnya. Mereka menyewa seluruh lantai, sehingga banyak kamar kosong. Jika kau mau, kau bisa mengisi salah satu kamar kosong di sana sampai kami menangkap pembunuh itu,” jelas Angelo cepat-cepat.“Oh, seperti itu,” ko
Juan dan Celeste tercengang menatap wanita yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Wanita yang dibawa oleh Angelo yang dikenal dingin dan anti perempuan."Angelo?" ucap Celeste bingung."Perkenalkan, namanya Fiorella. Maafkan jika aku telah lancang mengajaknya untuk tinggal disini tanpa memberitahu kalian berdua terlebih dahulu. Tapi, ada alasan mengapa aku melakukan hal ini, tuan Juan, nona Celeste," jelas Angelo."Aku Fiorella, senang berkenalan dengan anda berdua," ucap Fiorella gugup."Ada apa ini, Angelo? Tidak biasanya kau membawa wanita seperti ini?" tanya Juan blak-blakkan didepan Fiorella."Dia adalah wanita yang diceritakan oleh Davidde tadi pagi, tuan Juan," jelas Angelo.
Duaaakkk!!! Pria didepan Juan melayangkan tinju kewajahnya. Juanpun terpental kesamping. Tubuhnya jatuh menimpa alat-alat musik yang dipajang. "Auch...," Juan meringis kesakitan. "Ini peringatan pertama! Jika kau pintar, segera jauhi nona Celeste!" seru pria itu. "Tuan dan Nyonya Ferrari telah mencium hubunganmu dengan putrinya dan mereka sama sekali tidak senang mendengarnya!" "Aku peringatkan sekali lagi! Jika kau masih berkeras mendekati nona Celeste, maka bersiaplah untuk menerima akibatnya!" ancam pria itu lagi. Ia kemudian berbalik dan menganggukkan kepala, memberi kode pada kawan-kawannya yang langsung disambut oleh mereka dengan merusak alat-alat musik yang terpajang disana. Toko musik Juan diacak-acak. Juan yang masih dalam posisi meringkuk kesakitan segera bangkit begitu melihat toko musiknya diacak-acak oleh kelima pria itu. "Hentikan! Hentikan! Jangan! Jangan!" teriak Juan sambil berusaha menghen
Pagi itu Juan bangun dengan suasana hati kelabu. Wajahnya terlihat mendung dan diliputi kesedihan. Bagaimana tidak, toko musik yang sangat berharga baginya terbakar habis dalam sekejap. Dengan gontai Juan melangkah menuju dapur, disana sudah ada Bu Maurice yang tengah berkutat didepan kompor membuat sarapan pagi. Pemuda itu mengambil kursi dan duduk dimeja makan. Pandangan matanya kosong. Bu Maurice yang melihat Juan hanya bisa menggelengkan kepala. Ia juga tidak tahu harus bagaimana menghibur pemuda itu. Sebab ia sangat tahu kalau Juan sangat mengasihi toko musiknya. Walaupun ia sendiri sangat tahu kalau toko musik Juan jarang menghasilkan. Bu Maurice meletakkan sepiring Panini dan secangkir Cappuccino dimeja depan Juan sebagai sarapan. Setelah itu ia mengambil tempat duduk didepan Juan. Dilihatnya wajah Juan yang murung. Wanita tua itupun menghela nafas panjang. Ia juga turut merasakan kesedihan Juan. "Sayang, ayo kita sarapan dulu. Setelah it
Juan berjalan menyusuri pasaraya kota Siracusa. Ia menawarkan dirinya untuk berbelanja pada Bu Maurice. Juan merasa bosan dirumah dan ingin jalan-jalan sejenak untuk menghilangkan kekusutan pikirannya. Sudah dua minggu ini ia mencari pekerjaan dikota kecil Siracusa, namun tidak ada satupun yang menerima dirinya. Alasannya sama, belum membutuhkan karyawan baru. Dihembusnya kuat-kuat nafasnya, berusaha membuang kekesalan yang ada. Juan berhenti didepan kios yang menjual berbagai macam buah-buahan segar. Juan ingin membeli buah anggur pesanan Bu Maurice. disaat ia tengah memilih, datanglah sekelompok pria berpakaian serba hitam menghampiri dirinya. Salah satu dari pria itu menarik bahu Juan dengan kasar sampai tubuhnya tertarik paksa kebelakang menghadap pria itu. Kemudian kedua tangannya langsung dipegang oleh dua orang pria dari kelompok itu. Ia diseret pergi dari kios buah tempatnya berdiri. Juan dibaw
