Share

Bab 3

Author: Tiana
Begitu aku terbangun, dia menatapku dengan pandangan mengejek sambil melihat ke arah kakiku. "Tante, tadi bermimpi yang nggak-nggak, ya?"

Aku mengikuti arah pandangannya, bagian bawah tubuhku ternyata sudah basah kuyup. Rasa malu yang luar biasa membuat wajahku memerah. "Kamu, kamu jangan ngomong sembarangan! Kamu lagi mabuk. Cepat, cepat keluar!"

"Nggak mau! Tante tadi bilang akan menganggapku seperti anak sendiri, 'kan?"

"Kalau begitu, bukankah wajar kalau seorang anak memenuhi kebutuhan ibunya?"

Setelah mengatakannya, Daren tiba-tiba duduk dengan posisi berlutut. Dalam sekejap, otot dadanya yang kekar serta perut kotak-kotaknya yang menggoda tampak jelas di hadapanku.

Aku terkejut dan segera menutup mata dengan tangan. "Kamu, kamu gila, ya?"

Namun, aku tidak bisa menahan diri untuk mengintipnya lewat sela-sela jari. Aku melihat garis rambut yang cukup lebat di bagian bawah perutnya, membentang dari pinggang hingga ke pusar. Pemandangan itu, seketika membuat hasratku memuncak.

Tiba-tiba, terdengar suara tawa ringan yang menggoda. "Tante sedang memikirkan apa?"

Aku segera tersadar dan memalingkan wajah. "Kamu, kamu jangan macam-macam."

Namun, Daren malah menarik tanganku dan menekannya ke bagian terkuat di bawah perutnya. "Suka nggak? Hmm?"

Aku seperti tersengat dan langsung menjauh dengan panik. "Kamu benar-benar sudah mabuk! Anakku dengan baik hati mengundangmu, bagaimana bisa kamu berbuat seperti ini? Kalau kamu sungguh menganggap Tante ibumu, bagaimana bisa kamu melakukan hal seperti ini pada Ibu..."

Daren mencibir sambil mendekat. "Justru karena aku menganggap Tante sebagai ibuku, aku harus membantu Tante memenuhi kebutuhan. Aku nggak tega melihat Ibu menderita."

"Nggak! Nggak boleh! Cepat keluar, anakku ada di kamar sebelah, dia bisa mendengar..."

Aku panik dan mencoba lari ke ujung tempat tidur, tapi Daren menarikku kembali dengan mudah. "Ternyata Tante khawatir tentang itu?"

Setelah mengatakannya, Daren mengangkat tubuhku dengan mudah. Aku berusaha mendorongnya sekuat tenaga, tapi tenaganya terlalu besar. Usahaku melawannya terasa sia-sia. Sampai akhirnya, dia mendorong pintu terbuka dan menekanku berlutut di ambang jendela lorong, aku tetap tidak berhasil melepaskan diri.

Ini lorong apartemen, ada banyak penghuni yang tinggal di sini. Selain itu, juga ada kamera pengawas di pojok dinding.

Aku mulai panik, bahkan suaraku terdengar seperti hendak menangis. "Daren, Tante mohon, jangan. Tante sudah punya suami, Tante nggak mau mengkhianati ayahnya Bima."

Alih-alih sadar, Daren malah merobek stoking hitamku dengan kasar.

Tangannya mencengkeram rambutku, lalu berbisik di telingaku, "Pakai tangan nggak dianggap selingkuh, 'kan?"

Setelah mengatakannya, sepasang tangan kasar penuh kapalan itu menyelusup masuk.

Hanya dengan sekali sentuhan, pertahananku langsung runtuh. Aku mencoba merangkak menjauh, tapi tubuhku lemas tidak berdaya.

Aku menegakkan punggungku, berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan diri, tapi itu sia-sia. Pada akhirnya, seluruh tubuhku kehilangan tenaga dan jatuh lemas, hanya menyisakan pantat montokku yang terangkat tinggi.

Rupanya ini makin membangkitkan nafsu Daren. Dengan gerakan kasar, lima jarinya menyelam dalam-dalam.

