Laki-laki itu mengangguk. Lalu dia minta izin untuk mengirim pesan WA sebentar kepada kliennya. Namun Edwad ternyata berbohong. Dia mengirim pesan tersebut untuk atasannya, yaitu Teresa. Pesan itu berbunyi: Boss, Rosemary akan ikut bersamaku ke Surabaya tiga hari lagi. Mamanya sudah setuju dia menjadi agen asuransi.
Lalu ditekannya logo Send. Beberapa saat kemudian terdengar ponselnya berbunyi tanda ada pesan WA masuk. Edward nyengir membaca pesan yang dikirim oleh atasannya tersebut. Well done, Edward. Congratulations. Kamu sudah mendapatkan intan untuk diasah menjadi berlian yang sangat indah.
Semoga firasat big boss benar, batin laki-laki itu. Jadi tak sia-sia aku menyusul Rosemary jauh-jauh kemari. Bahkan sampai terpaksa menunggu tiga hari lagi untuk memberinya kesempatan melepas rindu dengan keluarganya!
***
Demikianlah Rosemary akhirnya datang kembali ke Surabaya bersama Edward yang bertindak s
Tiga hari kemudian sebelum pukul enam petang, Rosemary sudah tiba di kantor. Ekspresi wajahnya tampak tak bergairah. Indah, si resepsionis yang melihatnya langsung berkomentar, “Kok tumben lesu gitu mukanya, Mbak Rose? Ada apa?”Gadis yang ditanya menghembuskan napas panjang. “Tiga hari ini aku memprospek kenalan-kenalanku, Mbak Indah. Ternyata benar-benar nggak mudah membuat mereka mau duduk dan mendengarkanku presentasi. Begitu tahu aku sekarang sudah menjadi agen, mereka seperti mempunyai firasat akan ditawari dan….”“Beralasan sibuk, ada urusan penting yang harus dikerjakan, mau pergi, dan lain sebagainya,” potong Indah menerka. “Begitu kan, Mbak Rose?”“Heh? Kamu kok tahu?” sergah agen baru itu keheranan.Indah tergelak. “Udah biasa itu, Mbak. Makanan sehari-hari agen baru. Bahkan ada yang langsung ditolak mentah-mentah. Se
Rosemary berusaha mencerna baik-baik perkataan pria yang usianya lima belas tahun lebih tua darinya itu. Jadi tugasku sekarang adalah menabur, pikir gadis itu kemudian. Memberikan edukasi tentang pentingnya asuransi pada sebanyak mungkin orang yang kutemui. Kedengarannya sederhana. Tapi waktu dilaksanakan, aduh. Benar-benar latihan mental yang berat!“Bang…,” ucap gadis itu lirih. Sepasang mata beningnya menatap Edward ragu-ragu.“Bagaimana kalau setelah menabur sekian lama, aku masih belum berhasil mendapatkan nasabah?”Lagu lama, komentar laki-laki itu sinis dalam hati. Pertanyaan yang sudah basi saking seringnya diucapkan agen-agen baru!Namun dia menutupi perasaannya itu dengan berkata lembut pada Rosemary, “Kamu harus menetapkan target. Selama tiga hari ini kamu sudah memprospek berapa orang?”“Ya lima orang sehari. Sesuai pet
Rosemary menepati janjinya memprospek delapan orang per hari. Dia mempraktikkan cara yang diajarkan Edward, yaitu dengan mengajak ngobrol ngalor-ngidul orang yang diprospeknya terlebih dahulu, baru kemudian menjurus ke arah proteksi aset. Gadis itu mengikuti petunjuk manajernya agar tidak menyebut istilah asuransi sama sekali.“Apa itu?” tanya Dessy, salah seorang teman kuliahnya dulu. Gadis yang berprofesi sebagai penulis novel online itu diincar Rosemary karena penghasilannya yang termasuk mapan untuk ukuran seorang lajang. Novel-novel karyanya laris di internet dan mempunyai banyak penggemar setia. Setidaknya dia mampu mengambil asuransi dengan premi lima ratus ribu per bulan, harap Rosemary optimistis.“Proteksi aset itu misalnya kalau tiba-tiba terjadi musibah kecelakaan atau sakit parah, kita tidak sampai harus mengorbankan aset pribadi seperti uang tabungan, deposito, mobil, dan sebagainya,” papar gadis itu men