"Papa kenapa, Angelo?" desak Juan. "Papamu sudah mulai tua, tuan Juan. Tubuhnya tidak sekuat dulu lagi. Kini ia mulai sakit-sakitan. Disamping itu, pamanmu dan putranya sangat berambisi mengambil alih bisnis dan kekuasaan keluarga Maximo," jelas Angelo dengan wajah murung. "Jika mereka mengetahui bahwa anda tidak tertarik menjalankan bisnis papamu, aku khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan," sambung Angelo dengan nada cemas. Mendengar penjelasan Angelo, Juan hanya terdiam. Ia sesungguhnya enggan untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Sebab ia memiliki trauma yang cukup dalam terkait bisnis keluarganya itu. Namun, ia juga tidak bisa menolak. Karena ia satu-satunya penerus dari Keluarga Maximo. "Jadi aku harus bagaimana?" akhirnya Juan bertanya. Angelo memandang wajah Juan, lalu berkata "Anda harus pulang untuk bertemu dengan Tuan Dominica dan membicarakan hal ini, Tuan Juan." "Apakah tidak ada cara lain? Aku masi
"Tuan Juan, ada tak apa-apa?!" Samar-samar terdengar suara Angelo menanyakan keadaannya. Juan menatap Angelo dengan pandangan yang mulai kabur. "Cepat! Bawa tuan Juan kerumah sakit! Para preman ini biar aku yang memberinya pelajaran!" Perintah Angelo pada anak buahnya. Anak buah Angelo segera mengangkat tubuh Juan yang babak belur dan tak berdaya kedalam mobil. Setelah itu mereka segera pergi ke rumah sakit. Sebelum kesadarannya hilang, samar-samar Juan dapat melihat Angelo berdiri dengan mata menatap tajam para preman didepannya, senyum tersungging dibibir Angelo. Setelah itu kesadaran Juan menghilang. "Oke! Kalian para bajingan! Hadapi aku!" Seru Angelo dengan senyum mengejek diwajah. Pemimpin kelompok itu langsung memuncak emosinya ketika melihat senyum mengejek diwajah Angelo. Tanpa banyak bicara, ia segera memerintahkan anak buahnya menyerang Angelo yang hanya seorang diri. "Habisi pria itu! Sekarang!!!!" Ana
Perlahan Angelo memindahkan kakinya dari kepala pemimpin preman itu. Merasakan kepalanya tak lagi diinjak oleh Angelo, pria itu hendak menarik nafas lega. Namun dengan cepat Angelo menarik kencang baju pria itu hingga terduduk. "Aku butuh nama lengkapnya, sialan!" desis Angelo diwajah pemimpin preman itu. Pria itu membelalak terkejut dengan tindakan tak terduga itu. "Ce-Celeste! Celeste Ferrari! Itu nama orang yang mengirimku!" seru pria itu ketakutan. Angelo menatap tajam pria itu dan cengkramannya di kerah baju pria itu semakin kencang membuat pemimpin preman itu tercekik dan mulai kehabisan nafas. "Be-benar! Ak-aku tidak bohong! Celestelah yang mengirim kami un-untuk mengganggu pria itu!" Pemimpin preman itu berkata terburu-buru dengan leher semakin tercekik. Wajahnya semakin memerah akibat kurangnya suplai oksigen. Melihat hal itu, Angelo lalu melepaskan cengkramannya dengan kasar. Pemimpin preman itu langsung mengusa