Share

Hidup Hemat

Author: Sofia Grace
last update Last Updated: 2021-12-29 19:52:25

“Sudahlah, Ma,” hibur Olivia seperti biasanya. “Kak Rose kan baru pulang. Seharusnya kita bergembira, bukannya bersedih. Iya kan, Nel?”

Nelly langsung menimpali, “Betul, Ma. Ayo sekarang kita antar Kak Rose ke kamar. Kak Rose sekamar sama Nelly nggak apa-apa ya, Kak?” ucap gadis itu seraya berpaling pada kakak pertamanya. “Kak Oliv tidur sama Mama soalnya.”

Rosemary mengangguk pelan. Dia tak masalah sekamar sama siapa. Yang dipikirkannya saat ini adalah bagaimana menempuh langkah selanjutnya. Dirinya adalah anak sulung. Tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga sekarang berpindah padanya. Dia tak sampai hati ibu dan adik-adiknya tinggal terus-terusan di dalam rumah sekecil ini.

Pikirannya terus berkecamuk sepanjang hari itu. Sudah tiga bulan dia dirawat di rumah sakit. Atasannya pernah datang menjenguknya sekali dan menyatakan turut berdukacita atas musibah bertubi-tubi yang menimpa dirinya.

Pria berumur empat puluhan itu memberikan sebuah amplop coklat yang berisi surat pemutusan kerja secara terhormat dari perusahaan terhadap dirinya serta tanda terima tiga bulan gajinya sebagai uang pesangon. Selain itu juga ada dua bukti transfer sejumlah uang ke rekening pribadi Rosemary. Yang pertama adalah sumbangan dari atasan dan rekan-rekan di showroom mobil tempatnya bekerja. Sedangkan yang kedua adalah donasi dari pemilik showroom.

Gadis itu mendesah. Inilah akhir karirnya selama dua tahun di tempat itu. Tempat kerjanya yang pertama kali membuatnya betah. Sebelumnya dia sempat menjalani masa percobaan di berbagai perusahaan, namun diputuskannya untuk keluar hanya dalam waktu satu-dua bulan saja.

Keluwesannya saat diwawancara, nilai-nilai akademiknya yang bagus, dan rekomendasi baik dari kampusnya membuatnya tak kesulitan menerima panggilan kerja di beberapa perusahaan bermutu. Akhirnya dia menetapkan hatinya untuk terus berkarir sebagai sekretaris di showroom mobil ternama di Surabaya itu.

Namun rupanya Tuhan berkehendak lain. Setelah dua tahun, gadis itu diberhentikan dengan hormat karena terlalu lama absen bekerja akibat kecelakaan lalu lintas yang menimpanya.

Sepertinya aku sudah tak berhasrat lagi bekerja ikut orang, batin gadis itu mengambil hikmah dari kejadian itu. Berisiko tinggi dipecat kalau lama tidak masuk kerja, apapun alasannya. Haizzz….

Siang itu keluarga yang semua anggotanya perempuan itu makan bersama. Hidangannya sederhana. Hanya sup ayam kampung masakan Martha. Namun Rosemary sudah sangat bersyukur. Sejujurnya dia sudah kangen sekali menikmati masakan ibunya yang lezat.

“Maafkan Mama ya, Rose. Kepulanganmu hanya disambut dengan masakan sederhana ini. Tidak ada menu-menu lain yang berlimpah seperti di rumah kita dulu,” kata ibunya sendu. Matanya kembali berkaca-kaca.

Rosemary langsung menimpali, “Rose kangen makan sup ayam buatan Mama, kok. Enak.”

Sang ibu tersenyum. Ia terharu sekali putrinya menghargai jerih payahnya. Martha memang harus berhemat agar uangnya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari mereka sekeluarga.

Sementara itu Rosemary mulai menyadari bahwa adik-adiknya yang biasanya makan dengan porsi banyak kini hanya mengambil nasi dan sup sedikit. Ya Tuhan, setragis inikah nasib keluargaku sekarang? Bahkan untuk makan saja sampai harus berhemat!

