Share

Bab 2

Author: Adinda
“Harus telanjang?” tanyaku dengan wajah memerah.

“Benar.”

Aku dilema, dia adalah pria asing...

Namun, tekniknya memang sangat profesional dan ASI-ku yang tersumbat selama berhari-hari akhirnya keluar banyak.

Setelah masalah ASI tersumbat teratasi, bukan hanya tubuhku yang akan merasa jauh lebih nyaman, tetapi anakku juga akan bisa minum ASI.

Memikirkan hal ini, cinta keibuan menang.

Akhirnya aku mengangguk.

“Baiklah, aku terima pijatan yang mendalam.”

Memikirkan pada akhirnya Wilsen juga akan melihatnya nanti, aku tidak memintanya berbalik dan melepas bajuku di depannya.

Tubuh seputih salju pun terekspos dan masih ada lumuran ASI di kedua dadaku.

Terdengar suara terengah-engah yang berat di sebelahku.

Aku menoleh dan melihat Wilsen menatap dadaku.

Meskipun dia tidak melakukan pergerakan apa pun, aku merasa seperti sedang disentuh dengan tatapan, buah plum merah di dadaku bergetar dan menegang.

Napas Wilsen menjadi lebih berat.

Aku tidak pernah menyangka tubuhku begitu sensitif, aku batuk pelan dan mengingatkannya, “Bisakah kita mulai?”

“Ya, ya.” Wilsen seperti terbangun dari mimpinya dan buru-buru mengambil salep dari kotak peralatan dan mengoleskannya di tangannya.

Aku memperhatikan gerakannya.

Sepasang tangan ini akan memegang dadaku sebentar lagi.

“Tidak perlu berbaring, kamu duduk saja.”

‘Jika begitu, bukankah aku bisa melihat gerakannya di dadaku dengan jelas?’

Pikiran ini membuatku merasa malu dan gugup, sedikit rasa gembira muncul di hatiku.

“Aku akan mulai.”

“Oke.”

Dengan gugup aku meremas seprai di bawahku.

Tangan Wilsen sangat panas, dengan suhu tubuhnya yang membakar dan ujung jari kasar, membawa gelombang listrik saat melewati kulitku.

Sementara aku hanya menundukkan kepala dan melihat ke bawah.

Kedua tangan hitam besar itu tidak bisa melepaskan dadaku.

Kulit hitam itu mencubit daging dada seputih salju, dan dampak visual itu membuatku merasa mulutku kering dan napasku memburu.

Aku mendengar suara menelan ludah dan sontak tercengang.

Saat menoleh, aku melihat Wilsen menjilati bibirnya tanpa sadar di depan dadaku.

Di bawah rangsangan yang hebat, tubuhku bergetar dan ASI seputih salju itu keluar dan menyemprot ke wajahnya.

Wilsen menjilati cairan di bibirnya dan berkata kepadaku dengan wajah memerah, “Nyonya, ASI-mu sangat manis.”

Pada saat itu, aku sangat malu sehingga aku segera mengambil beberapa tisu dan menyerahkannya kepadanya.

“Maaf, aku tidak sengaja, kamu bisa mengelapnya.”

Wilsen mengambil tisu, tetapi tidak mengelapnya, sebaliknya dia berkata kepadaku, “Sebenarnya, mencicipi ASI juga merupakan salah satu tugas kami, kami harus menilai apakah pelanggan sehat berdasarkan rasa ASI.”

Ternyata ada tugas seperti itu.

“Ternyata begitu.”

Aku menghela napas lega.

Tampaknya tindakan Wilsen menjilati bibirnya tadi tidak memiliki makna lain, tetapi murni hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Aku yang berpikir terlalu buruk tentangnya.

Aku membenci perilakuku sendiri dalam hati dan bertanya, “Apakah sudah cukup? Apakah butuh lagi?”

“Tidak cukup, kamu perlu memberiku lebih banyak.” Wilsen berkata dengan jujur.

Aku mengambil cangkir di samping tempat tidur dan ingin mengeluarkan ASI, tetapi setelah memerasnya beberapa kali, hanya satu dua tetes yang keluar.

Ini tidak cukup.

Berpikir bahwa aku tadi baru saja menyia-nyiakan begitu banyak dan anakku tidak minum seteguk pun, aku pun menyalahkan diri sendiri dan air mata terus mengalir.

Wilsen terkejut, “Ada apa? Apakah kesakitan?”

Dia menyentuhku tanpa sadar.

Saat dia menyentuhku, tubuhku seperti dialiri arus listrik, lembut dan entah mengapa aku rasanya ingin menceritakan keluhanku kepadanya.

