Share

Bab 2

Author: Tiana
Berhenti! Apa aku sudah gila? Daren itu seumuran dengan anakku!

Hatiku dipenuhi rasa malu dan bersalah, tapi tubuhku tidak bisa dikendalikan. Aku bahkan sengaja menggesekkan tubuhku padanya dan mengangkat pinggulku lebih tinggi.

Diam-diam aku melirik ke arahnya, aku ingin tahu apakah Daren menyadari maksud tersembunyiku. Ternyata dia juga diam-diam sedang menatapku.

Begitu tatapan kami bertemu, wajahnya langsung memerah, Daren buru-buru memalingkan muka dan pura-pura mencuci sayur.

Aku pun berpikir, mungkinkah tadi dia juga membayangkan sesuatu yang tidak pantas diucapkan? Bahkan, gerakan terakhirnya yang tampak tidak disengaja itu, bisa jadi dilakukan dengan sengaja?

Makan malam selesai dengan cepat. Daren mengatakan masakanku sangat enak dan berterima kasih atas jamuanku.

Seusai makan, anakku tiba-tiba menunjuk sebotol arak putih di lemari dan bertanya apakah boleh minum dua gelas kecil.

Arak itu sebenarnya hadiah dari poin belanja di supermarket. Arak itu belum pernah dibuka karena di rumah ini hanya ada aku dan anakku.

Melihat wajah mereka berdua penuh harap, aku pun tidak tega menolaknya dan menyetujui.

Namun, aku berpesan, hanya boleh minum sedikit, tidak boleh berlebihan, apalagi sampai mabuk.

Tidak kusangka, mereka malah mengeluarkan tiga gelas. Melihat ajakan mereka yang begitu antusias, akhirnya aku pun ikut minum bersama.

Entah kenapa, aku mulai merasa bahwa alkohol juga bisa membuat orang ketagihan seperti rokok. Makin diminum, makin terasa memabukkan. Yang semula hanya berniat minum sedikit, perlahan berubah menjadi seolah-olah tidak akan berhenti sebelum benar-benar mabuk.

Makin lama minum, anak-anak pun jadi makin banyak bicara.

Kami saling terbuka dan bicara banyak hal. Mata anakku memerah, dia mengatakan bahwa semua ini salahnya hingga aku harus berjauhan dengan ayahnya.

Melihat anakku begitu pengertian, aku sangat terharu dan memeluknya erat-erat.

Saat itu, Daren yang duduk di samping tiba-tiba mulai terisak.

Aku langsung bertanya kenapa.

Daren mengatakan, dia sangat iri pada anakku. Dia juga ingin dipeluk oleh ibunya.

Ternyata, saat Daren masih kecil, ibunya meninggalkannya karena menganggap ayahnya miskin, lalu menikah dengan pria asing dan pindah ke luar negeri.

Katanya, dia sering memimpikan ibunya. Di dalam mimpinya, sosok sang ibu secantik dan selembut diriku.

Makin Daren bercerita, makin dia larut dalam kesedihan. Pemuda setinggi seratus delapan puluh sentimeter itu menangis seperti anak kecil.

Melihatnya begitu menyedihkan, naluri keibuanku pun tidak bisa kutahan, aku pun tanpa sadar memeluknya erat.

"Selama kamu nggak keberatan, kamu boleh sering datang ke rumah Tante. Mulai sekarang anggap saja Tante sebagai ibumu. Tante juga akan menyayangimu seperti adiknya Bima."

Mereka berdua menangis tersedu dalam pelukanku.

Terutama Daren, tubuhnya terguncang, wajahnya menempel erat di dadaku, dan cambang halusnya yang menyentuh kulitku justru menimbulkan rasa yang tidak biasa.

Alih-alih mendorongnya menjauh, aku malah memeluknya makin erat. Bahkan keberadaan anakku pun sempat kulupakan.

Akhirnya, kami menghabiskan sebotol penuh arak itu sampai habis.

Tengah malam, aku bermimpi. Adegan dalam mimpi itu persis seperti saat siang tadi di dapur.