Dia jadi sungkan menambah sup ayam. Padahal perutnya masih sanggup diisi beberapa suap lagi. Namun tak sampai hati rasanya dia sebagai kakak memuas-muaskan dirinya menyantap masakan ibunya sementara adik-adiknya menghemat makan sedemikian rupa!

“Kalian sudah selesai makan?” tanyanya pada Olivia dan Nelly. Piring-piring mereka sudah kosong. Kedua gadis itu mengangguk.

“Kakak lanjutin makan aja,” kata Olivia seraya bangkit berdiri dari tempat duduknya. “Aku sama Nelly sudah kenyang.”

Sementara Rosemary dan Martha menyelesaikan makan siang mereka, Nelly membawa piring-piring kotor ke dapur untuk dicuci. Olivia lalu muncul sambil membawa sehelai lap meja.

Rosemary tersenyum. Baru kali ini dia menyaksikan adik-adiknya melakukan pekerjaan rumah tangga. Dulu ada tiga orang pembantu rumah tangga yang siap sedia melayani mereka sekeluarga di rumah.

“Aku sudah selesai makan,” ucap gadis itu kepada Olivia. “Biar aku saja nanti yang membersihkan meja. Taruh saja kain lapnya di sini.”

“Oh, kalau gitu biar piring kotor Kakak aku taruh di dapur.”

“Terima kasih, Oliv.”

“Sama-sama, Kak,” jawab Olivia sambil tersenyum. Dia lalu berpaling pada ibunya. “Mama sudah selesai juga? Piring kotornya Oliv bawa sekalian ke dapur, ya.”

Martha mengangguk mengiyakan. Dia lalu menatap Rosemary sendu. “Nanti malam kita makan sup ayam ini lagi nggak apa-apa ya, Rose,” ucapnya memohon pengertian putri sulungnya.

Sang putri mengangguk sambil tersenyum tulus. “Iya, Ma. Nggak apa-apa. Sup buatan Mama enak, kok. Bikin Rose ketagihan,” pujinya demi menyenangkan hati ibunya.

“Terima kasih, Nak,” jawab Martha lega. “Mama sekarang mau istirahat dulu di kamar. Kamu juga, Rose. Jangan terlalu capek. Kesehatanmu kan baru pulih.”

Ucapan ibunya bagaikan angin segar yang menyejukkan hati Rosemary. Ironis sekali. Dulu di saat materi keluarga kami masih berlimpah-ruah, jarang sekali terjadi pembicaraan semanis ini di meja makan, pikir gadis itu. Acara makan bersama seolah-olah hanya sekadar untuk mengisi perut belaka. Hidangan yang disajikan memang melimpah, tapi kalah nikmat rasanya dengan masakan Mama yang cuma satu macam hari ini!

Tiba-tiba Rosemary merasakan sebuah hikmah yang berarti dari kejatuhan keluarganya. Perasaan kekeluargaan di antara mereka kini terasa lebih kuat. Mudah-mudahan aku dapat melengkapinya dengan membangun kembali kondisi finansial keluarga kami, harapnya dalam hati. Tak usah sampai berlebih-lebih seperti dulu ketika Papa masih hidup. Tapi setidaknya Mama dan adik-adikku bisa makan kenyang dan tak perlu berhemat separah sekarang!

***

“Rose mau pergi ke Surabaya, Ma,” kata Rosemary malam harinya kepada ibunya. Olivia dan Nelly sudah tidur di dalam kamar masing-masing. Rosemary sengaja mencari waktu berduaan dengan ibunya agar bisa bercakap-cakap dengan leluasa sebagai orang dewasa.

“Apakah kondisimu sudah cukup kuat pergi ke Surabaya sendirian, Rose?” tanya ibunya. “Atau kamu ingin Mama temani? Tapi katakan dulu apa tujuanmu ke sana. Mau mengambil mobil Expander dan barang-barangmu di kos saja atau ada keperluan lain? Pemilik kos-mu tempo hari bilang tak masalah barang-barang dan mobilmu diambil kapan saja sampai kamu benar-benar sembuh. Katanya kamu selalu disiplin membayar uang kos tiga bulan di muka. Tidak pernah terlambat seperti anak-anak kos lainnya.”