“Hahaha…!”Edward tertawa keras mendengarkan curahan hati Rosemary tentang Dessy yang sebenarnya tertarik mengambil asuransi darinya tapi terganjal dana akibat sudah telanjur mengambil tabungan berjangka di bank.Gadis itu tadi langsung meneleponnya begitu keluar dari kos-kosan temannya tersebut. Air matanya hampir mengalir sewaktu mendengar suara manajernya di telepon. Edward dengan sabar menenangkannya. Kemudian dimintanya gadis itu untuk datang ke kantor menemuinya.“Kok ketawa sih, Bang?” tanya Rosemary jengkel. “Aku tadi mau nangis lho, waktu keluar dari kos-kosan Dessy. Kedengeran kan, nada suaraku di telepon tadi nggak enak?”“Iya,” jawab manajernya masih memasang wajah sumringah. “Nada suaramu parau, makanya langsung kuminta datang ke sini. Biar kuhibur.”Agennya cemberut. Dia tidak jadi menangis saking do
Edward yang menyaksikan agennya mematung lalu berkomentar, “Kamu kenapa diam begitu, Rose? Berubah pikirankah? Aku udah bayar tiket online-nya, lho. Nggak bisa di-refund.”“Oh, nggak…nggak kok, Bang,” sahut agennya gelagapan. “Ok deh, kita jadi nonton. Sekarang aku pulang ke kos dulu, ya.”Manajernya tersenyum dan memandangnya penuh arti. “Mandi dan dandan yang cantik ya, Rose. Biar kamu merasa segar dan rileks. Segala kegundahanmu akibat kejadian batal closing hari ini akan lenyap. Beneran,” ujar laki-laki itu bersungguh-sungguh.Rosemary tak tahu harus bersikap bagaimana. Dia hanya tersenyum kikuk, mengangguk pelan, kemudian membalikkan badannya meninggalkan ruangan tersebut.Edward memperhatikan sosok agennya itu sampai tak kelihatan lagi. Setelah itu dia tergelak sendiri. “Tak kuduga, secepat ini aku berkencan dengan Rosemary!” ce
“Bang!” seru Rosemary seraya memundurkan wajahnya. Dia terkejut sekali. Tak diduganya manajernya sanggup melakukan hal seberani itu. Ini sudah bukan lagi hubungan yang sehat antara bawahan dengan atasan!“Ups, sori…sori, Rose. Aku…aku.... Aduh, entah kenapa diriku melakukannya. Sori, ya. Sori…,” sahut pria itu seraya memasang wajah memelas. Dia tampak begitu menyesal atas perbuatannya barusan. Dihelanya napas panjang seolah-olah berusaha menenangkan diri.Lalu terdengar suaranya berkata lirih, “Aku benar-benar minta maaf, Rose. Ini…ini pertama kalinya aku mencium dahi perempuan lain setelah menikah. Benar-benar di luar kesadaranku. Maafkan aku, ya. Atau…kamu sudah nggak berminat lagi untuk nonton bioskop? Kalau memang begitu, nggak apa-apa kuantar pulang kembali ke kos….”Dia tak sengaja melakukannya, batin Rosemary memaklumi. Barangkali dalam
Dibelainya lembut pipi kekasihnya tersebut. Empat kursi di samping kanan pemuda itu kosong sehingga dia dengan leluasa menunjukkan perasaan kasihnya pada Damian. Lalu diterimanya sebotol minuman dingin dan sepotong sandwich yang disodorkan padanya. Perutnya memang terasa lapar karena memang sudah waktunya makan malam. Dinikmatinya roti lapis berisi sehelai ham, telur, tomat, timun, dan selada itu dengan lahap.Aku memang selalu perhatian terhadap pria-pria yang kukencani, batin Damian mengakui. Karena aku menghargai sebuah hubungan. Sayangnya satu-satunya orang yang berhasil menggenggam hatiku tak menyadari keberadaanku, batin pemuda itu pilu. Edward Fandi, bagaimana caranya kuhilangkan perasaan cintaku padamu?***“Filmnya tadi bagus, ya?” celetuk Edward pada Rosemary. Mereka baru selesai nonton dan kini telah berada di dalam mobil. Laki-laki itu mengemudi dengan kecepatan standar menuju ke tempat kos agen p
Gadis itu terkesiap. Aduh, mahal juga, ya? batinnya resah. Nyari nasabah yang mau bayar premi segitu tiap bulan aja susahnya setengah mati! Gimana kalau aku nggak closing dari pameran itu? Rugi dong, udah bayar mahal-mahal.“Gimana, Rose? Ikut, nggak?” tanya Edward meminta kepastian. “Acaranya akan dimulai tiga hari lagi. Karena ini bukan pameran tunggal, melainkan bersama-sama dengan bank dan lembaga keuangan lainnya. Ini tinggal empat slot peserta yang tersisa. Kalau kamu nggak ambil keputusan sekarang, nanti keburu diambil agen lain.”“Mahal sekali ya, Bang,” komentar anak buahnya mengajukan keberatan. Aku sangat menghemat biaya hidupku selama belum memperoleh penghasilan, pikir Rosemary logis. Apakah mengeluarkan uang sebesar itu nantinya setimpal dengan hasil yang kudapatkan, ya?Tiba-tiba didengarnya sang manajer tertawa. Gadis itu jadi dongkol. Beginilah nasib orang kalau nggak