Seketika, kepalaku seperti tersambar petir. Gelombang kenikmatan nyaris melenyapkan kesadaranku. Air mata dan air liurku mengalir tanpa bisa kutahan.

Dengan sisa kesadaran terakhir, aku merintih. "Nggak. Pakai tangan juga tidak boleh. Cepat keluarkan..."

Tidak kusangka, Daren benar-benar menghentikannya.

Akhir yang datang tanpa peringatan, justru membuatku hampa, seolah ada yang mengganjal.

Kemudian, aku mendengar suara resleting dibuka. "Tante sendiri yang bilang pakai tangan nggak boleh!"

Setelah itu, Daren mencengkeram pinggangku dengan kasar, lalu mendorong tubuhnya ke depan dengan penuh tenaga...
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 10

    Masa evaluasi jabatan Rio akhirnya berhasil dilalui dengan lancar. Dalam waktu dekat, dewan direksi akan secara resmi mengangkatnya.Agenda tersebut dijadwalkan dibahas dalam rapat pemegang saham usai liburan.Rio meyakinkan suamiku bahwa saat liburan nanti, dia akan mengajakku ke hotel dan merekam semuanya.Suamiku memercayainya tanpa sedikit pun keraguan.Untuk menghindari kecurigaan dari suamiku, Rio menunda pengiriman video itu hingga rapat pemegang saham berlangsung setengah jalan.Saat video itu akhirnya diterima, suamiku menunjukkan ekspresi lega seolah beban berat terangkat.Ketika pengumuman pengangkatan Rio sebagai Direktur Regional Willsden diumumkan, suamiku melangkah ke atas panggung dengan wajah penuh kemenangan."Pak Rio dikenal sebagai pribadi yang jujur dan berdedikasi. Kini, dia berhasil diangkat sebagai direktur. Ini adalah pencapaian yang sepantasnya. Untuk merayakan promosi Pak Rio, saya telah menyiapkan hadiah istimewa. Silakan lihat ke layar besar."Raka menekan

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 9

    Tidak lama setelah suamiku pergi, aku langsung pergi ke kantornya dan menunggunya sepanjang hari. Begitu dia keluar, aku mengirimnya pesan menanyakan apakah dia sudah pulang. Suamiku menjawab sedang lembur. Namun, nyatanya, dia berjalan sambil menggandeng tangan wanita yang kulihat pagi tadi, lalu masuk ke restoran di sebelah.Melihat mereka berpegangan tangan, hatiku terasa seperti disayat pisau.Suamiku benar-benar berselingkuh.Aku tidak ingat bagaimana aku bisa pulang ke rumah, yang kurasakan hanya air mata yang terus mengalir di sepanjang jalan.Aku berbaring di tempat tidur dan menatap langit-langit.Aku merasa tidak rela, juga merasa diriku begitu tidak berharga.Aku dan anakku bertahan hidup di kontrakan sempit, sementara dia bersenang-senang dengan wanita lain, menikmati kehidupan barunya.Saat aku begitu kesepian dan butuh pelampiasan, bahkan mainan pun pernah menjadi pelampiasanku, tapi aku tidak pernah punya niat untuk berselingkuh.Meskipun dipaksa seperti itu, aku tetap t

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 8

    Pada saat itu, kepala sekolah menyadari raut wajahku yang tidak biasa dan bertanya, "Ibunya Bima, apa Anda nggak enak badan?"Aku seakan ingin bilang ada kebutuhan mendesak. rasanya aku ingin menerjang kepala sekolah atau pria mana pun yang ada di ruangan ini, tidak peduli itu siswa atau guru, asal bisa memenuhi keinginanku.Aku benar-benar hampir tidak bisa menahan diri, terlalu hampa...Namun, aku tidak boleh.Sorot mata peringatan Daren mengarah padaku. Aku tahu dia memaksaku untuk melanjutkan pidato tanpa berhenti.Aku hanya bisa menggeleng kepada kepala sekolah dan memberi isyarat bahwa aku baik-baik saja.Pidato berlanjut, Daren terus mengaktifkan getaran mainan kecil itu di momen-momen kritis.Hatiku merintih kesakitan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.Yang lebih buruk, aku bisa merasakan cairan hangat mengalir turun dari pangkal pahaku seiring perubahan frekuensi mainan itu.Andai mikrofon tidak menangkap suaraku, mungkin semua orang bisa mendengar suara tetesan itu jatuh k