Rosemary mengangguk. “Kalau dihitung-hitung. Rose sekarang cuma menunggak satu bulan uang kos, Ma. Akan Rose lunasi dan sekalian menjual mobil Expander.”

Martha kaget mendengarnya. “Kamu yakin mau menjualnya, Rose? Itu kan hadiah dari papamu.”

Sang putri tersenyum kecil. “Keluarga kita sedang dalam kondisi prihatin, Ma. Mobil itu biaya perawatannya nggak murah. Tiap tahun juga mesti diasuransikan buat berjaga-jaga kalau ada apa-apa di jalan. Nggak efisien rasanya. Lebih baik dijual saja, Nanti uangnya Rose kasihkan Mama semua buat ditabung.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Gadis Yang Tersakiti   Sembuh

    Esok harinya Minggu pagi. Rosemary dikagetkan dengan kemunculan Martha di dalam kamar tidurnya. Dia kebetulan baru bangun tidur dan belum mandi.“Mama sudah pulang?” tanyanya keheranan. “Pagi sekali.”Diregangkannya kedua tangannya ke atas untuk melemaskan otot-otot tubuhnya. Martha mendekati putrinya. Raut wajahnya tampak sendu.“Maafkan Mama, Rosemary,” cetusnya seraya memeluk erat sang putri. “Selama ini Mama sudah bersikap tidak adil kepadamu. Menghakimimu dengan kejam seolah-olah Mama adalah orang yang suci dan tak pernah berbuat kesalahan. Kamu mau memaafkan Mama, Nak?”Putri sulungnya itu terkejut. Mama…Mama sudah mau berbaikan denganku, batinnya senang. Terima kasih, Tuhan Yesus. Ini merupakan hadiah kedua terindah untuk ulang tahunku!Martha lalu menceritakan pertemuannya dengan Tiara kemarin di makam Lukman. Juga percakapan mereka di rumah makan bubur ayam kesukaannya.

  • Kisah Gadis Yang Tersakiti   Jabatan Baru

    “Terima kasih, terima kasih,” kata wanita itu pada orang-orang itu.Yang mengejutkan ketika Joseph dibimbing oleh Anita, gurunya, tiba-tiba berkata dengan terbata-bata, “Se…la…mat u…lang ta…hun, Bu.”Rosemary terperangah. Perasaannya terharu sekali mendengarkan anak penyandang cerebral palsy itu sanggup berbicara sepanjang itu. Biasanya dia jarang sekali berkata-kata. Kalaupun iya, paling cuma satu-dua patah kata. Ini sampai empat kata meskipun belum lancar.“Kami setiap hari beberapa kali bergantian mengajarinya, Bu,” kata Anita, sang guru, memberitahu. “Ini merupakan permintaan khusus dari Pak Chris. Katanya mau kasih kejutan buat Ibu.”Rosemary kaget mendengarnya. Dia langsung mengalihkan pandangannya pada sang mentor. Pria itu tersenyum sambil mengangguk. “Kamu kan pernah bilang ingin sekali mendengar Joseph bicara lebih panjang. Jadi kupikir akan menja

  • Kisah Gadis Yang Tersakiti   Happy Birthday

    Sementara itu pada saat yang sama di Surabaya, Rosemary mengemudi mobil untuk menjemput Damian di rumahnya. Nelly ikut bersamanya. Mereka berniat pergi ke panti asuhan bertiga. Damian berkata sudah kangen dengan suasana tempat itu setelah satu bulan lebih tidak mengunjunginya. “Wah, keren banget kamu hari ini,” goda Rosemary begitu melihat sahabatnya keluar dari rumah dengan mengenakan celana pendek selutut berwarna putih, kaos polo pas badan motif garis-garis horizonthal kombinasi biru tua dan putih, serta sepatu casual tertutup berwarna biru tua. Pakaian yang dikenakan laki-laki itu membuat dadanya yang bidang dan perutnya yang rata tampak menonjol.“Ccck, ccck, ccck…. Perutmu kok tambah rata, Dam? Kalah deh, cewek. Rajin nge-gym, sih. Keren banget kan Mas-mu ini, Nel?” cetus Rosemary seraya menoleh ke jok belakang tempat adiknya duduk. Dia sendiri sudah pindah duduk di jok samping pengemudi. Karena seperti