“Aku tidak punya ASI lagi dan anakku tidak bisa minum ASI.”

“Tidak apa-apa, aku akan membantumu.”

Dia mencubit daging lunak itu dan mengerutkan kening.

“Ada penyumbatan besar di kedua sisi. Bisa-bisanya tadi aku tidak merasakannya.”

Aku terkejut. “Apa yang harus kulakukan?”

“Jangan khawatir, aku punya cara.” Wilsen menghiburku, “Namun, perawatan selanjutnya agak istimewa dan kamu perlu menutup matamu.”

Menutup mata?

Aku tidak mengerti, tetapi Wilsen bilang itu untuk buat tubuhku lebih rileks dan lebih mudah untuk membersihkan yang tersumbat.

Menurutku apa yang dia katakan masuk akal, jadi aku setuju.

Setelah mengenakan penutup mata, aku perlahan-lahan merilekskan tubuhku sementara Wilsen menyenandungkan lagu yang menenangkan.

Tiba-tiba, dadaku terasa panas, disertai dengan napas berat seorang pria.

Tubuhku bergetar hebat dan sebuah kesadaran yang tidak dapat dipercaya muncul di benakku.

Wilsen mengisap dengan mulutnya?!

Aku merasa ada yang tidak beres, ingin mengangkat penutup mata dan memarahinya, tetapi tubuhku malah terasa ringan.

Lidahnya yang lentur membuatku terkesiap tidak terkendali dan tanpa sadar aku mengangkat dadaku untuk menurutinya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Panas Terapis Laktasi Pria   Bab 7

    Ternyata mereka yakin bahwa aku tidak berani angkat bicara, makanya mereka berani bersikap sombong seperti ini.Sebelum Wilsen menanggalkan semua pakaiannya, dia memperingatkanku, “Setelah pulang segeralah bercerai, semakin lama kamu bercerai, semakin besar resiko videomu akan tersebar.”Setelah mengatakan itu, dia merobek lapisan perlindungan terakhirku.Bam!Pintu tiba-tiba ditendang dan terbuka!Suamiku bergegas menghampiri dan menendang Wilsen dari tempat tidur, lalu membungkusku dengan selimut dan memelukku erat-erat dalam pelukannya.Wilsen mengambil kesempatan itu untuk bangkit dan berlari keluar.Aku tidak menyangka akan diselamatkan seperti ini dan suamikulah yang menyelamatkanku. Ini membuatku sama sekali tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.“Tidak apa-apa, pakai bajumu dulu.” Suamiku menghela napas lega.Aku pun berkemas dan mengikuti suamiku keluar dari kamar, barulah aku mendapati bahwa ada polisi di luar dan Wilsen telah ditangkap.Setelah memberikan pengakuan di kan

  • Kisah Panas Terapis Laktasi Pria   Bab 6

    “Kamu selingkuh dan menyakiti anak kita! Aku mau cerai!”Dia sama sekali tidak mendengarkan penjelasanku, mengenakan pakaiannya, membanting pintu dan pergi.Setelah suamiku pergi, aku menahan kesedihanku dan menceritakan semua kejadian itu padanya di Whatsapp.Aku memberi tahu suamiku bahwa pria ini adalah konsultan laktasi profesional yang diperkenalkan kepadaku oleh sahabatku.Namun, apa pun yang kukatakan, suamiku tetap tidak membalas pesan.Aku hanya bisa menelepon sahabatku dan bertanya apakah dia punya nomor telepon Wilsen.Dari suaraku, sahabatku sadar ada yang tidak beres dan bertanya padaku apa yang terjadi.Aku tidak ingin bicara lebih banyak, jadi aku hanya menjelaskan secara singkat dan menutup telepon.Namun, nomor telepon Wilsen tidak dapat dihubungi, aku menghubungi perusahaannya, tetapi malah diberi tahu bahwa dia telah mengundurkan diri seminggu yang lalu.Bagaimana ini bisa terjadi!Aku hanya bisa menghubungi sahabatku lagi, dia juga kebingungan dengan hasil seperti i