Kami sama-sama paham tanpa perlu bicara. Dalam sekejap, suasana berubah menjadi panas. Daren mendorongku ke meja dapur, lalu menundukkan wajahnya ke dadaku dan menghisapnya dengan liar.

Aku membuka lebar kakiku. Aku sepenuhnya menjadi wanita jalang yang tidak tahu malu...

Namun, tepat di saat yang paling genting, aku tiba-tiba terbangun.

Dalam kegelapan, nafsuku masih belum terpuaskan. Gatal yang tidak tertahankan membuatku secara refleks ingin mengatupkan paha, tapi ada sesuatu yang menghalangi. Aku pun menunduk.

Tepat pada saat itu, pandanganku bertemu dengan sepasang mata hitam yang berkilat.

"Ah!"

Seketika aku menjerit karena terkejut. Ternyata itu Daren!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 10

    Masa evaluasi jabatan Rio akhirnya berhasil dilalui dengan lancar. Dalam waktu dekat, dewan direksi akan secara resmi mengangkatnya.Agenda tersebut dijadwalkan dibahas dalam rapat pemegang saham usai liburan.Rio meyakinkan suamiku bahwa saat liburan nanti, dia akan mengajakku ke hotel dan merekam semuanya.Suamiku memercayainya tanpa sedikit pun keraguan.Untuk menghindari kecurigaan dari suamiku, Rio menunda pengiriman video itu hingga rapat pemegang saham berlangsung setengah jalan.Saat video itu akhirnya diterima, suamiku menunjukkan ekspresi lega seolah beban berat terangkat.Ketika pengumuman pengangkatan Rio sebagai Direktur Regional Willsden diumumkan, suamiku melangkah ke atas panggung dengan wajah penuh kemenangan."Pak Rio dikenal sebagai pribadi yang jujur dan berdedikasi. Kini, dia berhasil diangkat sebagai direktur. Ini adalah pencapaian yang sepantasnya. Untuk merayakan promosi Pak Rio, saya telah menyiapkan hadiah istimewa. Silakan lihat ke layar besar."Raka menekan

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 9

    Tidak lama setelah suamiku pergi, aku langsung pergi ke kantornya dan menunggunya sepanjang hari. Begitu dia keluar, aku mengirimnya pesan menanyakan apakah dia sudah pulang. Suamiku menjawab sedang lembur. Namun, nyatanya, dia berjalan sambil menggandeng tangan wanita yang kulihat pagi tadi, lalu masuk ke restoran di sebelah.Melihat mereka berpegangan tangan, hatiku terasa seperti disayat pisau.Suamiku benar-benar berselingkuh.Aku tidak ingat bagaimana aku bisa pulang ke rumah, yang kurasakan hanya air mata yang terus mengalir di sepanjang jalan.Aku berbaring di tempat tidur dan menatap langit-langit.Aku merasa tidak rela, juga merasa diriku begitu tidak berharga.Aku dan anakku bertahan hidup di kontrakan sempit, sementara dia bersenang-senang dengan wanita lain, menikmati kehidupan barunya.Saat aku begitu kesepian dan butuh pelampiasan, bahkan mainan pun pernah menjadi pelampiasanku, tapi aku tidak pernah punya niat untuk berselingkuh.Meskipun dipaksa seperti itu, aku tetap t

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 8

    Pada saat itu, kepala sekolah menyadari raut wajahku yang tidak biasa dan bertanya, "Ibunya Bima, apa Anda nggak enak badan?"Aku seakan ingin bilang ada kebutuhan mendesak. rasanya aku ingin menerjang kepala sekolah atau pria mana pun yang ada di ruangan ini, tidak peduli itu siswa atau guru, asal bisa memenuhi keinginanku.Aku benar-benar hampir tidak bisa menahan diri, terlalu hampa...Namun, aku tidak boleh.Sorot mata peringatan Daren mengarah padaku. Aku tahu dia memaksaku untuk melanjutkan pidato tanpa berhenti.Aku hanya bisa menggeleng kepada kepala sekolah dan memberi isyarat bahwa aku baik-baik saja.Pidato berlanjut, Daren terus mengaktifkan getaran mainan kecil itu di momen-momen kritis.Hatiku merintih kesakitan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.Yang lebih buruk, aku bisa merasakan cairan hangat mengalir turun dari pangkal pahaku seiring perubahan frekuensi mainan itu.Andai mikrofon tidak menangkap suaraku, mungkin semua orang bisa mendengar suara tetesan itu jatuh k