  • Kisah Gadis Yang Tersakiti   Pengakuan Tiara

    “Kalau boleh tahu, mantan suamimu itu pergi ke mana?” pancing Martha ingin tahu. “Masa dia sama sekali nggak pernah datang mengunjungi anak-anaknya?”Tiara menggeleng pelan. “Dia menghilang begitu saja tanpa jejak, Mbak. Ada rumor dia dipenjara akibat tertangkap memakai narkoba. Juga ada yang bilang dia berhasil melarikan diri ke luar negeri. Entahlah, Mbak. Saya tidak tahu dan memang tidak mau tahu lagi. Begitu palu diketok hakim menandakan resminya perceraian kami secara hukum, saya mengambil keputusan untuk tidak berhubungan lagi dengannya. Tapi ternyata…ah, sayalah yang harus menanggung semua hutangnya pada Mas Rahmat.”“Kenapa kamu tidak melaporkan orang itu pada polisi?” tanya Martha curiga. Ia masih menyangsikan kebenaran cerita perempuan itu.Tiara tersenyum getir. “Saya terlalu takut pada ancamannya, Mbak. Saya tahu dia mempunyai kekuasaan yang besar. Lebih baik saya yang menderita daripada an

  • Kisah Gadis Yang Tersakiti   Berbicara dengan Pelakor

    Perempuan cantik berusia pertengahan empat puluhan itu tampak gugup melihat kehadiran Martha. “Ma…maafkan saya, Mbak. Saya tidak tahu kalau Mbak berada di Balikpapan. Saya dengar Mbak sekeluarga sudah pindah ke Surabaya dan nggak pernah datang kemari lagi. Ja…jadi saya memberanikan diri mengunjungi makam Mas Lukman setahun belakangan ini…,” jelasnya dengan suara terbata-bata.Sorot matanya tampak ketakutan sekali. Keringat dingin mengalir deras dari pelipisnya. Dia sampai menyeka wajahnya dengan tisu.Sikap Martha menjadi semakin garang. Dipandanginya wanita itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. “Penampilanmu masih mewah seperti dulu. Cuma pakaianmu sudah jauh lebih tertutup sekarang. Kelihatannya kamu sudah mendapatkan mangsa baru. Begitu suamiku meninggal dunia, kamu menghilang bagaikan ditelan bumi! Siapa sangka sekarang kamu bisa muncul di sini. Rupanya masih punya hati nurani juga.”Tiba-tiba perempua

  • Kisah Gadis Yang Tersakiti   Mengunjungi Makam Lukman Laurens

    Pada suatu malam Nelly berkata pada Martha, “Ma, tiga hari lagi Kak Rosemary kan berulang tahun yang ke-35. Itu pas hari Sabtu. Aku, Mas Damian, sama Mas Chris berencana mengadakan perayaan kejutan di panti. Mama ikut, ya?”Ibunya itu mendelik. “Kamu meminta sesuatu yang sulit sekali Mama kabulkan, Nel,” cetusnya gusar. Tampak jelas dia sangat tidak menyukai ajakan anak bungsunya itu.Nelly berusaha menyabarkan dirinya. “Lalu sampai kapan Mama akan memusuhi Kak Rose? Kasihan dia, Ma. Gangguan psikosomatisnya nggak sembuh-sembuh kalau begini terus,” ucap gadis itu prihatin.“Memangnya Mama ini Tuhan, bisa menyembuhkan penyakit kakakmu? Itu semua terjadi akibat ulahnya sendiri, Nel. Salah siapa dia banyak berbuat dosa dulu? Sekarang juga berani-beraninya menentang Mama! Dasar anak durhaka!” maki Martha tak henti-hentinya. Aura kebencian tampak jelas membayang dari raut wajahnya.Nelly sampai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status