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 7

    Hari Senin di sekolah anakku.Aku mengenakan pakaian sopan dan berdandan dengan rapi untuk membuat anakku bangga.Namun, saat menunggu giliran di bawah panggung, aku bertemu dengan Daren.Tanpa berkata apa pun, dia langsung menarikku ke toilet pria.Mengabaikan perlawananku, Daren membalikkan tubuhku dan menekanku ke wastafel, lalu tangannya meraih ke bawah rokku."Apa yang kamu lakukan? Lepaskan... Mm!"Daren menarik celana dalamku dengan kasar dan menjulurkan tangannya lebih dalam.Dari sini, suara guru di atas panggung yang sedang memuji prestasi anakku sudah terdengar.Aku menoleh memandang Daren, air mata sudah memenuhi mataku."Tante mohon, biarkan Tante naik ke panggung dulu untuk berpidato. Setelah selesai, baru kita bicarakan lagi... Tante mohon padamu..."Daren mengerutkan alisnya dengan wajah kesal, lalu perlahan menarik tangannya, membawa serta kelembapan yang tidak pantas di ujung jarinya.Baru saja aku lega, Daren tiba-tiba membuka lebar kakiku dan mengangkatnya tinggi.C

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 6

    Aku gemetar hebat dan tidak memiliki tenaga sedikit pun."Nggak, jangan..."Mulutku menolak, tapi aku mendengar sedikit harapan dari suaraku.Tiba-tiba, suara anakku terdengar dari dalam rumah. "Daren? Daren? Daren, kamu di mana?"Seketika wajahku pucat.Jika anakku melihat pemandangan memalukan ini, lebih baik aku menggigit lidah sampai mati.Namun, kedua pria di depanku sama sekali tidak peduli, bahkan mereka makin semena-mena memposisikanku dalam berbagai pose yang memalukan.Langkah kaki anakku makin dekat. Keningku dipenuhi keringat dingin, seluruh tubuhku gemetar hebat.Anakku sedang memutar gagang pintu, dia akan segera keluar! Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?Dalam kepanikan, aku tanpa pikir panjang langsung memanjat jendela. Di sini adalah lantai tiga, aku tidak akan mati, 'kan?Namun, kalau anakku sampai melihatku dalam keadaan nyaris telanjang dan memalukan seperti ini, rasanya aku akan lebih baik menderita daripada mati.Akhirnya, tanpa pikir panjang, aku melompat turun

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 5

    Tepat saat itu, pintu lift tiba-tiba terbuka.Seorang pria paruh baya berbaju jas rapi dan berkacamata melangkah keluar.Aku menjerit ketakutan, tapi aku buru-buru menutup mulut karena sadar bisa membangunkan anakku.Daren pun menoleh dan juga ikut terkejut sambil berseru, "Sial!""A, A, Ayah, kenapa Ayah datang ke sini?" Daren sepertinya juga terkejut, sampai-sampai bicaranya pun jadi gugup.Mendengar Daren memanggil pria itu ayah, aku benar-benar terkejut. Ternyata pria ini adalah ayah dari Daren!Pria itu masih menyelipkan rokok di sudut bibirnya. Dia mengerutkan dahi dan berkata, "Kamu ini, nggak pulang ke rumah dan nggak kasih kabar. Ayah sampai repot mencarimu ke mana-mana.""Namun, siapa kamu?"Daren menjelaskan kepada ayahnya dengan sikap malas dan tidak serius."Ayah, hari ini aku baru saja mengangkat seseorang sebagai ibu angkat. Ibu kesepian di malam hari sampai bermimpi yang aneh-aneh, jadi aku ingin berbakti pada ibu."Pria itu yang tadinya tampak sopan dan berwibawa, tiba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status