  • Kisah Panas Terapis Laktasi Pria   Bab 5

    “Apakah kamu menyusui anakmu segera setelah menggunakan afrodisiak?”Mendengar ini, sahabatku kesal. “Tidak mungkin! Suaminya sedang dinas, gimana mungkin dia menggunakan afrodisiak sendirian? Dokter, kamu tidak boleh berbicara sembarangan!”Pada saat ini, sebuah pikiran melintas di benakku, wajahku sontak menjadi pucat dan aku menyeret sahabatku keluar sebelum dokter marah.Setelah meninggalkan rumah sakit, aku mengatakan kepada sahabatku yang marah, “Diagnosis dokter seharusnya benar.”Mata sahabatku membelalak.Ketika aku sampai di rumah, suamiku belum pulang.Aku sangat beruntung sahabatku yang menemaniku ke rumah sakit.Jika tidak, pernikahanku akan berakhir.Aku dengan yakin memberi tahu sahabatku bahwa pasti konsultan laktasi Wilsen-lah yang memberiku obat.Tidak heran setelah dia memijatku dengan obat-obatan dan minyak esensial, aku merasa panas, bingung dan menginginkan belaian yang mendalam.Untungnya, dia tidak mencampurkan banyak afrodisiak ke dalam minyak esensial itu, kal

  • Kisah Panas Terapis Laktasi Pria   Bab 4

    Tangannya menyentuhku, mengoleskan minyak esensial, mengusap dan menggoda.Jepitan itu menjepit dan aku menjerit kesakitan, seolah-olah aku sedang mengerang.Seketika aku tidak berani bersuara lagi.Wilsen malah menyemangatiku, “Nyonya, jangan menahannya, jika kamu terlalu menekannya, dadamu akan tersumbat.”Sekarang aku tidak berani menggigit bibirku untuk menahannya, dia juga benar-benar memberiku alasan untuk melepaskan hasratku, aku membuka bibir merahku dan mengerang pelan.Bulu itu menyapu dan kekuatan penjepit itu terus mengencang, aku tenggelam dalam suasana kesakitan dan kebahagiaan, seolah-olah aku dikirim ke awan.Tiba-tiba, sebuah tangan turun di sepanjang dadaku, melingkari pusarku dan kemudian tenggelam ke dalam gaun tidurku.“Ah...”Rangsangan yang sangat besar itu membuatku kehilangan kendali.Firasatku merasa bahwa ini salah.Namun, tubuhku sangat ingin terjadi lebih banyak hal.Saat dia menarik kembali tangannya, aku benar-benar ingin memintanya untuk menyentuhku lagi

  • Kisah Panas Terapis Laktasi Pria   Bab 3

    Saat ini, rasa sakit dan bengkak di dadaku sudah membaik dan aku bisa merasakan ASI keluar lagi.Sisi lainnya juga cepat tertangani.Kemarahanku pun mereda.Menyadari aku tampaknya telah memfitnah Wilsen lagi, aku menahannya dan tidak bersuara.Suara isapan dan menelan “gluk gluk” yang terdengar di telingaku, membuatku tersipu.Metode pengobatan ini sepertinya terlalu...?Aku takut canggung, jadi aku berpura-pura tidak melihat apa pun dan terus berbaring tegap.Namun, tubuhku bereaksi terhadap kontak dengan pria asing itu.Seluruh tubuhku terasa seperti disentuh dengan bulu, rasa gatal menyebar dengan cepat, bahkan hatiku pun ingin digosoknya dengan tangannya yang besar dan sedikit kasar itu.Mengapa aku begitu jalang sih?Aku terkejut dengan pikiran-pikiran dalam benakku, aku menyadari bahwa perilaku seperti ini salah, jadi aku mengumpulkan keberanian untuk melepas penutup mata dan menghentikannya.Pada saat ini, kehangatan di dadaku tiba-tiba menghilang dan perasaan hampa muncul.“Ny

  • Kisah Panas Terapis Laktasi Pria   Bab 2

    “Harus telanjang?” tanyaku dengan wajah memerah.“Benar.”Aku dilema, dia adalah pria asing...Namun, tekniknya memang sangat profesional dan ASI-ku yang tersumbat selama berhari-hari akhirnya keluar banyak.Setelah masalah ASI tersumbat teratasi, bukan hanya tubuhku yang akan merasa jauh lebih nyaman, tetapi anakku juga akan bisa minum ASI.Memikirkan hal ini, cinta keibuan menang.Akhirnya aku mengangguk.“Baiklah, aku terima pijatan yang mendalam.”Memikirkan pada akhirnya Wilsen juga akan melihatnya nanti, aku tidak memintanya berbalik dan melepas bajuku di depannya.Tubuh seputih salju pun terekspos dan masih ada lumuran ASI di kedua dadaku.Terdengar suara terengah-engah yang berat di sebelahku.Aku menoleh dan melihat Wilsen menatap dadaku.Meskipun dia tidak melakukan pergerakan apa pun, aku merasa seperti sedang disentuh dengan tatapan, buah plum merah di dadaku bergetar dan menegang.Napas Wilsen menjadi lebih berat.Aku tidak pernah menyangka tubuhku begitu sensitif, aku bat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status