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 7

    Hari Senin di sekolah anakku.Aku mengenakan pakaian sopan dan berdandan dengan rapi untuk membuat anakku bangga.Namun, saat menunggu giliran di bawah panggung, aku bertemu dengan Daren.Tanpa berkata apa pun, dia langsung menarikku ke toilet pria.Mengabaikan perlawananku, Daren membalikkan tubuhku dan menekanku ke wastafel, lalu tangannya meraih ke bawah rokku."Apa yang kamu lakukan? Lepaskan... Mm!"Daren menarik celana dalamku dengan kasar dan menjulurkan tangannya lebih dalam.Dari sini, suara guru di atas panggung yang sedang memuji prestasi anakku sudah terdengar.Aku menoleh memandang Daren, air mata sudah memenuhi mataku."Tante mohon, biarkan Tante naik ke panggung dulu untuk berpidato. Setelah selesai, baru kita bicarakan lagi... Tante mohon padamu..."Daren mengerutkan alisnya dengan wajah kesal, lalu perlahan menarik tangannya, membawa serta kelembapan yang tidak pantas di ujung jarinya.Baru saja aku lega, Daren tiba-tiba membuka lebar kakiku dan mengangkatnya tinggi.C

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 6

    Aku gemetar hebat dan tidak memiliki tenaga sedikit pun."Nggak, jangan..."Mulutku menolak, tapi aku mendengar sedikit harapan dari suaraku.Tiba-tiba, suara anakku terdengar dari dalam rumah. "Daren? Daren? Daren, kamu di mana?"Seketika wajahku pucat.Jika anakku melihat pemandangan memalukan ini, lebih baik aku menggigit lidah sampai mati.Namun, kedua pria di depanku sama sekali tidak peduli, bahkan mereka makin semena-mena memposisikanku dalam berbagai pose yang memalukan.Langkah kaki anakku makin dekat. Keningku dipenuhi keringat dingin, seluruh tubuhku gemetar hebat.Anakku sedang memutar gagang pintu, dia akan segera keluar! Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?Dalam kepanikan, aku tanpa pikir panjang langsung memanjat jendela. Di sini adalah lantai tiga, aku tidak akan mati, 'kan?Namun, kalau anakku sampai melihatku dalam keadaan nyaris telanjang dan memalukan seperti ini, rasanya aku akan lebih baik menderita daripada mati.Akhirnya, tanpa pikir panjang, aku melompat turun

  • Kisah Kejatuhan Seorang Ibu yang Kesepian   Bab 5

    Tepat saat itu, pintu lift tiba-tiba terbuka.Seorang pria paruh baya berbaju jas rapi dan berkacamata melangkah keluar.Aku menjerit ketakutan, tapi aku buru-buru menutup mulut karena sadar bisa membangunkan anakku.Daren pun menoleh dan juga ikut terkejut sambil berseru, "Sial!""A, A, Ayah, kenapa Ayah datang ke sini?" Daren sepertinya juga terkejut, sampai-sampai bicaranya pun jadi gugup.Mendengar Daren memanggil pria itu ayah, aku benar-benar terkejut. Ternyata pria ini adalah ayah dari Daren!Pria itu masih menyelipkan rokok di sudut bibirnya. Dia mengerutkan dahi dan berkata, "Kamu ini, nggak pulang ke rumah dan nggak kasih kabar. Ayah sampai repot mencarimu ke mana-mana.""Namun, siapa kamu?"Daren menjelaskan kepada ayahnya dengan sikap malas dan tidak serius."Ayah, hari ini aku baru saja mengangkat seseorang sebagai ibu angkat. Ibu kesepian di malam hari sampai bermimpi yang aneh-aneh, jadi aku ingin berbakti pada ibu."Pria itu yang tadinya tampak sopan dan berwibawa, tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status